27;

233 33 0
                                    

Seminggu lebih Yeonjun masih belum mendapatkan jawaban dari Yeji. Ngerti ga sih, dia tau kalau Yeji pasti bakalan ngomong iya tapi tetep aja deg-degan. "Jawab iya bagaimana, lo kan nanya ke dia kapan. Bukan pertanyaan yang bisa dijawab iya atau engga, bloon."

Dengan senang hati Lucas mengejeknya tanpa rasa bersalah sedikitpun. Entahlah, dalam hal seperti ini kenapa rasa-rasanya Lucas lebih pro ya dibanding Yeonjun? Mungkin karena DNA bucin Lucas lebih kuat. Kalau Yeonjun bucin karena terbiasa, bukan dari DNA.

"Iya juga ya, Cas. Kok gue baru ngeh?" gumam Yeonjun. Lucas yang tengah duduk di kursi meja dengan keadaan kakinya tersimpan di atas meja itu mengangkat bahunya acuh. Sedari tadi mereka mengobrol santai di dalam kamar Yeonjun. Membahas Yeonjun yang revisinya sudah selesai. Tentang Lucas yang masih belum menemukan judul skripsi yang tepat. Ditolak mulu gan gila, begitu kalau kata Lucas.

Juga, ada satu topik yang baru-barunya mereka bahas. Soal pertanyaan lamaran Yeonjun. Soal Yeonjun yang belum bilang ke Hwall kalau dia kasih pertanyaan itu ke Yeji. Yeonjun belum kasih tau rencananya sedikitpun. Ya memang sih, tim suksesnya kan cuma ia, Lucas, dan sang Papa-Minho. Tapi Lucas rasa, Yeonjun seharusnya membahas hal itu dulu ke Hwall. Karena semisal Yeji mengajukan tanggal dalam waktu dekat, memang sudah pasti Hwall mau? Maksudnya, Hwall mau dilangkahi Yeji?

"Kalau gue sih mau-mau aja, maksudnya kan gue cowok juga. Gak ada masalah lah semisal adik cewe nikah duluan," pendapat Yeonjun. "Itu kalau lu, Bro, Hwall kan bukan lo. Emang lo tau isi kepalanya bagaimana?" Tentu Yeonjun gak tau. Pertanyaan retoris.

"Terus, sekarang gimana? Lagian persentase dia gak mau dilangkahin berapa kira-kira?"

"Gak ada data valid, tapi kebanyakan cowok di Indonesia gak mau kalau dilangkahi adiknya, apalagi cewek. Percaya sama gue."

Yeonjun berdecak. "Gak, gak mau gue kalau disuruh percaya sama lo. Lo sendiri dapat data begitu darimana?"

"Berdasarkan observasi penglihatan aja sih, Bro." Makin-makin Yeonjun gak percaya. Lagian kenapa juga Hwall gak mau dilangkahi. Begini deh, semisal dia gak mau dilangkahi, kan berarti dia yang dalam waktu dekat seharusnya tunangan. Sedangkan selama ini Hwall gak pernah cerita apapun soal jenjang itu. Jadi memang Yeonjun pikir, Hwall ini belum terlalu serius untuk ke arah sana. Kalau harus nunggu, Yeonjun dan Yeji harus nunggu berapa lama? Hal yang gak pasti tuh bukan Yeonjun banget.

"Lagian ngebet banget bos sama Yeji, lo ada apaan sama dia?" celetukan Lucas benar-benar gak ada adab. Bersifat ambiguitas. "Apaan begimana?!?"

"Ya kali aja, kalian bucinnya another level dibanding orang lain. Berasa udah pasti teman seumur hidup aja," jawab Lucas sekenanya. "Jodoh mah gak ada yang tau, Bro, gue sendiri belum tau pasti Yeji jodoh gue atau bukan. Usaha bareng-bareng dulu emang gak boleh? Iri bilang boss."

Raut wajah Lucas kayak pardon? Iri? Dih.

Sedangkan di tempat lain, keluarga kecil Lee tengah berkumpul di ruang tv. Minus Seulgi karena masih mandi di atas.

"Gak, Hwall gak mau," ujar Hwall singkat namun tegas. Nadanya terlalu tegas hingga bisa disebut mematikan. Taeyong menghela nafasnya pelan setelah mendengar ucapan yang keluar dari mulut putra sulungnya. Sudah dapat ia duga. Sudah dapat ia duga Hwall akan menolak untuk dilangkahi. Pasalnya saat itu ia sudah pernah sedikit membahas hal yang merembet ke arah sini. Dan Hwall tanpa ragu menjawab tidak.

Berbeda hal dengan Yeji dan Wonyoung yang terkaget mendengarnya. Yeji agak antisipasi walaupun sebenarnya gak tau kalau Hwall ada niatan gak mau dilangkahi. Tapi kalau Wonyoung benar-benar seperti, "Hah kenapa?" Nadanya membuktikan ia masih cukup polos untuk berpikir ke arah sana.

HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang