T I G A P U L U H T I G A [FIN]

25.9K 903 104
                                    

Berawal dari sebuh kebohongan, harapan palsu, aku telah menghancurkan perasaanmu berkeping-keping.
Untuk mu....
Wahai wanita sempurna.
Terimakasih telah mencintai ku apa adanya selama ini.

Andai....
Jika Tuhan memutar ulang kembali waktu ini, akan ku perbaiki segala kesalahan serta kekurangan ku.

XXX

.............................................................................................

Ada banyak cara untuk meminta maaf.

Namun, tak ada cara yang cepat untuk menerima maaf dengan hati yang tulus.

Semuanya perlu waktu.

Ketika hati benar-benar sakit, sejujurnya hati tidak secepat itu untuk menerima maaf. Semuanya butuh waktu untuk pulih. Ya, karena hanya waktu lah yang dapat mengobatinya, karena secara perlahan hati dapat menerima segala apa yang telah terjadi dan dapat kembali untuk membuka dan menerima maaf dengan hati yang tulus.

Seperti saat ini, sudah 4 tahun berlalu, dan Maya benar-benar sudah menerima segala apa yang sudah terjadi dengan hati yang ikhlas.

" Hai... Aku datang. "

Mata nya terpaku pada tanah timbun itu. Melihat ukiran nama wanita yang sudah lama sekali tak di lihatnya. Terakhir mereka bertemu wanita itu datang dengan segala rasa Maafnya. Dan sejujurnya, ketika waktu sudah berlalu cukup lama. Maya berdiri di sini telah menerima maaf wanita itu dengan hati yang tulus, memaafkan segala rasa bersalah saudari angkatnya itu tanpa ada rasa marah lagi.

AMARA SABELLA PUSPITA.

LAHIR, YOGYAKARTA 07-11-1989
WAFAT, 03-04-2016

Maya membuka Masker mulut yang berwarna hitam, tertunduk sembari menaburkan bunga pada rumah istirahat Amara. Tak terasa, air matanya tergenang pada pelupuknya, ikut merasakan duka dan juga rasa bersalah pada hatinya. Seandainya, Maya dan Amara benar-benar menjadi sebuah keluarga yang saling melengkapi dan melindungi, mungkin tak akan ada jurang yang akan memisahkan mereka.

Maya merasakan bahunya di dekap erat. Lalu, di liriknya Suaminya yang sedang tersenyum tipis padanya dengan tatapan teduhnya.

" Mas sering ke mari? " Tanya Maya penasaran.

Gara memandangi ukiran nama Amara dengan tatapan sendu. Tak bohong bila Gara merasakan ikut kehilangan, walaupun Gara dan Amara pernah berbuat salah pada Maya. Namun, Sebelum Gara bertemu istrinya Maya, Amara juga selalu ada untuknya.

" Sudah lama tidak lagi. Terakhir 2 tahun yang lalu. Itu pun masih beberapa kali. Kenapa? " kali ini pandangan Gara berpusat pada Maya seorang. Maya menggeleng, tak bermaksud lebih, dia hanya bertanya.

" Sebelum dia meninggal, dia titip sesuatu buat mu. " Maya mengernyit.

" Apa? "

" Mas nggak tahu isinya apa, aku belum buka jadi ku simpan terus. Lagian Mas takut, dia nulis yang tidak-tidak. " Jawab Gara jujur sembari menarik tangan kiri Maya untuk di genggamnya.

" Surat? " Gara mengangguk membenarkan. Kali ini Maya menatap hamparan tanah timbun itu dengan lekat.

" Sudah? Kita pulang ya? Sepertinya mau hujan" Maya ikut memandang langit seperti yang di lakukan Gara. Ya, lebih baik mereka pulang setelah ini.

Tak butuh lama mereka berdoa untuk Amara. Agar Amara tenang di sisi Tuhan. Dan lepas akan segala dosa dosa yang di ciptakan olehnya.

Maya dan Gara beranjak berdiri, melangkah kan kaki mereka meninggalkan makam Amara. Untuk terakhir kali, Maya kembali melirik kebelakang tubuhnya.

Bibirnya tersenyum, ketika melihat sesosok wanita cantik yang di sinari oleh cahaya kilau tengah tersenyum bahagia di sisi makam, dengan tangan bergerak memberi ucapan selamat tinggal. Seolah mengatakan, terimakasih telah datang kerumah ku, Maya. Dan selamat tinggal untuk mu.

Maya tersenyum dengan bibir bergetar, air matanya menetes ketika perlahan bayangan itu menghilang.

Selamat jalan Amara, semoga engkau di tempatkan di sisinya, dan aku menyayangi mu.



____________________

END
____________________

Perfect Wife || SUDAH TAMAT Where stories live. Discover now