17. Berusaha Mendekat

7.2K 448 7
                                    

"Jangan lupa Ran, hari ini kamu udah janji mau nraktir."

Rani mendengus, ingin rasanya sepatu slop yang ia kenakan saat ini mendarat tepat di kepala Dika hingga cowok itu berteriak kesakitan.

Hanya sebatas ingin, tapi tidak berani untuk melakukan aksi yang tergambar jelas di ekspetasinya.

"Iya-iya, aku nggak bakal lupa Ka."

Mana mungkin Rani bisa melupakan begitu saja soal traktiran yang ia janjikan kemarin kepada Dika. Terlebih cowok itu mengingatkannya setiap menit, seperti tidak ada lagi hari esok untuk menikmati makanan yang ditraktir istri sendiri.

Keduanya kini berjalan bersisihan ke arah ruang makan, kebetulan juga hari ini Dika ada kelas pagi. Makanya, cowok itu sudah bangun dan nampaknya sudah siap untuk berangkat ke kampus.

"Nih bekalnya, jangan lupa dibawa ya," ucap Rani ketika duduk di kursi depan Dika tanpa mengalihkan pandangannya kepada cowok itu.

Dika mengernyit, "Tumben banget perhatian, pasti ada maunya," tebak Dika yang justru membuat Rani berdecih dan gatal sekali untuk tidak menjitak kepala cowok satu ini.

Andai saja Dika bukan suaminya, pasti setiap hari sudah kena hajar oleh Rani.

"Astaga, dicuekin katanya aku ngambekan, giliran dibaikin malah bilang ada maunya. Maunya apa sih Ka?" cibir Rani sambil meminum pelan jus jambunya.

Dika mendongak, ia tidak menyangka jika Rani akan mengatakan hal yang justru membuat Dika ingin tertawa. Tidak hanya waktu Rani tersenyum saja ia senang memandangi wajah itu, namun saat Rani merasa kesal juga membuat Dika seperti memiliki kesenangan tersendiri.

"Iya, maaf-maaf. Yaudah aku berangkat dulu."

Rani mengangguk, pandangannya mengiringi langkah Dika yang kebetulan hari ini berangkat lebih pagi dari biasanya lantaran masih ada beberapa urusan di UKM yang harus cowok itu ikuti.

Dika memang belum memberitahu Rani jika dirinya kemarin pergi ke rumah Risa. Cowok itu masih dihantui rasa takut jika saja Rani akan menunjukkan raut muka kesal seperti yang terlihat saat ia membahas mengenai Keira kemarin malam.

-----

Dika beruntung saat tiba di ruang jurnalistik belum banyak orang yang datang. Termasuk Fadli. Sahabatnya yang satu ini belum juga terlihat batang hidungnya.

Tumben sekali, biasanya paling semangat jika soal Risa. Apalagi saat Dika mengingat kembali pesan yang Fadli kirim kemarin, rasanya ia akan menertawai cowok itu saat ini juga.

From : Fadli

Dik, besok jangan sampai telat.

Btw gue nggak nebeng lo, gue mau terlihat mandiri di depan Kak Risa.

Dika terkekeh pelan, ingin terlihat mandiri namun hingga sekarang belum muncul juga. Padahal lima menit lagi sudah masuk waktu diskusi.

To : Fadli

Masih ngorok lo Fad?

Dika menoleh saat seseorang menepuk bahunya dengan tiba-tiba. Dirinya yang tadi sempat menunduk sambil memainkan ponselnya berniat mengirim pesan pada Fadli menjadi mendongak lantaran sedikit terperanjat.

"Kenalin, gue Amelda," ucap seorang gadis sambil mengulurkan tangannya yang langsung disambut hangat dengan Dika tanpa mengucap sepatah katapun.

Bukan apa-apa, tapi dirinya menebak jika semua orang yang ikut kumpul lusa kemarin pasti sudah tahu namanya. Dan Dika tidak mau berkenalan untuk kedua kalinya.

MAHAR [Rani & Dika] TERBIT✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang