PROLOG

11 1 0
                                    

"Nay maafin mama dan papa. Mama papa harus pergi dulu sementara waktu nak, kamu jaga diri baik baik. Kalau kamu butuh uang untuk kebutuhan kamu yang kurang nanti bilang mama aja ya, nanti mama transfer untuk kamu. Mama papa pergi dulu nak"

Seiring wanita itu menyelesaikan ucapannya, suara klakson mobil terdengar dari depan rumah. Dan dengan buru buru wanita itu memeluk gadis kecil yang menangis dihadapannya, tak lupa menciumnya lalu segera pergi dengan tangisan yang terlihat diwajahnya.

Gadis kecil yang masih berumur delapan tahun itu hanya diam. Terlihat masih bingung dengan keadaan dengan wajahnya yang datar. Lalu tak lama ia di gendong oleh wanita lain yang sedari tadi ada dibelakangnya menyaksikan semuanya.

"Al masuk yuk, diluar dingin sudah malam" ucapnya sambil mengangkat gadis kecil yang dipaggil Al tersebut ke dalam gendongannnya. Dan gadis kecil itu pun hanya mengangguk.

Lalu mereka masuk ke dalam rumah dan terlihat lelaki dan satu anak kecil lain yang sedang duduk di ruang keluarga dengan tv yang menyala. Di dudukannya Al di karpet yang tergelar dilantai. Menonton bersama sama dengan keadaan sunyi, tidak ada yang membuka obrolan.

"Bun, tante tadi siapa? Temen bunda?" ucap Alena membuka obrolan pertama kali.

"Iya temen bunda, tante Aya namanya. Al baru liat ya?"

"Kok tante tadi nangis sambil peluk aku sih bun? Trus kenapa pergi gitu aja? Trus kok aku dipanggil Nay? Nay siapa? Namaku kan Alena" lanjut Nay bingung.

"Gatau bunda juga. Al tidur ya, sudah malam. Adek varo tidur juga yuk" ucap bunda lalu beralih menggendong Varo yang duduk disamping ayah.

"Al mau tidur sama ayah yaa..."

"Iya, ayo Alena sama ayah, biar bunda boboin adek Varo" ucap lelaki yang dari tadi hanya diam dan akhinya membuka mulut. Lalu ayah pun terlihat menggendong Al dan berjalan naik ke atas, ke kemar Alena.

***

"Alena sudah tidur?"

"Sudah, sini duduk dekat aku"

Lalu terlihat wanita itu duduk disamping suaminya, bersandar pada sofa. Duduk diam melamun, dengan pandangan kosong, lalu tak lama ia bergumam.

"Kenapa Aya harus kembali...." itu bukan perntanyaan, tetapi memang geraman atas kekesalan untuk semua yang terjadi di hari ini. Lalu suaminya itu menariknya untuk memeluknya.

"Nangis saja, tidak ada yang melarang, jangan ditahan." ucap suaminya itu.

Tak lama terdengan suara tangisan seorang ibu yang sangat memilukan hati bagi suaminya itu. Suaminya hanya bisa mengusap punggung istrinya itu dan sesekali mengucapkan kata penenang.

"Salahku apa Rian? Apa dia mau mengambil Alena dari aku? Memang, kita hanya hidup sederhana, tapi kita kan tetap memenuhi kebutuhan Alena dan Alvaro... Kita sesama wanita, mempunyai anak tetapi kenapa dia tidak mengerti diriku yang sudah merawat Alena dari kecil dengan sepenuh hati.."

Lelaki yang dipanggil Rian itu hanya menghela nafas. Mereka diam, tidak ada yang berbicara lagi, hanya terdengar suara isakan Vanesa, Bunda Alena.

***

"Davian diem.. Jangan ganggu Al, Al lagi gambar..."

Alena yang masih asik menggambar kaget saat tiba tiba kertasnya di tarik oleh Davian. Tak lama terdengar suara tangisan Alena.

