01. Pembunuh Berantai

229 22 272
                                    

"Selamat malam, Seoul News melaporkan baru saja ditemukan mayat seorang wanita di distrik Songpa. Dari keterangan yang kami dapat dari pihak kepolisian, korban dibunuh dengan cara dipukul menggunakan besi, bagian wajahnya hancur,"

"Di duga pembunuhan ini, masih sama dengan kasus pembunuhan sebelumnya, pada tahun 2018 yang hingga detik ini belum mendapatkan titik terang,"

"Baik, saya disini sudah bersama Kim Seokjin selaku Detektif yang bertugas dalam menangani kasus ini. Bagaimana, menurut anda Seokjin?"

"Bisa tolong, rekam wajahku dengan baik dan benar? Kau tahu, wajahku adalah point pentingnya. Bukankah tayangan ini akan langsung disiarkan di saluran televisi? Bagaimana, jika wajahku yang tampan ini, tidak menarik saat ada di televisi?"

"Baik, Detektif Seokjin."

"Okay, kami dari pihak kepolisian belum bisa mengkonfirmasi apakah pembunuhan kali ini. Masih sama seperti pembunuhan dua tahun yang lalu. Karena kami masih harus melakukan penyelidikan lebih lanjut,"

"Kami masih harus menunggu hasil autopsi forensik, untuk membuktikan apa penyebab korban dibunuh. Untuk hasilnya, akan segera kami sampaikan secepatnya."

Sarah Alexa bergidik ngeri, tatkala menonton berita mengenai kasus pembunuhan yang menimpa seorang wanita di distrik Songpa. Sudut bibirnya, terangkat sebelah manakala ia melihat Seokjin, rekan Hoseok menjadi juru bicara dalam kasus pembunuhan kali ini.

Bicara mengenai Hoseok, Sarah rindu dengan kekasihnya itu. Pasalnya, sudah satu minggu ini, Hoseok tidak pulang lantaran harus menyelesaikan berbagai macam kasus kejahatan. Well, Hoseok bekerja sebagai Detektif dalam satuan unit pemberantas kejahatan yang diberi nama 'Stay Gold' bersama Seokjin sebagai ketua dan beberapa bawahan lainnya.

Dalam hati, Sarah berdoa semoga saja tidak terjadi apa-apa pada Hoseok. Mengingat, pekerjaan Hoseok berbahaya. Tak jarang, kekasihnya itu pulang dengan keadaan terluka akibat mengejar penjahat.

Mematikan televisi, Sarah lalu kembali pada laptop yang masih menampilkan program microsoft word. Hari ini, Sarah harus menyelesaikan setidaknya satu chapter tulisan untuk buku terbarunya. Belum lagi, pihak editor sudah meminta Sarah untuk segera menyelesaikan tulisannya.

Jari-jari Sarah bergerak dengan lincah di atas papan keyboard. Bagus! Malam ini, otak dan jarinya mau diajak bekerja sama. Setelah hampir satu minggu, Sarah kehilangan semangat untuk menulis. Kau tahu bukan? Menjadi seorang penulis bukan perkara mudah, tidak jarang Sarah kehilangan ide untuk menulis. Belum lagi jika writer's block sudah mendera otaknya.

Kalau sudah seperti itu, Sarah akan memilih menjauhi laptop, melupakan tulisannya dan mencoba untuk melakukan aktifitas lain yang bisa membuat semangat menulisnya kembali.

Membaca ulang tulisan yang baru diketiknya, untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam penulisan. Sayup-sayup telinganya mendengar suara deru mesin mobil memasuki garasi rumah.

Oh astaga! Sarah segera berlari ke pintu depan. Bersiap untuk menyambut Hoseok, astaga astaga! Sarah rindu sekali Hoseok. Sudah satu minggu, ia tidak bertemu Hoseok, berkomunikasi lewat ponsel saja jarang. Intinya, Sarah sangat merindukan Hoseok.

Sarah ingin memeluk Hoseok sampai kekasihnya itu kehabisan nafas, mencium Hoseok dan berbagi cerita pada lelaki Jung.

Dibukanya pintu berwarna putih tulang rumahnya, lebih tepatnya rumah Sarah dan Hoseok. Semenjak memutuskan menjalin hubungan dua tahun lalu, kedua sejoli ini memutuskan tinggal bersama di sebuah rumah yang disewa mereka berdua di Seoul.

Sarah berdiri didepan pintu, menunggu Hoseok turun dari mobil. Jarinya memilin ujung tshirt kebesaran yang ia pinjam dari Hoseok. Ritual wajib, tiap kali Hoseok pergi bertugas dan tidak pulang kerumah dalam waktu yang cukup lama. Sarah akan selalu menggunakan baju Hoseok.

NIGHTMARESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang