01

599 78 8
                                    

[Present Time]

Han Jisung baru menyelesaikan permainannya yang cukup berdarah-darah; menyeka vest hitam dan lengan kemeja yang membungkus tubuh atletisnya. Setiap malam adalah pekerjaan rutin baginya untuk menghabisi kecoak-kecoak bau yang berkeliaran tidak teratur di kawasan Red District. Sekalipun mereka masih berada di bawah famili yang sama tapi pantang untuk Jisung membiarkan seujung jari menyentuh daerah kekuasaannya untuk mengambil keuntungan.

Seorang bodyguard menyerahkan jas hitam dan membiarkan sang atasan memakainya sendiri sambil memasuki sebuah ruangan di dalam klub malam yang sangat mewah dan ramai pengunjung. Di pintu depan ruangan tersebut tertulis VIP alias tidak bisa dimasuki sembarang orang. Lagipula tidak ada yg berani memperjualbelikan kamar favorit sang Boss, jika tidak ingin dipenggal hidup-hidup dan kepalanya dipertontonkan di tengah distrik Gangnam.

"Kau sudah selesai," suara lembut itu berasal dari seorang pria jangkung dengan rambut pirang yang disisir ke belakang, memakai kemeja putih dan vest hitam pas badan. Ia menuang tequila dan memberikannya pada Jisung yang sedang sibuk menggosok lengan kemejanya dengan air kran. Sepertinya bekas percikan noda darah akan sangat sulit hilang.

Hyunjin, si cantik dengan segelas tequila menghampiri kekasihnya yang mendumel sendiri di depan wastafel.

"Tidak akan bisa hilang dalam semalam, bodoh!"

Jisung melihat pantulan wajah mereka di cermin, "jika seseorang di rumahku melihat ini bisa-bisa hidupku berakhir malam ini,"

"Aku akan bantu. Serahkan padaku. Sekarang kita minum dulu. Kau tidak merindukanku?"

Jisung menggulung lengan kemejanya yang basah, tersenyum penuh arti lewat cermin wastafel dan Hyunjin menyadari bahwa pria itu sedang berpikir kotor sekarang.

"Aku hanya menawarimu minum. Tidak lebih." sebuah ciuman mendarat di pipi Jisung dan senyumnya semakin lebar. Ia menerima gelas di tangan Hyunjin, meminumnya dalam sekali tenggak, kemudian menaruh gelasnya di atas wastafel.

"Kau.. Terlihat sangat mempesona malam ini. Ah, tidak tidak. Setiap malam. Hm?"

"Kau bersikap manis padaku setelah menghajar orang sampai mati? Haha. Han Jisung, kau benar-benar psikopat."

Jika Hyunjin bukan kekasihnya mungkin gelegak darah Jisung sudah memuncak hingga kepala. Namun ia hanya berdiri dengan tatapan menghakimi, saat pria dengan wajah cantik itu mengambil sebatang rokok mint dari saku celana dan menyalakan pemantik.

Jisung merebahkan dirinya di atas sofa. Menepuk-nepuk tempat kosong di sampingnya; memberi isyarat agar Hyunjin duduk disana.

"Lain kali jangan bekerja sendiri," asap membumbung dari belahan bibir delima saat pria itu berbicara. Ia kembali mengisap filter rokoknya kemudian menyamankan diri pada lengan kekasihnya yang cukup besar. Matanya mengerling nakal. Rokok yang masih tersisa banyak itu jatuh ke lantai dan hancur dibawah pantofel. Hyunjin menggigit bibir bawahnya, mulai melancarkan seduksi dengan menggerayangi paha Jisung maju dan mundur.

"Kau sudah tidak sabar, hm?" Jisung membelai pipi marshmallow itu dengan ujung jarinya, menelusuri wajah satin itu dari pelipis hingga ke ujung dagu. Hyunjin semakin menggoda. Mengangguk dengan tangannya yang bergerak semakin ke atas.

"Aku menunggu sangaaaat lama. Kupikir kau tidak akan kesini,"

"Kau tahu aku selalu banyak urusan diluar," Jisung berusaha memberi penjelasan; dengan suaranya yang semakin dalam, berat, dan menggoda.

"Berapa banyak pelacur yang kau selamatkan hari ini, huh? Apa yang sudah mereka berikan sebagai imbalan? Seks? Ciuman?" cecar Hyunjin dengan mood yang tiba-tiba memburuk. Alisnya bertaut, bibirnya mengerucut. Lucu.

The ConsigliereWhere stories live. Discover now