Part 1 - Womanizer

28.1K 2.9K 310
                                    

Part 1 - Womanizer

A womanizer is a man who always seems to have a new girlfriend, and who has no hesitation about starting up a new relationship before he's ended the last one. Usually, these relationships are sexual and don't last long.

"Bu Sora, pihak kesultanan meminta kita untuk presentasi minggu depan."

Aku menghentikan aktivitasku dan melirik ke Tyara. Kuambil kalender di depan mataku dan menatapnya sekilas, "Hari apa?"

"Rabu atau kamis, Bu."

Aku menatap tanggal dengan cepat. "Saya ada presentasi juga dengan pihak BPOM," ujarku cepat. "Kamu bisa gantikan?"

Saat aku menatap Tyara, wajahnya kebingungannya benar-benar kentara. Tidak biasanya sekretarisku berwajah seperti itu. Sudah kuduga, dia pasti menyembunyikan sesuatu.

"Ada apa?"

Tyara menghela nafas dalam.

"Mereka request laki-laki, Bu."

"Kenapa?" Tanyaku langsung.

"Yang ikut rapat putri sultan. Gosipnya dia suka laki-laki tampan," jelas Tyara dengan cepat. Aku sudah tahu maksudnya.

"Yasudah, suruh Ronald saja."

Tyara terdiam lama.

"Dia kurang tampan, Bu."

Senyumku langsung mengembang mendengar jawabannya. Sedetik kemudian tawaku menyembur di ruangan. Kurang ajar, Tyara. Kalau Ronald mendengar ucapan itu pasti dia langsung mengamuk pada perempuan ini.

"Yasudah. Saya pikirkan dulu," ujarku, aku masih belum fokus karena jawaban Tyara tadi.

"Saya ada opsi lain, Bu."

Aku terdiam beberapa lama untuk mendengar ucapannya.

"Andreas."

Aku tak pernah menduga dia akan mengatakan nama itu. Aku dengan cepat menggelengkan kepala. Enak saja. Berarti dia menyuruhku untuk memohon kepada laki-laki itu untuk membantuku. Astaga! Aku malas sekali. Aku tidak akan melakukan itu.

"Artis saja," jawabku cepat.

"Butuh waktu lama untuk tanda tangan kontrak dengan artis. Saya pikir, Andreas saat ini kan sedang pengangguran. Kita bisa bayar dia untuk melakukan ini."

Aku mencerna kata-kata Tyara dengan baik. Benar juga, aku tidak boleh membiarkan egoku deni kelancaran perusahaan kami.

"Saya pikirkan dulu."

"Secepatnya, Bu."

"Iya," jawabku malas.

"Saya sudah selesai. Hari ini saya dan Alda akan ke Bogor untuk monitoring."

"Oke."

"Permisi, Bu."

Saat Tyara menutup pintu ruanganku. Aku menghela nafas dalam dan memikirkan perkataannya tadi. Meminta tolong pada laki-laki itu? Haduh, bisa bisa dia besar kepala. Selama ini aku dan dia pura-pura tidak mengenal apabila di depan umum. Akan sangat riskan apabila orang-orang mengetahui bahwa aku meminta tolong padanya.

Dilain sisi, aku harus mendapatkan project ini. Ini sangat menguntungkan bagi kami yang ingin ekspansi sebagai penyedia teh untuk kerajaan Malaysia dan Brunei. Minggu lalu, aku presentasi Brunei dan harus menggunakan hijab. Tidak masalah meskipun sampai hari ini kami belum mendapat keputusan yang positif.

Aku yakin mereka semua senang dengan presentasiku.

Aku memijit kepalaku yang tidak pening sama sekali.

Affectionate | ✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora