|Chapter 20|

87 6 0
                                    

Lyra menatap bingkai foto yang berisikan dirinya dan Farel. Malam ini angin begitu menusuk ke tulang, tetapi Lyra ‘tak beranjak dari duduknya. Gadis itu sangat menikmati udara malam ditemani bulan purnama.

Beberapa kali embusan napas terdengar. Besok dirinya akan ke Bandara untuk mengantar Farel. Atau bahkan besok adalah hari terakhir mereka bertemu. Kilas balik masa lalu yang pernah Lyra lewati selalu terbayang. Kebodohan diri karena ego membuatnya sangat malu.

Mungkin perpisahan ini adalah balasan dari apa yang pernah dia buat. Tuhan memberikan ujian ketulusan padanya, anggap saja seperti itu. Ya, Lyra memang pantas mendapatkannya.

“Mungkin dengan perpisahan ini, aku akan belajar dari semua kesalahan yang pernah aku perbuat. Tuhan ingin aku membuka mata agar tahu apa yang dinamakan ketulusan.”

Bagai nasi yang sudah menjadi bubur. Bahkan masa depan seseorang pun kita tidak akan pernah tahu. Lyra juga merasa perjalanannya masih panjang, tetapi apa salahnya ia berharap. Ya, bagi Lyra laki-laki seperti Farel memang langka, dan gadis itu baru menyadarinya setelah apa yang ia perbuat.

Tiba-tiba kehangatan Lyra rasakan karena sebuah selimut menutupi pundaknya. Gadis itu menoleh dan mendapati Hanna yang kini sudah tersenyum khas ke arahnya. Lyra pun membalas.

“Sudah malam, Sayang. Kenapa masih di luar?” tanya wanita itu dengan lembut.

“Gak apa, kok, Mah. Lyra masih pengin di sini.”

“Bunda tahu apa yang kamu pikirkan. Kamu pasti memikirkan Farel, ‘kan?” tebak Hanna tepat sasaran.

Lyra hanya tersenyum lalu mengalihkan pandangannya ke sembarang arah.

“Bunda gak ngelarang kamu pacaran, yang penting kamu tau batasannya.”

Lyra mengangguk. Namun tampak jelas raut kesedihan dari anak gadis itu. Hanna pun meraih wajah anaknya.

“Ada apa?” tanya Hanna penasaran.

“Gak apa, Bun. Lyra hanya ngerasa sedih aja kita akan tinggalkan kota ini,” jawabnya dengan lesu.

Hanna pun mengembuskan napas. “Maaflan Bunda, ya, Nak.”

“Bunda gak salah, kok. Mungkin bener kata Bunda masa depan Lyra bukan di sini.”

Sambil memalingkan wajahnya meresapi setiap embusan angin malam.

“Apa kamu gak mau jauh dari Farel?”

“Gak mau pun Lyra akan tetap jauh, karena Farel akan melanjutkan kuliah di Singapura,” ucap Lyra lirih.

Hanna mengembuskan napasnya, jadi ini sebab kenapa anak gadisnya terlihat kurang bersahabat.

“Nak, dia pergi untuk jalan yang baik, kamu harus yakin sama hati kamu sendiri. Insya Allah dia akan kembali dengan tujuan yang baik pula.”

Lyra mencerna setiap kata Hanna.

“Perjalanan kalian sama-sama masih panjang. Dan jodoh gak akan ada tahu. Tapi yang terpenting keyakinan hati masing-masing. Usaha tidak akan mengkhianati hasil, ‘kan? Kalau memang kalian jodoh, pasti akan dipertemukan kembali dengan suasana kondisi yang berbeda. Yakin, sama hati kamu sendiri,” jelas Hanna.

Lyra tersenyum, benar yang dikatakan Hanna. Kali ini dia pasti akan bisa melewati ujian karma yang didapat. Farel sudah yakin padanya, kenapa ia harus ragu? Biarkan semua waktu yang menjawab. Jalani saja apa yang terjadi sekarang.

Mereka akhirnya mengakhiri obrolan sekitar jam sepuluh malam. Lyra yang sudah mengantuk pun tertidur pulas setelah Hanna menyelimuti tubuh gadis itu.

Permainan Takdir ✔Where stories live. Discover now