Part 14

600 73 0
                                    

Jimin dan Jungkook sama-sama terkejut setelah mendengar masa lalu taehyung. Mereka menatap taehyung yang saat ini masih menunduk, menyembunyikan kesedihannya.

"Tae.. mianhae, s-saat kejadian itu aku tidak ada di sisimu." Lirihan Jimin membuat taehyung mendongak.

"Gwenchana Jimin-ah, kau tidak perlu meminta maaf."

"Tae, aku baru mengetahui ini, dan-- dan mengapa kau baru menceritakan nya?" Jungkook ikut berlirih, menatap taehyung yang juga menatap nya.

"Aku hanya tidak mau mengingatnya."

"L-lalu apa yang terjadi setelahnya? Mengapa kau dan yoongi hyung berpisah?" Tanya Jimin dan di angguki Jungkook. Sedikit banyaknya Jungkook sudah mengetahui siapa Yoongi dan siapa Jimin yang terlihat dekat dengan taehyung.

Taehyung sedikit mengambil nafas dahulu, membiarkan dada nya menghalau sesak yang merambat masuk ke dada nya. "Yoongi Hyung mengira aku yang membunuhnya, d-dia mengira aku s-sengaja mem--

"Sssttt.. sudah-sudah, jangan di lanjutkan tae, sudah." Jungkook memeluk taehyung dari samping, memberikan kekuatan padanya.

Taehyung menggeleng, ia masih tetap ingin menceritakan semuanya, "I-ini semua h-hanya salah paham. D-dia mengusirku dari rumah hiks." Isakan kecil lolos dari bibir taehyung, Jungkook semakin mengeratkan pelukannya. Dan Jimin, ia mengusap punggung taehyung yang terlihat sesenggukan.

"Kita akan membantu mu tae, aku-- aku akan mencari keadilan untukmu." Bisik Jungkook tepat di telinga taehyung.

Setelah di rasa sudah tenang, taehyung melepaskan pelukannya, ia menghapus air mata yang lagi-lagi turun. Taehyung menatap kedua sahabatnya, "Terimakasih." Ujarnya.

Jimin menepuk pundak taehyung, "Aku ini sahabat mu, jadi sudah seharusnya aku berada di sisimu saat kau sedang bersedih."

Taehyung tersenyum tulus, ia merasa sangat beruntung memiliki Jimin dan Jungkook, dan juga kedua Hyung nya. Setidaknya hati taehyung sudah lega saat ini.

"Tapi taehyung siapa yang membunuh kedua orang tuamu?" Tanya Jungkook.

"Dia.. rekan bisnis Appa. Sebenarnya 2 tahun lalu aku sudah berusaha mencari nya, tapi yang aku dapat dia sudah meninggal karena bunuh diri."

"Sangat tidak elit sekali, sih. Pakai bunuh diri segala, pasti dosanya akan semakin banyak, sudah membunuh orang lalu membunuh dirinya juga." Celetuk Jungkook.

Taehyung tertawa mendengar nya, sedangkan Jimin, ia menjitak sayang kepala Jungkook. "Ucapanmu itu Kook."

Jungkook menatap polos ke arah Jimin, "Apa?"

"Tidak. Dasar kelinci menyebalkan."

"Yak! Aku mendengar nya bantet!"

"Hei! Aku tidak bantet! Dasar kelinci bongsor!"

"Terserah apa katamu. Yang penting aku lebih tinggi darimu."

"Yak! Kenapa kau suka sekali menghina ku, hah?!" Teriak Jimin tak terima.

"Karena aku suka." Balasnya santai.

Taehyung yang mendengar perdebatan tak bermutu di depannya memilih memainkan handphone, setidaknya mood nya kali ini kembali baik hanya karena kedua sahabatnya.

Tring!

Satu notifikasi muncul dari layar handphone nya, tertera nama Hyung tertuanya yang mengirim pesan.

Jin-ie Hyung :

Saeng, apa kau sudah pulang?

Taehyung menepuk dahinya, ia lupa mengabari Seok-jin. Maka tak pakai lama taehyung membalas pesan yang di kirimkan oleh Seok-jin. Sebelumnya ia menatap dulu kedua sahabat nya yang ternyata sudah tidak berdebat lagi. Apa sudah selesai? Pikirnya.

Spring Day ✓Where stories live. Discover now