"IYANNN KENAPA KERTAS AL DI ROBEK.... BUNDAAA IYAN ROBEK KERTAS TUGAS DARI BU GURU HIKS.. HIKS.."

"Loh loh Al jangan nangis.. maafin Iyan, iya iya Iyan nakal, Al ga boleh nangis... Cup cupp"

"Hiks hiks... BUNDAA...!"

"DAVIAN! Kamu apain Alena ya ampun Sini Al sama mami yuk, jangan temenin Davian biarin ga ada temen dia" ucap seorang wanita  yang tiba-tiba datang menginstrupsi keduanya. Lalu menuntun Alena untuk ikut bersamanya ke dalam rumah.

"Mami... Kok jadi Davian yang disalahin sih?" ucap anak lelaki bernama Davian yang terlihat seumuran dengan Alena.

Pagi ini Alena sudah meminta izin kepada Bunda untuk main di taman depan rumah Davian yang adalah tetangga depan seberang rumahnya.
Alena terlihat sedang asik duduk di bale dengan pensilnya yang menggambar sesuatu dikertas. Lalu tiba tiba anak kecil yang bernama Davian itu datang dan mengganggu ketenangan Alena dan berakhir Alena yang menangis karena kertas gambar tugas dari gurunya telah di robek Davian.

***

Malam itu Alena diam diam keluar rumah dan berakhir duduk sendirian di taman depan rumah Davian dengan lutut yang tertekuk, dan pandangan ke langit malam. Ia terlihat sedang melamun. Wajahnya masih terlihat datar saat Davian mencoba mengagetkannya.

"Ngapain lo disini tengah malem?"

Alena hanya diam. Tidak menganggap ada seseorang selain dirinya ditaman tersebut.
Davian yang merasa Alena -nya berbeda dari biasanya pun ikut seperti Alena, diam melamun. (Walaupun biasanya Alena memang suka diam, tapi kali ini Davian merasa aura Alena berbeda)

"Gue udah tau semuanya yan..." ucap Alena angkat bicara. Davian menoleh, mengerutkan dahi nya

"Maksudnya?"

"Mama Papa..."

"Hah? Siapa? Bunda sama Ayah lo kenapa?"

"Bukan mereka... Tapi Mama Papa"

"Mama Papa? Maksudnya lo--"

"Iya" ucap Alena mengintrupsi Davian

"Al..."

"I'm oke, gue cuma butuh waktu, malem ini gue nginep dirumah lo ya?"

"Iya oke, mau masuk sekarang?"

Alena hanya diam, tidak menjawab. Tetapi tak lama ia menoleh ke arah Davian

"Boleh gue peluk lo?"

Davian tidak menjawab, tetapi langsung menarik Alena ke dalam pelukannya, mengusap lembut rambut Alena. Dan Alena pun hanya diam, memejamkan mata, tidak melakukan apapun.

***

Setelah merasa sudah lewat tengah malam dan Alena pun tidak beranjak dari duduknya di taman, Davian mengajak Alena masuk ke kamarnya karena angin malam sangat dingin.

"Lo tidur di kasur aja, biar gue yang di bawah" 

"Iya thanks yan, gue ke kamar mandi dulu"

Alena dan Davian sudah dalam posisi untuk tidurnya masing masing. Tetapi mata Alena tidak bisa memejam, ia tidak merasa ngantuk kali ini.

"Yan lo udah tidur?"

"Hmm?"

Sunyi. Hanya terdengar dentingan jarum jam yang tetap berjalan di tengah malam hampir menjelang pagi ini.

"Lo salah, gue itu anak Bunda sama Ayah"

"Trus maksud lo tadi itu apa?"

Tidak terjawab. Alena sudah masuk alam tidurnya. Dan Davian hanya menghela nafas, lalu ikut Alena untuk masuk alam mimpinya.

"Mimpi indah Al"

DIFFERENTTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon