ARUNA - 4 (REVISI)

25 6 11
                                    

Dan lagi. Semesta selalu mempermainkan kita di waktu yang tidak bisa di tebak.

ARUNA DITA DIAJENG BRAWIJAYA

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

"Kamu mau jadi preman sekolah?."

Suasana ruang kerja Adinda terasa sunyi dan tegang. Aruna yang tengah duduk di kursi yang langsung berhadapan dengan Ibunya itu berkali-kali menghela nafasnya.

"Udah deh, kamu ikut mama pindah ke jepang aja ya." Ujar Adinda dengan wajah prustasinya.

Mendengar perkataan ibunya itu Aruna langsung membulatkan kedua matanya.

"Mama ampun..." Ujar Aruna seraya memelaskan wajah.

"Una janji deh, gak bakalan ribut - ribut lagi di sekokah."

"Bosen!. Mama bosen dengar alasan kamu begitu... terus, kamu itu perempuan, anak perempuan, contoh dong mbak alya kamu, dia rajin, juara umum, dia gak bandel kayak kamu. Mama malu ya dari kamu sd sampai sekarang, di telpon terus sama wali kelas kamu kalau kamu ribut di sekolah, berantem."

"Tapi ma..."

"Mama kasih kamu satu kesempatan lagi, kalau kamu balap liar, pulang jam tiga pagi, ribut di sekolah. Kamu ikut mama pindah ke jepang!."

Aruna menundukkan kepalanya "Iya, ma."

Adinda menghela nafasnya "Yaudah, sana, ganti baju kamu, terus makan. Mama tunggu di ruang makan."

.

ARGA DEVANO SATRIA BRAWIJAYA menghentikan suapan roti isi kedalam mulutnya saat melihat seorang gadis cantik yang telah rapi dengan seragam sekolahnya berjalan menuju meja makan yang sama dengannya. Aruna, adik bungsunya yang sudah terlihat rapih pagi ini.

Aruna yang merasa ditatap sedari tadi balik menatap kakak sulungnya tersebut dengan wajah datarnya.

"Kenapa sih mas? Una tau kok una itu cantik, jadi gak perlu lah diliatin terus." Ujarnya membanggakan diri sendiri.

"Mas bingung aja, ini masih jam enam pagi tapi kamu udah siap mau berangkat sekolah, arya aja belum bangun."

"Justru itu mas, una mau nebeng mas arya." Ujar Aruna seraya menyuapkan setu sendok nasi goreng kedalam mulutnya.

Merasa dirinya disebut Arya pun menampakkan wujudnya di ambang pintu kamarnya.

"Kenapa sebut-sebut nama aku?." Ujar laki-laki tampan itu dengan wajah bantal dan baju tidurnya. Baru saja bangun.

"Anjir sensitif banget telinganya." Gumam Aruna membuat Arga terkekeh geli.

"Apaan sih?." Ujar Arya yang telah duduk disebelah Aruna dan mencomot satu lembar roti.

"Ih! Jorok banget sih, cuci muka dulu sono baru makan."

"Apaan sih dek, tangan mamas bersih kok." Ujarnya tak mau kala seraya menunjukkan kedua telapak tangannya.

AELLYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang