10. My First

35.5K 2.3K 576
                                    

WARN🔞


Renjun membuka matanya. Dia menatap jam yang berada di nakas. Pukul 2 lewat 15 menit pagi. Renjun segera bangun dan membuka lemarinya.

"Mungkin Daddy telah menebak kemana aku pergi kemarin. Untuk sekarang aku tak akan pergi ke rumah Chenle"

Renjun memberesi beberapa bajunya. Dia tak ingin seperti ini, Mina terlalu berharga untuknya. Dan kebahagiaan Mina akan jadi yang utama untuk Renjun.

"Beruntung Daddy tidak tahu rekening yang aku buat sendiri"

Renjun tersenyum dan memasukkan card biasa yang telah dia buat. Dia meninggalkan semua pemberian Mark diatas meja.

"Maaf daddy..."

Renjun menatap semua barang barang barang branded yang dia tinggalkan. Mark memang selalu mengusahakan yang terbaik untuknya begitu juga dengan hyungnya.

"Yang terakhir, alat pelacak"

Renjun mencari cutter untuk mengeluarkan alat pelacak yang Mark pasangkan saat dia sakit dulu. Saat dia berumur 14 tahun Mark memasangkan alat pelacak tanpa sepengetahuan Mina.

"Kau yakin Renjun?"guman Renjun ragu.

"Tapi jika aku tidak mengeluarkannya Daddy akan dengan mudah tahu keberadaan ku"

Renjun menatap ujung jari kelingkingnya. Dia menarik nafas dan menghembuskannya dengan perlahan. Renjun menggigit bibir bawahnya.

"Ugh..."

Mata Renjun berair saat dia berhasil menyobek ujung jari kelingkingnya. Renjun mencoba mengeluarkan benda kecil yang merupakan alat pelacak yang dipasangkan Mark.

"S-sakit"

Renjun segera membalut lukanya dan menggendong tasnya.
"Apa aku harus memberesi ini?"

Renjun akhirnya memberesi semua darahnya yang berantakan. Dia juga membuang alat pelacak kecil berharga ratusan juta itu kedalam tong sampah.

Renjun berjalan terburu buru kearah pintu. Untuk terakhir kalinya Renjun menatap kamar miliknya. Ada banyak kenangan yang tertinggal disini dan pastinya Renjun akan merindukannya.

Renjun membuka pintu dan didetik itu juga dahinya terantuk sesuatu. Renjun mendongakkan wajahnya, dia terkejut saat melihat Mark menatapnya datar.

"Mau kemana?"

"D-daddy, aku...."

"Apa perkataan kami kemarin tak cukup jelas hm?"tanya Jeno.

Renjun gugup saat semua mata tertuju kearahnya. Dia hanya bisa menundukkan kepalanya sambil meremat tali tasnya.

"Woah, kau sangat berniat melarikan diri dari kami hingga berani mengeluarkan alat pelacak itu hm?"

Mark menatap kelingking Renjun yang masih mengeluarkan darah. Renjun berusaha menyembunyikannya agar Mark tak melihatnya. Mark menarik paksa Renjun memasuki kamarnya.

"D-daddy..."

"Kau tahu sesuatu? Daddy sudah lama menahannya. Kau pikir tujuh tahun tidak membuatku frustasi ha? Dan apa yang kudapat setelah tujuh tahun? Kau melarikan diri. Kau pikir aku akan membiarkannya? Tentu tidak baby"

Renjun menjauhkan dirinya dari Mark saat Mark perlahan melepaskan pakaiannya. Bahkan hyungnya lebih memilih mendudukkan diri mereka disofa dan hanya menonton.

"Aku mohon Daddy hiks aku tak ingin..."

Mark membanting tubuh mungil Renjun keranjang dan menindihnya.
"Ini malam natal sayang, tak ingin memberi Daddy hadiah?"

Daddies👅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang