Cemburu

10.6K 604 48
                                    

Vote please, thanks.

Happy reading❤️

∆∆∆

Hanya bisa menyukai tanpa bisa memiliki.

∆∆∆

"Eh, ngomong-ngomong gue tadi liat Aqilla dianter sama cowok tadi. Dari seragamnya sih keknya bukan murid sini." ujar Ardan memberi tahu informasi yang ia ketahui.

Arsen menggeram kesal dengan tangan mengepal. Mood nya yang sejak kemarin jelek pun tambah jelek saat mengetahui hal tersebut. Sepertinya cowok yang ia temui kemarin malam sama dengan cowok yang mengantarkan Aqilla ke sekolah hari ini.

Perasaan aneh yang menjalar di hatinya pun timbul lagi. Perasaan yang sama ketika ia melihat Aqilla bersama orang lain.

Arsen akui ia memang cemburu pada Aqilla yang bukan siapa-siapanha. Ia tidak bisa menyangkal lagi. Arsen menyukai Aqilla. Arsen menginginkan Aqilla hadir disampingnya untuk sekarang, besok, dan selamanya. Arsen membenci Aqilla yang dekat cowok lain selain dirinya.

"ARRGGHHH." Arsen meringis. Kepalanya berdenyut, telapak tangannya menyentuh pelipis untuk menetralisir rasa sakit.

Brak.

Suara gebrakan meja terdengar. Arsen menggebrak meja kantin membuat meja tersebut jatuh disertai gelas pecah berisi es jeruk milik Ardan tadi. Hal itu berhasil menarik perhatian seluruh penghuni kantin. Suara gaduh pun tak dapat terhindarkan. Bisikan-bisikan murid-murid terutama kaum hawa terdengar bagaikan lebah yang melintas.

"Ayang Arsen tambah ganteng kalo kayak gitu. Duh, jadi pengen nikahin kan!"

"Arsen yang kalemnya kayak air mengalir pun bisa marah."

"Sini Bebeb Arsen! Peluk aku supaya kamu amarahmu berkurang!"

Begitulah kira-kira bisikan dari kaum hawa.

Arsen beranjak dari kantin tanpa rasa bersalah dan rasa tanggung jawab dengan kegaduhan yang ia ciptakan. Cowok itu melenggang pergi, menuju kelasnya. Ia yakin jika kelasnya saat ini sedang sepi, maka dari itu ia bisa menenangkan dirinya yang diliputi amarah. Ini pertama kalinya ia marah besar. Bahkan saat Samuel menamparnya, ia tidak semarah ini. Hanya Aqilla yang memapu memporak-porakdakan hatinya.

Mendengar penuturan Ardan tadi membuatnya naik pitam. Rasanya ia benar-benar ingin adu jotos dengan cowok itu, membuat wajah jeleknya menjadi semakin jelek.

Arsen duduk di bangkunya yang berada di pojok paling belakang. Benar instingnya saat ini kelas sepi, tak ada seorang pun di kelas ini kecuali dirinya sendiri. Ia jadi lebih leluasa.

"Aqilla Clarissa Sifabella, cuma lo bisa bikin gue jadi kayak gini." gumam Arsen.

Di sisi lain.

Vano berjalan menghampiri Bu Bambang. Cowok itu mengeluarkan dompetnya di balik saku, memberikan beberapa lembar uang kepada Bu Bambang sebagai ganti rugi atas kekacauan yang Arsen lakukan. Awalnya Bu Bambang sempat menolak karena hanya satu buah gelas yang pecah yang harganya tidak seberapa. Tetapi, Vano bersikeras memaksa. Mau tidak mau Bu Bambang menerimanya.

Sedangkan Hendra dan Ardan sedari tadi hanya bisa melongo melihat kepergian Arsen. Raut bertanya-tanya pun terpancar di wajah mereka, bingung apa yang terjadi dengan sang kapten basket itu.

LOVE YOU MY ICE [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora