Sebelas // Titik Temu

335 52 27
                                    

Sebuah langit yang tertutupi oleh awan hitam, perlahan menurunkan buliran air guna membasahi bumi. Suara gaduh di langit sana membuat siapa saja yang mendengarnya sedikit terkejut. Terkadang, kilatan cahaya menampakan wujud nan indahnya dengan warna yang memukau.

Kali ini, kegaduhan saat ini yang ditimpa dengan suara air hujan, seolah menyerukan isi hati Viny. Mewakili perasaannya saat ini.

Viny menutup tirai jendela saat dia melihat sekelebat kilat. Dia berjalan pelan menuju tempat tidurnya.

Ini sudah hari ke empat belas semenjak ingatannya kembali. Gangguan dari sosok Aurel Mayori jelas tidak pernah terlepas. Namun, beberapa hal buruk kembali dia lihat dalam mimpi. Viny melirik lingkaran berwarna ungu di jari manisnya yang terlihat pas dengan warna kulitnya.

"Ma.."

Viny menyandarkan tubuhnya dipunggung ranjang. Memejamkan matanya perlahan. Menghirup-hirup udara yang masuk ke kamarnya. Namun, tiba-tiba saja napasnya tercekat.

Dia segera membuka matanya perlahan. Kepulan asap hitam tebal kini tengah berada di kamarnya. Tidak hanya hitam, melainkan orange kemerahan layaknya api, pun berada dikamarnya.

Viny beranjak dari tempat tidurnya. Tubuhnya kembali memperlihatkan asap ungunya. Asap itu kini sudah berubah menjadi sebuah bola. Viny melayangkannya ke arah seorang gadis bertopeng.

Bola mata ungunya membawa dirinya berada dibelakang gadis tersebut. Menusuk tubuh gadis tersebut menggunakan asap ungu miliknya yang sudah berubah menjadi sebilah pisau kecil.

Namun, gadis itu tiba-tiba saja menghilang. Sebelumnya, Viny tidak pernah merasakan aura kuat selain asap hitam, tapi asap orange tersebut membuatnya berpikir. Ada orang lain yang sedang mengincarnya, selain pemilik asap hitam.

Bug!

"Nghhh.." Viny meringis saat tubuhnya terlempar ke pintu. Punggungnya menghantam knop pintu dengan cukup keras. Gadis itu terkapar dilantai sambil menahan sakit dipunggungnya.

"Sialan.."

Kondisi yang belum kembali pulih sepenuhnya, harus merasakan sakit yang bertubi-tubi lagi setelah beberapa minggu berlalu. Viny merangkak, memegangi dinding, dia berjalan pelan guna mengambil ponselnya. Namun, lagi-lagi semua hal itu tertahan karena dari sekelebat penglihatannya, Viny melihat asap orange berada disudut kamar dekat tempat tidurnya.

Viny diam beberapa saat. Menatap kesudut kamarnya dengan begitu dingin nan menusuk.

"Ayo, kasih tau gue wujud lo!" teriak Viny. "Dengan gini, lo gak akan bisa kemana-mana karena udah masuk pengaruh penglihatan gue!" lanjut ucapnya.

Ya! Jika sebuah benda mati yang terkena tatapan dari Viny dengan begitu dingin nan menusuk, semuanya akan berhenti ataupun terdiam.

Tapi, bagaimana dengan benda hidup atau manusia?

"Ayo tunjukin! Siapa tau lo cantik, kan," ucap Viny.

Srt—

Seseorang mengunci tubuh Viny dari belakang dengan cara melingkarkan satu tangannya ke leher Viny.

Gadis yang ternyata memiliki tubuh lebih tinggi dari Viny, perlahan mendekatkan wajahnya ke telinga Viny. Dia membuka topengnya perlahan.

"Ayo kita selesaikan semuanya," ucap gadis tersebut.

Ekor mata Viny melirik tajam ke arah wajah gadis tersebut, namun wajahnya tidak terlihat begitu jelas. Membuat Viny lagi-lagi harus menghilangkan tubuhnya.

"Kalo mau diselesaiin sekarang, ya hayuk!" ucapnya pelan.

Gadis dihadapan Viny tersenyum tipis. Perlahan dia berbalik, masih dengan senyuman manisnya yang dia berikan untuk Viny.

Enigma // [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang