Vincent menatap langit-langit kamarnya dengan pikiran yang kemana-mana. Aeri sudah tidur tapi dia belum bisa tidur. Sesekali ia menatap layar handphonenya.
Dia menunggu Irene.
Di luar hujan cukup deras, sangat pas dengan suasa hatinya saat ini.
Vincent merasa lega saat nama Irene tertera di layar handphonenya. Wanita itu menelpon.
"Hei, aku tersesat lagi saat menuju rumahmu"
"Kau dimana sekarang?"
"Di taman dekat rumahmu"
"Tunggu aku sebentar"
Vincent buru-buru mengambil jaket juga payung untuk menjemput Irene. Dia berlari secepat mungkin menerobos hujan untuk menemui wanita itu.
Dia tersenyum tanpa alasan saat melihat Irene sedang bermain ayunan di bawah guyuran hujan.
"Kau bisa demam" ucapnya saat berada di depan wanita itu untuk berbagi payung.
Irene ikut tersenyum lalu berdiri dari tempatnya. "Kau berlari? Apa kau khawatir aku demam?"
"Tidak. Aku khawatir kau menangis sendirian lagi. Kenapa kau di sini? Kenapa tidak pulang saja?"
"Entahlah. Aku hanya memikirkanmu saat tidak punya tujuan. Kau akan selalu menyambutku, kan?"
"Kau kedinginan" ucapnya sebelum menarik Irene ke dalam pelukannya. Tidak perduli jika wanita itu memukulnya setelah ini. Toh memang niatnya bukan untuk menghangatkan. "Hm. Kau bisa datang kepadaku kapanpun kau mau atau kapanpun kau merasa tidak baik-baik saja. Aku akan menunggu"
Irene tersenyum. Air mata yang sudah ia tahan dari perjalan ke rumah Vincent, akhirnya jatuh satu per satu di pundak pria itu.
Irene rasanya tidak bisa berbohong saat sudah berhadapan dengan Vincent. Bahkan perasaannya juga melakukan hal yang sama.
Dia membalas pelukan Vincent. "Baiklah. Tolong tunggu aku" ucapnya masih dengan air mata yang terus menetes.
"Pasti. Menangislah. Aku tidak akan melepasmu sampai kau merasa lebih baik"
Irene mengeratkan pelukannya.
---------
Aeri keluar dari kamarnya sesaat setelah ia bangun tidur dan langsung disuguhi pemandangan Vincent yang sedang mengatur peralatan kemahnya. Aeri pikir, dia baru berangkat besok.
"Ayah, sedang apa?" suara Aeri membuat pria itu menoleh.
"Pagi, Aeri" Vincent senyum manis pada anaknya. "Kita berkemah lebih cepat"
"Kenapa? Kita berangkat sekarang? Pagi-pagi?"
"Iya. Biar bisa memancing di danau sebelum malam. Kau mau, kan?"
"Tidak. Aku masih lelah, ayah. Aku belum menyiapkan apa-apa"
"Sudah ayah siapkan"
"Tidak mau"
"Kita pergi bersama tante Irene"
Aeri diam. Dia berjalan melewati ayahnya. "Aku akan mandi sekarang. Tante Irene tidak boleh menunggu" tambahnya. Vincent terkekeh pelan melihat tingkah anaknya.
Mereka berjalan ke jalan besar dimana Irene sudah menunggu. Senyum Irene sangat lebar ketika melihat Aeri berlari kecil ke arah mobilnya. Dia pindah ke samping kursi pengemudi.
Aeri langsung naik ke pangkuannya saat sudah berada di dalam mobil sementara Vincent sibuk memasukkan perlengkapannya.
"Tante Irene benar akan ikut?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Vice Versa (COMPLETE) ✅✅
RomanceTakdir membawa Vincent harus berurusan dengan Irene, penyanyi sekaligus aktris paling populer yang hidup dalam kepalsuan. Irene tidak bahagia dengan pernikahannya, ayahnya menukar dirinya dengan uang dan semua orang mengira hidupnya sangat sempurna...