Back to school

46 8 8
                                    

Waktu terus berlalu tanpa siapapun yang dapat menghentikan nya. Setiap detik begitu berarti bagi seorang gadis dengan surai hitam nan panjang itu. Ia tak ingin semua kesempatan yang Tuhan berikan kepadanya berakhir dengan sia-sia.

Navya, ia ingin menikmati hidup. Karena tak ada yang tau kapan waktu akan merenggut nya dari dunia ini.

Gadis dengan surai hitam itu tampak begitu cantik dengan seragam yang ia kenakan. Beralih mengambil tas bewarna tosca dan beranjak pergi menuju ruang makan.

Ia mendapati keluarga nya yang sudah menyantap sarapan pagi. Senyum manis terus terukir di kedua sudut bibir nya pemandangan seperti ini, entah sampai kapan dapat dinikmati oleh Navya.

Sadar akan apa yang dipikirkan, Navya segera menggelengkan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Mencoba untuk menghilangkan pikiran buruk di kepala yang dapat membuat nya melemah.

Navya mulai menyantap sarapan dengan hikmat. Di selingi oleh obrolan absurd dari kedua orang tuanya. Ia tak kuasa menahan tawa nya. Membuat keluarga Verly begitu bahagia karena kini putri sulung mereka kembali tertawa seperti biasa.

Gadis dengan surai hitam itu menghentikan tawanya ketika melihat adik laki-laki nya sedari tadi terus terdiam.

"Key. ada apa, nak? Sarapannya tidak sesuai dengan mu?" Bukan hanya Navya, sang ibu pun juga merasa ada yang aneh dengan sikap anak bungsunya itu.

Ia hanya terus mengaduk-aduk makanan tanpa menyantapnya sedikit pun. Tentu saja hal ini meninggalkan tanda tanya bagi keluarga nya.

"Hei, Key. Cepat habiskan sarapan mu. Kakak tidak ingin kamu sakit."

Key mendongakkan kepalanya menatap Navya. Ia dapat melihat wajah kakak nya yang begitu khawatir.

Tapi, jujur. Sebenarnya Key tidak suka di khawatirkan oleh kakaknya. Siapapun asal jangan kakak yang disayangi nya.

"Kakak khawatir aku sakit? Jangan lupa aku ini kuat, kak."

Navya terkekeh mendengar jawaban adiknya. Ia berdiri dari kursi, lalu beranjak menghampiri Key. Ia mengusap lembut surai hitam milik adiknya itu.

"Kakak tau. Tapi tetap saja, habiskan sarapan mu. Atau kamu mau kakak suapi?"

"Hah? Key sudah besar, kak." Anak laki-laki berumur 10 tahun itu tampak cemberut.

Navya kembali terkekeh ketika melihat adik nya yang merajuk. Bahkan Key sempat memajukan bibir bawahnya hingga membuat Navya gemas.

"Kamu tetap adik ku yang menggemaskan, Key."

"Ya udah, kalau gitu Navya berangkat dulu ya." Navya pun menyalami dan mengecup pipi kedua orang tuanya.

"Ingat, kamu jangan sampai kelelahan. Jangan terlalu banyak pikiran, kurangi aktivitas mu, dan--"

"Iya, ma. Navya mengerti."

Ibu dari dua orang anak itu menghela napas panjang ketika tiba-tiba putri sulung nya itu langsung menyela ucapannya.

Navya mengerti, karena ibunya selalu mengatakan hal yang sama setiap kali ia akan berangkat ke sekolah. Jadi ia sudah hapal kalimat apa yang akan di katakan oleh ibunya itu.

Sebelum berangkat, Navya kembali menghampiri Key. Mengacak-acak rambut adiknya itu adalah kebiasaannya sebelum berangkat ke sekolah. Bahkan biasanya Key sampai kesal dengan sikap kakak nya itu. Namun entah kenapa sekarang. Ia hanya menerima perlakuan semena-mena kakaknya itu dengar senang hati.

Key tidak menggerutu apa lagi marah. Ia tampak menikmati setiap usapan lembut kakaknya.

"Kakak pergi dulu adik manis." Key tersenyum mendengar ujaran kakaknya.

Kenangan Bersama muOù les histoires vivent. Découvrez maintenant