04 • [Istimewa]

113 26 16
                                    

Point of view || Author

"CIH. Kau selalu terlihat payah." Suara itu muncul begitu saja ketika Canna masih kebingungan dengan waktu yang tiba-tiba terhenti. Benar, pemuda sihir itu muncul secara tiba-tiba.

"K-kau? Kenapa bisa bergerak dengan bebas?!" tanya Canna kebingungan. "Bukankah ini semua berhenti? Hei! Apalagi yang kau lakukan?"

"Tentu saja aku tak bisa dihentikan begitu saja." Pemuda itu memunculkan senyuman smirk, tanpa disuruh tiba-tiba ia menyeret lengan Canna kasar. Gadis itu terkejut, berusaha menghindar, namun sang pemuda tetap menyeretnya menuju asrama.

"Bodoh."

"Apa? Kau bilang aku bodoh?" Canna tak terima, ia terlihat marah. "Apa kau merencanakan sesuatu? Ini aneh. Kau selalu ada di dekatku," tuduh Canna pada pemuda berambut berantakan itu. "Tunggu ... jangan-jangan, KAU PENGUNTIT?!"

Pemuda itu berekspresi datar, ia menaikkan sebelah alisnya dan berkata, "aku bisa menjadi bayanganmu."

"Ck. Kau pikir aku percaya?" sindir Canna sambil bersidekap, menatap pemuda itu dengan tatapan datar. "Sekarang, kau ada di sini 'kan. Kembalikan semua ini kembali normal."

"Kau pikir siapa yang membuat seperti ini? Tidak, aku tidak bi-"

"Kau yang menyebabkannya! Kau selalu mengikutiku, bukan?! D-dan kau ... bisa melakukan sihir luar biasa!" bentak Canna dengan tatapan yang menyala-nyala. Pikirannya tertuju pada pemuda itu saat memikirkan segala situasi aneh yang menimpanya. Termasuk bisikan serta kejadian aneh barusan. Canna dengan cepat menyimpulkan itu sekarang. Bahwa pemuda yang ada di hadapannya ... mengacaukan hidup tenangnya di Rygel.

"Aku yakin Siver salah memilih," gumam pemuda itu tanpa sadar. Dia lupa Canna masih berada di hadapannya, dan hanya mereka berdua yang sedang bicara sekarang.

"Apa kau bilang?! A-" perkataan itu tertahan lantaran bibirnya ditekan oleh telapak tangan milik lawan bicara. "Ssst," bisik pemuda itu.

"Aku tahu kau masih terkejut dengan singa itu," lanjutnya. "Namun ... jika kau ingin aku membantumu kali ini, satu syarat yang harus kau turuti, Cannielyn. Berjanjilah."

"Hah?" Canna melengos kesal. Ia balik berbicara, "sekarang kau sedang mengajukan syarat itu? Aku yakin syaratmu sama anehnya dengan orang sepertimu."

"Kau tidak mau? Baiklah." Pemuda itu pergi meninggalkan Canna yang sudah menganga di tempatnya. "Tunggu! Kau mau meninggalkanku sendiri?! Bantu aku." Karena tidak didengar, Canna mengejar pemuda itu dan memaksanya berbalik.

"Jangan mencari tahu hal-hal yang berkaitan dengan singa itu. Lupakan semuanya. Jalani kehidupan dengan tenang," ujar pemuda itu.

Canna tak bereaksi di tempatnya setelah mendengar perkataan pemuda aneh itu. Cukup lama suasana hening, dengan segalanya yang masih tak bergerak. Akhirnya pemuda itu menatap Canna, mencondongkan tubuh tingginya. "Itu syaratnya."

Canna menunduk dalam-dalam. Tangan mungilnya meremas-remas ujung bajunya. "Bagaimana jika aku melanggar?" tanyanya pelan.

"Kau akan mendapat masalah."

<<▪>>

Canna termenung. Memikirkan syarat pemuda-yang bahkan belum ia ketahui namanya. Dirinya hanya disuruh mengikuti perintah untuk jangan mencari tahu lebih tanpa diberi alasan. "Menyebalkan," gumamnya. Canna masih mengingat-ingat kejadian beberapa saat lalu bersama pemuda itu.

The Siver CrownWhere stories live. Discover now