• 3 • Hitung Mundur

5K 833 26
                                    

Kepingan memori mulai menyatu sempurna, membentuk rangkaian suatu peristiwa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kepingan memori mulai menyatu sempurna, membentuk rangkaian suatu peristiwa. Gemerisik pada rekaman yang tengah diputar menghilang perlahan. Warna-warna menjadi lebih jelas, potongan tak berbentuk kian menajam, suara-suara bertambah nyaring. Kini ingatan itu telah kembali, terngiang di kepala dengan tempo lamban. Hingga aku bisa mengetahui apa yang terjadi setiap detiknya dengan detail.

Saat aku berjalan diawasi pohon-pohon hutan, sebuah mobil meluncur dari belakang. Melaju kencang, tidak memberi kesempatan pengemudinya menginjak rem. Tulang belakangku terbentur keras, menyentakkan tubuhku ke depan dengan tangan mendarat terlebih dahulu. Aspal memarut telapak tanganku hingga kulitnya mengelupas kecil-kecil. Wajahku mencium tanah tanpa perlindungan apapun. Dan tidak berhenti di sana, tetapi menyapu jalan beberapa meter ke depan. Darah tercecer dan cahaya putih mengakhiri pandanganku.

Benarkah aku sudah mati?

Banyak sekali persoalan berdesakkan di benakku, meminta jawaban. Namun justru pertanyaan itu yang keluar dari daftar pertama, kedua, ketiga, kesekian.

Aku jelas sudah mati.

Kecelakaan yang menimpaku terlalu parah dan aku tidak mungkin bertahan dalam waktu lama. Pasti jantungku berhenti berdetak saat ambulans menyerobot lampu merah dan bunyi sirenenya menarik perhatian semua orang.

Apa yang kusaksikan di rumah juga cukup jelas, bahwa upacara kematianku sedang diselenggarakan. Di tambah pulangnya ingatan yang sempat pergi beberapa waktu lalu. Aku tak tahu mengapa kenangan itu terasa sangat nyata, seakan-akan aku terus mengalaminya ketika mengingatnya. Tentang penjagalan babi itu ... aku saja tidak tahu persis bagaimana gambarannya. Terkadang kejadian yang berlangsung lima menit silam pun tidak terekam baik oleh pikiran. Barangkali karena hidupku telah berakhir. Karena aku bukan lagi seorang manusia.

Aku arwah orang mati sekarang.

Yang menjadi masalah adalah: jika aku memang sudah tiada, lalu apa sekarang? Mengapa aku masih berkeliaran di dunia ini, dunia orang-orang yang masih hidup yang tak mampu menyadari eksistensiku? Untuk apa?

Aku pernah membaca buku tentang kematian yang kutemukan di gudang dan kini sudah didonasikan. Di sana dijelaskan bahwa seseorang yang telah mati akan menetap selama 40 hari sebelum pindah ke alam baka. Mereka tinggal untuk menyelesaikan perkara yang masih mengganjal hidupnya selama di dunia. Entah balas dendam, atau mungkin wasiat. Tapi aku tidak merasa harus melakukan sesuatu untuk membuat diriku tenang di akhirat nanti.

Suara di kepalaku berbisik inilah waktu yang tersisa bagiku untuk merelakan segala yang pernah kumiliki. Kurasa itu benar. Keluarga, sahabat, orang-orang yang berpengaruh di hidupku ... takkan terasa mudah pastinya. Namun waktu yang singkat lebih baik daripada tidak sama sekali.

Tuhan masih belum mau bertemu denganku. Dia ingin menghukum hambanya yang penuh dosa ini selama 40 hari. Terkungkung penyesalan, terjerat rasa bersalah, mari kita lihat apa yang akan menderaku.

After I DieWhere stories live. Discover now