13. Saniarisa

8.2K 587 24
                                    


Welcome to Cafe Angkasa

Tulisan dengan cahaya lampu yang menyorot ke arah Dika dan juga Fadli kini membuat keduanya menyipitkan matanya lantaran merasa begitu silau.

Sudah beberapa menit yang lalu, Purbo mengintrupsi adik tingkatnya untuk sekedar membahas kegiatan pengukuhan di minggu yang akan datang.

"Oi kalian berdua, sini." Purbo sudah melambaikan tangannya ke arah Dika serta Fadli, cowok itu pun langsung bergerak cepat saat sudah mengetahui bila ada beberapa orang yang memang sudah kumpul.

"Maaf bang telat sepuluh menit," ucap Dika setelah ber-high five dengan Purbo dan juga beberapa kating yang lain.

"Santai aja kali Dik."

Dika merasa lega bila mana Purbo tidak lagi mempermasalahkan keterlambatannya seperti tadi siang. Ia begitu khawatir jika saja Purbo menyuruhnya untuk kembali berkenalan di depan semua orang.

Sudah, Dika tidak mau lagi menjadi bahan perbincangan maupun bahan tatapan haus dari kaum hawa.

"Kak Risa calon masa depan gue, cakep banget ya Dik," bisik Fadli saat Risa memulai diskusi kali ini.

Dika berdecak setelah Fadli mengatakan hal itu, baginya kekaguman yang Fadli rasakan bisa disimpan dahulu dan diucapkan nanti saat diskusi sudah selesai.

"Baik, untuk acara pengukuhannya akan dilaksanakan minggu depan. Kali ini aku udah bikin beberapa regu yang bakal diisi empat orang."

Dika manggut-manggut saat diberi penjelasan mengenai acara penting tersebut. Namun, berbeda jauh dengan Fadli yang justru merasa terpanah saat ucapan dari Risa terus saja muncul. Seakan sebagai candu untuk ia dengar.

Pantas saja Fadli jomblo, kerjaanya memang kebanyakan menghayal.

Risa mulai menyebutkan satu persatu anggota regu. Sangat disayangkan, kali ini Fadli harus terpisah dari Dika. Mereka tidak masuk dalam satu regu.

"Eh, kenalin gue Johan," sapa seorang mahasiswa di samping Dika yang kebetulan teman satu timnya. Dika tersenyum, lalu membalas uluran tangan dari Johan.

Dirinya begitu bersyukur kala ada orang yang yang mau berkenalan dengannya. Ia pikir hanya orang-orang seperti Fadli yang akan mau berteman dengan Dika, yang jarang bersosialisasi ini.

"Lo cowok yang dikasih pertanyaan sama Melda tadi ya?"

Alis Dika hampir saja terpaut ketika mendengar ucapan dari Johan. Ia bahkan belum mengenal nama-nama anggota yang lain, hanya Fadli, Johan, Risa, dan juga Purbo yang ia tahu.

Apalagi ini, Melda? Siapa Melda?

Merasa peka dengan apa yang ada di benaknya Dika saat ini, Johan mulai angkat suara, "Ah, itu loh Dik. Cewek yang nanya soal pacar ke lo tadi."

Oh, iya Dika baru ingat. Jadi gadis berambut pirang itu bernama Melda.

Ia jadi sempat teringat saat kejadian siang tadi, dimana Melda menanyakan hal yang dianggapnya sebagai privasi. Jelas, ucapan Melda membuat beberapa orang yang berada di sana langsung menatap gadis itu.

Dika tidak mengatakan jika dirinya sudah memiliki istri, itu hanyalah suara hatinya yang ingin sekali mengatakan hal tersebut di depan semua orang. Namun, nyalinya seakan menciut setiap kali bayangan mengenai kata istri muncul dalam benaknya.

Alhasil, pemuda itu hanya menyahut dengan gelengan kepala, hingga membuat Melda tersenyum merekah.

Dika tidak mau kehidupannya setelah ia menyebar luaskan statusnya menjadi dimanfaatkan kaum-kaum penasaran alias kepo untuk menyeret berita yang tidak-tidak.

MAHAR [Rani & Dika] TERBIT✅Where stories live. Discover now