03

447 63 15
                                    

"Mereka orang-orang jahat! Mereka berniat menjualku di pelabuhan! Kau tahu? Ayahku tidak memiliki uang dan ia ingin menjualku sebagai budak."

Chan mengambil remote tv yang tergeletak di atas karpet, menekan tombol off kemudian suara-suara yang berasal dari benda kotak itu kini lenyap bertukar tempat dengan keheningan. Lampu ruang tengah dinyalakan dan ia bisa melihat pemuda cantik yang sudah hampir tiga minggu tinggal di apartemennya—kini sedang terlelap dengan posisi yang kurang nyaman. Tangan kirinya terjulur jadi bantalan kepala sedangkan tangan kanannya menggantung bebas di pinggiran sofa. Mulutnya terbuka sedikit—mengeluarkan dengkuran halus yang entah kenapa terdengar menenangkan di telinga Chan.

Nama Hyunjin memang cantik, setara dengan paras mahadewi yang jarang ditemukan pada laki-laki pada umumnya—setidaknya yang selama ini Chan kenal tidak ada lelaki yang memiliki wajah secantik dan selembut Hyunjin. Mengamati Hyunjin membawa Chan untuk berjongkok di samping sofa, mengagumi lekat-lekat pahatan surga lewat sepasang retina.

Jemari pria itu terangkat, menyingkirkan helai-helai anak rambut yang terjatuh menutupi setengah wajah Hyunjin,

"Fisik ini terlalu mahal untuk dihargai sebagai budak."

Tubuh tinggi itu dibawa masuk ke dalam kamar agar ia bisa tidur dengan lebih nyaman, bukan di atas sofa tanpa bantalan. Chan membuka pintu kamar dengan siku kemudian menutupnya kembali dengan sebelah kaki. Perlahan-lahan ia meletakkan Hyunjin di atas tempat tidurnya, namun karena anak itu tiba-tiba bergerak gelisah (mungkin karena terkejut atau mimpi), Chan harus menepuk-nepuk pelan bokongnya seperti bayi agar Hyunjin bisa tidur lagi dengan nyenyak.

Lampu kamar dimatikan. Keheningan kembali mengambil alih malam. Berbanding terbalik dengan isi kepala Chan yang begitu berisik; penuh dengan pertanyaan yang membuatnya terjaga hampir sepanjang malam.

...

Tidak ada yang berubah dari suasana kafe pagi ini dengan hari-hari sebelumnya. Ditambah dengan hujan yang sedari tadi malam mengguyur kota Seoul dan masih juga belum berhenti hingga jam sekarang menunjukkan pukul delapan pagi, kafe tetap sepi dan pasti akan bertambah sepi lagi. Jisung terpaksa harus sedikit basah-basahan untuk membalik tulisan 'CLOSE' menjadi 'OPEN' yang terdapat di bagian depan pintu masuk.

Tiba-tiba terdengar suara langkah kecil seirama dengan bunyi kecipak dari genangan air membuatnya urung untuk masuk kembali. Jisung menoleh ke belakang. Ia menjatuhkan rahangnya, melihat Hyunjin dengan hoodie putih dan payung transparan tersenyum padanya sambil melambaikan tangan.

"Bagaimana kau bisa sampai kesini?"

Hyunjin mendekat, memberikan senyum, "aku mengikuti Chan." jawabnya singkat. Jisung mengernyitkan dahi, tidak habis pikir. Bukannya ia tidak memberi kebebasan untuk Hyunjin dengan cara terus-terusan mengurungnya di dalam apartemen Chan, tapi untuk apa anak ini sampai begitu jauh mengikutinya ke tempat kerja? Kenapa harus ke tempat kerja? Kenapa tidak main saja ke Game Center sendirian atau sekedar jalan-jalan ke pusat perbelanjaan?

Memang sih lokasi kafe milik Jisung tidak seberapa jauh dengan apartemen yang ditempati Chan dan Hyunjin. Mungkin dia mengikuti Chan dengan berjalan kaki juga,

Hyunjin menggenggam tangan Jisung yang hangat, "ayo, masuk! Kagetnya jangan lama-lama. Hehe."

Pemuda dengan kelopak mata bak bulan sabit itu menarik Jisung masuk ke dalam kafe, dimana Chan yang sedang berdiri di balik meja kasir juga ikut bereaksi sama melihat Hyunjin ada di kafe miliknya dan Jisung.

'Kok bisa?' Chan bertanya tanpa suara pada Jisung yang sudah melepaskan diri dari genggaman tangan Hyunjin. Si pemuda yang lebih pendek mengendikkan bahunya. Dua pasang mata itu memperhatikan bagaimana Hyunjin mengambil tempat duduk paling sudut dekat jendela kaca hingga lelaki cantik itu kembali menoleh kearah mereka sambil tersenyum.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 09, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The ConsigliereWhere stories live. Discover now