Aneh Tapi Nyata.

23 8 2
                                    

Roda berputar di atas keramik putih. Sebuah tangan terus mendorong kursi rodanya agar bergerak melewati beberapa orang di sepanjang koridor ini. Perasaan malu memang ada, risih bila dirinya terus-terusan dipandang dengan tatapan jijik, geli yang disertai kasian. Seorang Alex tidak memikirkan hal itu semua. Ia selalu mengabaikan semua hal buruk tentangnya. Tapi, kejadian setahun lalu menimpanya, membikin rasa bodoh amat itu sirna bak lenyap dari muka bumi.

Teman-temannya pergi, mereka tidak mau mempunyai teman cacat seperti dirinya. Ketika ia merasa sendiri, bahkan memiliki pemikiran untuk mengakhiri hidup karna depresi. Hanya satu orang yang tetap setia menemaninya. Seorang gadis berambut lurus panjang sampai sikunya, hidung mancung, tatapan lembut serta bibir tipisnya lah yang membuat Alex bisa bertahan menjalani hidup ini. Namun, sayang seribu sayang gadis itu hanya menganggapnya seperti saudara. Dalam artian sebatas teman dan tidak lebih. Atau memang memendam perasaan karena Alex tidak pernah bertanya tentang perasaan gadis itu kala di dekatnya.

“Lo perhatian banget sama dia, nggak malu ya punya teman cacat? Yang tahunya cuma nyusahin orang aja.” Suara nyaring itu seakan menyambut kedatangan Alex dan Adari kala tiba di kelas.

Tatapan Adari teralihkan pada teman sekelasnya. Dia menatap tajam pada yang bersuara tadi. “Itu mulut dijaga ya kalau nggak mau gue tampol.”
Gadis yang memiliki julukan Ratu Songong itu menatap atas, mengabaikan ucapan Adari sembari melipat tangan di bawah dadanya. Wajah sok itu ingin sekali Adari cakar habis-habisan sampai cewek bernama Ratu itu tidak bisa masuk sekolah lagi.

Tangan Adari terlepas dari pegangan kursi roda Alex. Hendak membalas sikap songong itu, tapi tangannya justru ditahan. Ia menoleh pada sahabat kecilnya tersebut. Kepala Alex menggeleng pelan, melarang Adari untuk bertindak lebih. Karena, Alex tahu sikap sahabatnya itu, bila sudah turun tangan tidak akan segan gadis itu menghabisi lawannya.

“Biarin aja, gue nggak papa, kok.” Alex menunjukkan senyum kecil. Jujur hatinya memang sakit di bilang cacat meski itu adalah kenyataan.

Adari berlutut di sebelah kursi roda sahabatnya. Memegang tangan Alex guna menguatkan cowok itu. “Gue ada di sini, lo nggak perlu khawatir ya.” Ia menyunggingkan senyum hangat di mata Alex disertai tatapan lembut yang membikin siapa saja dapat luluh ketika menatapnya.

Anggukan samar Alex tunjukkan. Lantas kursi rodanya kembali didorong ke bangku kelas di sebelah tembok. Adari duduk di sebelahnya. Suasana di kelas masih belum full diisi oleh para murid, wajar saja jika hanya Ratu yang mencibir. Gadis itu rajin datang pagi, jika kalian berpikiran untuk mengerjakan tugas. Itu salah besar, Ratu datang pagi untuk melihat-lihat kondisi di sekitarnya untuk dibuat bahan ghosib bersama teman-temannya.

“Hey.” Guncangan di bahu Alex membikin cowok tirus itu menoleh dengan sedikit sentakan.

Adari yang melihat itu terkekeh pelan. “Kaget ya, ngelamun apaan, sih? Nggak baik, loh ngelamun yang enggak-enggak.”

“Yang ngelamun siapa?” tanya Alex, alisnya menyatu tidak paham. Gadis di sebelahnya ini memang suka berpendapat sendiri tanpa tahu apa yang di maksud.

Di pintu kelas sana, satu persatu teman-temannya datang memenuhi bangku kosong di kelas. Lalu muncul cowok famous multitalen. Sontak tatapan Adari teralihkan dari Alex ke cowok berseragam rapi itu. Potongan rambutnya pun rapi, wajah tampan tanpa celah, tubuh tingginya semampai dan memiliki bidang tidak hanya satu. Dia kapten sepak bola dan perenang hebat. Tidak heran bila tubuhnya terbentuk dengan sangat indah.

“Oh ya ampun, Dirga,” gumam Adari seraya menutup mulut saking ngefans-nya dia dengan cowok populer itu.

Alex yang melihat kekaguman di mata sahabatnya merasa sakit seperti terkena sayatan kecil. Ini sudah berjalan satu tahun semenjak mereka masuk SMA. Adari menyukai Dirga kala cowok itu tidak sengaja membantunya saat jatuh terpeleset di depan kelas. Sejujurnya Alex ingin membantu sahabatnya. Namun, dengan kondisi kakinya cacat seperti ini bagaimana bisa ia membantu Adari.

JULI TEENFICTION : FRIENDZONE Where stories live. Discover now