• 25 • Pupus Asa

1.6K 426 6
                                    

"Dan kau pula yang akan diserangnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Dan kau pula yang akan diserangnya."

Ucapan Harris ada benarnya. Seharusnya aku sudah meninju Serro seperti kala itu aku memukul perutnya. Dia telah melakukan banyak kejahatan terhadap diriku, diantaranya 1) berbohong, 2) mengecewakanku, 3) menghancurkan kepercayaan yang kuberikan, 4) menyembunyikan kebenaran, dan 5) membahayakan jasadku. Namun apabila itu terjadi, maka masih tersisa satu penjahat lagi: si ayah tiri. Aku tak bisa menyerangnya karena aku hanya dapat menyentuh orang indigo di mana Harris tidaklah termasuk. Penjahat yang satu tumbang, penjahat lainnya menang―itu jauh lebih buruk. Aku tidak ingin salah satu atau bahkan keduanya menang, sebab kemenangan mereka berarti kekalahanku.

"Kau tak tahu apa yang dia lakukan," kata Serro, datar. Kurasa ia hanya ingin mengancam Harris karena aku takkan berbuat apa pun demi dirinya.

Sikap Harris terlampau tenang. "Dia tidak bisa melakukan apa-apa." Kata demi kata dilafalkannya dengan sangat yakin. Sukar sekali untuk mengelabuinya.

Serro bangkit dari kursi lipatnya. "Ia sudah merencanakannya sejak tadi, kau hanya tidak tahu."

Harris mendorong peti di bawahnya ke belakang, kemudian ikut berdiri. Kakinya mundur dengan langkah lebar-lebar hingga mencapai ujung ranjang PET Scanner. "Oh, kau membuatku cemas. Tapi aku juga punya rencana."

Lantas Serro menyadarinya, jarak antara sekutu dengan jasad ibunya yang masih mematung dalam keadaan terlelap sudah tidak bisa diukur. Pria itu bisa melakukan apa saja yang ia mau. Mencabut selang-selang medis, menyuntikkan cairan lain yang barangkali datang mendadak dari saku jubahnya, atau kekejian lain yang melintas di kepalanya.

Si pemuda indigo menjeritkan sesuatu bersamaan dengan dirinya melompat ke depan, lompatan seorang atlet lompat jauh. Tangannya terayun dari atas ke depan, mengcengkeram punggung kursi lipat yang didudukinya tadi. Ia melemparkan benda besi tersebut ke arah Harris. Kursi itu melayang dengan bagian kaki di depan, siap menghancurkan wajah pria berjubah putih. Harris segera mengangkat tangannya untuk menahan serangan, kursi tersebut berhasil ia tangkap namun tetap mengenai bahu dan pinggangnya. Dibantingnya kursi itu dengan marah.

Harris mengepalkan tangan kanannya, meluncurkan genggaman keras tersebut ke arah rahang Serro yang terekspos bebas tanpa adanya penghalang. Pemuda itu mengetahui niat tersebut, akan tetapi tetap terlambat mengelak. Kepalanya terlempar ke samping akibat pukulan barusan. Kutebak dunia berputar dalam pandangannya sebab dia malah jatuh terduduk di lantai.

Tak ingin melewatkan kesempatan maupun menyia-nyiakan waktu―bahkan dirinya tampak menahan rasa sakit, Serro menarik kaki Harris dengan kedua tangannya. Tenaga yang ia kerahkan lumayan kuat sehingga lelaki tua itu terjungkal, punggungnya menabrak tumpukan kardus-kardus di belakangnya.

Inilah yang kuperlukan, mereka saling menyerang. Tapi jelas takkan bertahan lama. Salah satu dari mereka akan menguasai pergulatan. Aku bergegas menyeberangi ruangan, melewati keduanya yang kini berguling-guling di lantai. Sejumlah barang menjadi korban, ditarik paksa dari tempatnya untuk kemudian menjadi alat penyerang. Aku membungkuk di antara kedua ranjang, menggoyangkan bahu jasad Sara yang kian memucat.

After I DieWhere stories live. Discover now