Can't hold anymore

64 8 23
                                    

It's another universe from Kosan 10.
____

Entah ada angin apa, malam itu Lian tak bisa tidur sama sekali. Jangankan untuk tidur, rebahan saja ia bisa merasakan punggungnya sakit karena memang sejak pagi ia hanya rebahan di kamar yang dihuninya bersama Jaera di sebuah kamar yang mereka kontrak dekat kampus yang kamarnya berada di dalam rumah pemilik kontrakan.

Ia demam. Izin kuliah. Tak bisa kemana-mana selain toilet dan kamar, dan karena dirasa tubuhnya mulai membaik, akhirnya ia memberanikan diri keluar kamar.

Padahal, langit di luar sudah terselimuti gelapnya malam. Penghuni kamar lain yang tak bekerja dan juga pemilik kontrakan mungkin sudah meringkuk di atas kasur mereka masing-masing karena dinginnya udara kota Seoul.

Lian datang ke dapur, dan pilihannya jatuh kepada merebus air panas untuk kemudian ia buat menjadi hot choco, minuman yang akan menemaninya saat nanti ia duduk di ruang televisi.

Setelah selesai, gadis itu membawa minumannya ke ruang TV, menaruhnya di atas meja, mengambil remot, duduk di atas sofa sambil menyilangkan kaki, dan menyetel film yang tayang saat tengah malam di channel tertentu. Nah. Begini ia baru merasa hidup setelah seharian jenuh berada di kamar.

Belum 5 menit, seseorang tiba-tiba duduk di sampingnya sambil ikut menaikkan kaki ke atas sofa. "Sehun Oppa?" katanya.

Lelaki itu mengambil hot choco milik Lian dan menyeruputnya perlahan seolah itu miliknya. "Wah, lain kali buatkan aku satu yang seperti ini," ujar Sehun sambil menyesap minuman itu lagi.

"Tidak kerja?"

"Baru pulang. Kau tak lihat rambutku basah karena baru mandi?"

Lian tersenyum tipis lalu merebut hot choconya kembali. "Buat sendiri please. Aku sedang demam. Kalau tak mau tertular, jangan minum lagi milikku," kata Lian sambil menyesap minumannya yang diperawani oleh Sehun duluan.

"Kau sakit?"

Lian tak lagi fokus pada Sehun. Hanya kehangatan Hot choco, dan tayangan film di TV fokus utamanya saat ini. Hingga akhirnya ia terkejut karena Sehun tiba-tiba menaruh telapak tangannya ke dahi Lian.

Lian yang hilang fokus, menatap ke arah Sehun yang sedang menatapnya dengan wajah cemas. Jantungnya berdebar-debar. Ia hampir lupa bernapas saat kulit tangan Sehun yang dingin menyentuh kulit dahinya yang hangat.

Tanpa sadar ia cegukan saat menatap bulatan mata Sehun yang menatapnya itu. Sehun adalah orang pertama yang dekat dengannya saat dulu pertama kali ia pindah ke kamar itu. Terlebih ia datang dari kampung, sama sekali tak bisa logat Seoul dan ia hampir dipermalukan karena logat kampungnya yang memang terdengar kampungan. Tapi hanya Sehun yang memperlakukannya dengan sangat baik. Bagaimana ia tak jatuh cinta dan tak berharap kalau begini caranya?

"Obat bagaimana? Sudah minum? Apa suhu tubuhmu sudah diukur?"—Sehun berdiri—"sebentar, sepertinya aku tahu dimana letak P3K milik Pak Kim," lanjutnya.

Lian menahan tangannya sebelum Sehun benar-benar pergi. "Aku sudah lebih baik, Oppa."

"Kau yakin? Lalu mengapa tengah malam begini malah nonton TV dan bukannya pergi tidur?" omelnya.

"Kau benar-benar cerewet seperti ayahku."

"Kenapa harus ayah? Memangnya yang mencereweti seseorang itu cuma ayahnya saja?" tanya Sehun sambil mencoba memijit tangan Lian yang padahal tak ada hubungannya dengan demam.

"Lalu apa? Ibuku?"

"Pacar."

DEG

Apa barusan? Lian tak salah dengar kan? Apa telinganya juga bermasalah karena demam? "A-apa?"

July B'day GirlWhere stories live. Discover now