#6

1.8K 193 34
                                    

Taeyong menggenggam kedua tangan Ten dan menatapnya dalam, "Ten, Aku mencintaimu.." ucapnya sepenuh hati.

Ten tertegun mendengar ucapan Taeyong, hatinya benar-benar bergetar mendengar ketulusan didalamnya. Namun dia malah tertawa sambil menarik tangannya, "Hyung, kenapa sih? Itu tidak lucu.."

Taeyong tertegun, "Tidak! Aku serius.."

"Ahh.. molla.." ucap Ten sambil tertawa dan bangkit, "Aku akan membeli sesuatu.." ucapnya sambil berjalan keluar.

"Ten! Choi Ten! Aisshh.." ucap Taeyong kesal, "Bagaimana mungkin dia tertawa atas pernyataan perasaanku?!" gumamnya tak habis pikir.

Ten melangkah cepat keluar dari gedung tua itu, namun dia tak pergi kemana pun. Kedua tangannya gemetaran menahan tangis. Bulir air matanya jatuh dengan deras. Dia menunggu ucapan itu dari mulut Taeyong selama 10 tahun, namun sekarang semuanya telah berbeda. Dia sangat sedih karena tidak bisa melakukan apa pun tentang itu. dia hanya berdiri disana sambil menangis tersedu-sedu.




=Rumah Taeyong=

Ibu Taeyong sengaja menunggu putranya hingga kembali ke rumah. Jam sudah menunjukkan pukul 1am ketika Taeyong tiba dirumah.

"Lee Taeyong!"

Taeyong terkejut mendengar suara ibunya dari kegelapan, "Aaaaah.. eomma.. kupikir hantu.." ucapnya sambil mengelus dada.

Ibu Ten menghampiri putranya dengan kedua tangan tersilang didada, "Pukul berapa ini? Kenapa kau selalu pulang larut seperti ini?"

Taeyong garuk-garuk kepala, "Mmm.. Aku dari tempat Ten.." jawabnya.

Ibu Taeyong memandang putranya sedih, "Kau benar-benar menyukainya?"

Taeyong menunduk, bingung harus mengatakan apa pada ibunya.

"Kau menyukainya kan?" Tanya ibu Taeyong lagi.

Taeyong hanya menjawab dengan anggukan kepala.

Ibu Taeyong menghela nafas dalam dan memegang bahu pria itu, "Taeyong-a, kenapa baru sekarang kau seperti ini? Bukankah kau tidak pernah menganggap Ten sebelumnya?"

"Aku juga tidak tau eomma.." jawab Taeyong, "Beberapa waktu belakangan ini, aku akan merasa aneh jika tidak melihat Ten. Apalagi jika tidak mendengarnya tertawa, atau melihatnya tersenyum padaku. Itu bisa membuatku gila.." sejujurnya dia juga malu dengan ucapannya sendiri.

Ibu Taeyong tak bisa mengatakan apa pun lagi sekarang, "Hmm.. masuklah ke kamarmu.."

"Ne, selamat malam eomma.." Taeyong membungkuk sopan dan berjalan ke kamarnya.

Setelah mengganti pakaiannya, Taeyong berbaring di tempat tidur sambil memikirkan ucapan Ten.

"Aku sudah berhenti menyukaimu.." "Karena menyukai disatu sisi itu menyakitkan, jadi aku putuskan untuk berhenti.."

Taeyong memejamkan matanya dan memijat dahinya, "Bagaimana agar dia mengerti perasaanku yang sebenarnya?"

=Sekolah=

Dahi Ten berkerut melihat Taeyong ada didepan sekolahnya begitu dia tiba, "Hyung, Kenapa kemari?"

Taeyong mengangkat sebuah kotak makan siang, "Untukmu.."

Ten memandang kotak makan siang itu, lalu memandang Taeyong sambil menahan tawa. "Apa ini?"

Taeyong memberikan kotak itu ke tangan Ten, "Selamat menikmati.." ucapnya sambil tersenyum tipis dan melangkah pergi.

Ten memandang kotak bekal itu dan memperhatikan Taeyong pergi.

Istirahat.

"Apa? Taeyong hyung benar-benar memberikanmu ini?" Tanya Doyoung tak percaya.

Baby Boo (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang