02

403 70 25
                                    

"BAGAIMANA BISA KAU MENITIPKAN SEORANG WANITA DI RUMAHKU?" adalah reaksi pertama dari pria yang baru saja membukakan pintu apartemennya untuk Jisung. Meskipun terkejut setengah mati, ia tetap membiarkan sahabatnya itu masuk dan membawa 'wanita' yg terlelap di gendongannya ke dalam rumah. Chan -nama pria itu- menggeleng sambil menutup pintu.

Jisung menidurkan Hyunjin di sofa setelah menaruh tumpukan bantal di bawah kepalanya. Cantik sekali, batin Jisung, kagum. Pantas saja Chan langsung mengira sosok ini adalah seorang wanita.

"Han, yang benar saja?" protes Chan seraya duduk di sofa yg berjarak agak jauh dari tempat Hyunjun tidur. Jisung tertawa geli, "dia pria."

"WHAT?"

"Sssttt.. Pelankan suaramu, hyung. Nanti orangnya bangun,"

"Tapi.. Bagaimana bisa kau bilang dia pria? Dia..ya, kuakui dia...sangat cantik," ujar Chan masih tidak percaya dengan sedikit menyamarkan suaranya di bagian 'cantik'. Memuji seseorang terkadang membuat jantungnya berdebar tidak karuan.

"Dia laki-laki. Kau harus percaya padaku. Aku menyelamatkannya dalam kondisi telanjang. Dia hampir saja diperkosa,"

"Diperkosa?"

Akhirnya Jisung menceritakan kronologis aksi heroiknya saat menyelamatkan Hyunjin. Dan Chan pun mengerti kenapa Jisung menitipkan lelaki ini padanya.

"Jaga dia sampai aku membawanya pulang ke rumahnya,"

"Jika itu permintaanmu, aku tidak bisa menolak."

"Bagus."

Jisung beranjak dari tempat duduknya, sekali lagi melihat ke arah Hyunjin yang masih terbaring pulas. Memang cantik, terlalu cantik untuk ukuran seorang lelaki. Tapi...siapakah dia? Seumur hidup Jisung tinggal di Gangnam ia tak pernah sekalipun bertemu sosok ini. Apakah dia pendatang? Tapi mengapa ia bisa nyaris diperkosa?

Terlalu banyak pertanyaan di benak Jisung. Tapi ia akan menunggu hingga waktu yang tepat untuk menguak semuanya kalau perlu dari mulut Hyunjin sendiri.

.....

Jika di malam hari Jisung lebih banyak menghabiskan waktu 'bertransaksi' dari klub ke klub, maka di siang hari ia akan menggunakan waktunya untuk bekerja di sebuah kafe. Lebih tepatnya mengurus bagian dapur, sebagai seorang Chef. Sedangkan Chan mengatur keuangan di Kasir.

Mereka hanya bekerja berdua lagipula kafe yang mereka dirikan tidaklah besar. Hanya memuat tidak sampai sepuluh meja dan mengambil tempat yang tidak begitu ramai. Seorang mafia melakukan pekerjaan yang normal hanya untuk menutupi profesi mereka yang tidak biasa.

"Han, anak itu dengkurannya keras sekali. Semalaman aku menjaganya di sofa sampai kurang tidur," keluh Chan saat masuk ke dapur untuk mengambil minum. Jisung yang sedang menyusun sandwich hanya tergelak kecil.

"Kurasa dia perokok berat. Sangat tidak cocok dengan wajahnya,"

"Wanita cantik juga banyak yang merokok," tukas Jisung membuat Chan terdiam. Satu porsi sandwich pun selesai dibuat dan Chan yang mengantarkannya ke pengunjung. Sedangkan Jisung beralih ke mesin penghancur biji kopi.

Tiba-tiba ia teringat peristiwa malam itu, saat dirinya menyelamatkan lelaki cantik yg dibawanya ke apartemen sahabatnya. Sekilas memang tidak ada yang aneh dengan sang pelaku tapi Jisung ingat ada sebuah tanda di leher pria itu meskipun ia lupa sama sekali bagaimana bentuknya.

Sore harinya ketika jam baru menunjukan pukul enam, Jisung sengaja menutup kafe lebih awal. Dia juga tidak melakukan pekerjaannya seperti biasa dan malah meminta Chan untuk membawanya ke apartemen dimana Hyunjin tinggal sementara. Chan sendiri tidak banyak bertanya karena ia menganggap itu hanya perintah yg harus dipatuhi.

The ConsigliereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang