Bab 3 - Gadis yang Merepotkan

1 0 0
                                    

Seorang gadis berambut cokelat pendek menyapa Meishia. Ia memiliki mata hitam yang besar, berwajah bulat dan memiliki mulut yang lebar. Berdiri di depan pintu, sambil mengangkat salah satu tangannya, memanggil nama Meishia.

Gadis itu memakai gaun yang sederhana berwarna krem, yang berpadu dengan rompi menutupi tali yang mengikat pinggangnya. Pakaian yang normal bagi seorang gadis di desa tersebut.

"Hera!?" seru Meishia yang matanya terbuka lebar melihat kehadiran gadis tersebut. Ia tidak menyangka akan mendapatkan seorang tamu hari ini.

Gadis bernama Hera itu pun berlari menghampiri Meishia dan langsung mendekapnya tanpa ampun. Gadis itu memeluk Meishia dengan sangat erat, seperti seorang sahabat yang telah terpisah bertahun-tahun. Tapi, bukankah mereka baru saja bertemu beberapa hari yang lalu?

"He-Hera...!? A-aku tak bisa bernapas!" Meishia merasa frustasi, didekap seperti itu seperti sebuah bantal di tangan gadis yang sedang jatuh cinta. Bagaimana ia bisa memberontak? Walaupun Meishia, selama ini, telah berlatih pedang ... tetapi, mengapa tenaga mereka begitu berbeda!? Meishia merasa telah gagal sebagai seorang kesatria.

"Selamat pagi, Meishia!" seru Hera dengan senyuman yang begitu cerah. Ia melepas pelukannya, berjalan mundur dan sedikit menjauh, sebelum seketika ia memutar tubuhnya.

"Bagaimana?" tanya Hera.

"Bagaimana apanya?"

Hari ini seperti ada yang berbeda dengan gadis bernama Hera itu, Meishia memikirkannya. Hera terlihat lebih feminim dengan gaun tersebut, namun begitu ia mengingat bagaimana tenaga gadis gorila itu, Meishia segera menggelengkan kepalanya. Bagaimana bisa ia berpikir gadis seperti itu adalah feminim!?

"Gaunku, ayolah! Ibuku membelikannya hari ini untukku! Aku cantik, bukan!?" seru Hera memainkan gaunnya.

"Huh? Huuh ... sepertinya," jawab Meishia sambil memalingkan kepalanya.

"Ayolah! Kau terlihat kejam padaku hari ini!" protes Hera.

"Kupikir kamu tidak menyukai hal seperti itu ... baju, gaun, dan sebagainya," sahut Meishia.

Hera tertawa kecil, sebelum ia membalas, "Tapi, kali ini istimewa. Aku baru saja berbelanja dengan ibuku!"

Meishia menghela napasnya. Pada akhirnya, gadis gorila ini mengerti tentang dunia perempuan, huh? Meishia pun mengangguk kecil sambil tersenyum kepadanya.

"Kamu tampak cantik hari ini," ucapnya lirih.

"Benar, bukan!?" sahut Hera.

Hera berjalan kesana-kemari, melihat-lihat kamar Meishia. Sebuah kesempatan yang jarang didapat, tentunya ... Meishia tidak pernah mengizinkan orang-orang untuk memasuki kamarnya. Biasanya, mereka hanya akan bertemu di lorong utama.

"Sepertinya terlalu sederhana untuk seorang putri Tuan Ambehran, huh?"

"Hei! Perhatikan tatakramamu!" protes Meishia. "Sekarang, ayo kita keluar saja! Kita bicara di luar!"

Meishia berusaha menangkap Hera dan menggiringnya keluar. Tetapi, Hera adalah gadis yang cerdik dan lincah, gadis itu mampu menghindari Meishia dan berputar-putar mengelilingi ruangan itu.

Sebuah meja kecil terletak di pojok ruangan dekat jendela. Gorden yang terbuka yang menghiasi kedua sisi jendela. Sebuah lemari pakaian yang terletak di sisi lain, beserta tirai putih pucat yang berbentuk persegi, terbuka dan tersimpan di salah satu ujung.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 17, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Legenda Armea: Meishia - Kengerian AstreaWhere stories live. Discover now