hanya karena Handphone?

3 0 0
                                    

Drrdd... Ddrrrdd... 

Sejak 10 menit yang lalu handphone ku terus berbunyi tanpa henti. Aku menahan diri untuk tidak mengangkatnya, lagian aku tak mengenali pemilik nomor yang berujung 00015 itu. 

"Nastya, kenapa telfonnya tak di angkat? Itu telfon dari Keyana kan?" tanya ibu. 

Aku menggeleng dengan mata yang masih terfokus pada buku yang sedang ku baca.

"lalu siapa? Ayah?"
Aku lagi lagi menggeleng lalu mengangkat bahu. Aku memang tak tahu dan aku tak ingin menghabiskan waktu untuk mengangkat telfon yang tidak ku kenali dan sekedar bilang "halo, maaf salah sambung" ah, membuang waktu. 

"kamu gak ngasih nomor kamu ke orang lain kan?" ibu menyipitkan matanya memandangiku. Aku lagi lagi menggeleng. Aku memang tak pernah memberikan nomor ponselku pada siapapun.

"sini coba biar ibu yang angkat" ibu meraih ponselku dan mengangkat oanggilan suara yang sedari tadi terus bergetar. 

"halo maaf ini siapa?" ibu langsung to the point

"ah, halo tente, saya Keano temannya Nastya" ucap seorang di balik telfon. Ah,  Keano ternyata.

"maaf,  anak saya tidak punya teman lelaki. Dan tolong kalau kamu menyukai anak saya kamu pikir baik baik karena saya gak akan setuju anak saya berpacaran. Dia masih kecil dan harus belajar!" ucap ibu dengan nada kesal. Langsung mematikan sambungan teleponnya. 

Aku memandanginya dengan hati degdegan. Ibu akan marah padaku.

"kamu sejak kapan berteman dengan lelaki?" tanya ibu dingin

"aku gak berteman dengan lelaki bu, dia kembarannya Keya"

"kalau begitu kamu tak boleh berteman dengan Keya karena Keya mempunyai kembaran laki laki"

"kenapa bu?" cicitku.

"ibu gak mau kamu pacaran. Pacaran itu merusak otakmu merusak prestasimu Nastya! Kamu dengar ibu kan?"

"ibu aku gak pacaran dengan siapa siapa,  dengan Keano kami gak berteman. Dia yang hanya menganggapku teman" belaku

"kamu mau membantah ibu?"

Aku diam

"kamu gak boleh berteman dengan Keya dan handphone kamu ibu sita. Sekarang masuk kamar dan belajar, minggu depan kamu akan ibu ikut sertakan lomba debat bahasa jerman"
Ibu mengambil handphone ku dan meninggalkanku. 

Aku terdiam menatap punggung ibu yang mulai menjauh, pandanganku mulai samar tertutup oleh embun bening yang sebentar lagi akan turun dan menetes. Ah, akan ada hujan lokal rupanya.

kamu jangan terlalu memaksakan dan jangan terlalu bekerja keras, badanmu perlu istirahat. Papah sama bunda kan cuma ingin kamu tetap sehat, bukan prestasi. Kamu harus jaga kesehatan, lihat badan kamu agak kurus begitu"

Seandainya... 

Tapi aku tak pernah merasakannya selain "kamu harus belajar, kamu harus cantik, kamu harus ramah dan baik. Kamu harus membanggakan orang tua"

"istirahat membuang buang waktu"

Aku ~ sedikit lelah ibu.. 
Penghilang penatku itu Keyana, sahabatku. Cuma dia yang bisa hibur aku saat aku pusing memikirkan semuanya.

Aku masuk ke kamar dan mengambil buku tebal yang kemarin ku pinjam di perpustakaan campus. Aku mulai membaca buku dan
Tes..
Tes..

Ah, hujan rupanya.
Tapi aku tetap membaca sambil menahan isak dengan lembaran demi lembaran basah terkena air mata.

Aku tak boleh menangis. Menangis hanya membuatku lemah.
Aku beranjak untuk mencuci muka. Sebisa mungkin ku tahan tekanan yang menekan keras hatiku. Ia harus tetap kuat dan aku tak akan menangis. Karena aku kuat dan aku tak ingin menjadi orang lemah.

----

Usai panggilan terputus Keano kicep, ia tak menyangka akan mendapatkan respon seperti itu. Padahal ia cuma berkata kalau ia adalah teman Nastya, tapi seakan ia adalah seseorang yang hendak menculik Nastya saja.

"kenapa lo?" tanya Keya duduk di samping Keano.

"emak nya galak banget"

Hahaha

Keya terbahaj sambil memukul bahu Keano. Kebiasaan Keya adalah saat ia tertawa tangannya tak pernah terkontrol, ia sering memukul atau membanting sesuatu. Aneh emang!

"kenapa?" Keano mengangkat alisnya bingung

"kualat sih lo ngambil nomor si Nastya tanpa minta ke gue"

"ibu Nastya emang suka gitu, dia protektif banget sama Nastya makanya tu anak jadi kayak batu pinter berjalan" jelas Keya

"masa baru ngomong kalau gue temennya aja udah di damprat sama katakatanya trus di tutup dong telfonnya"

"emang gak boleh punya temen dia apalagi cowo, mending aku di ijinin temenan sama Nastya oleh ibunya. Makanya tu otak si Nastya kaku gak pernah kenal sama arti cinta"
"kamu kalau cinta, mending cari lagi deh ya, kasian sama lo dan gak tega juga sama Nastya" Keya menepuk pundak Keano. 

"aku suka tantangan" Keano nyengir.

"batu!" Keya melotot lalu tak lama ia memeluk kaka sekaligus kembarannya itu.

----

Tok tok tok

"Nastya buka pintunya nak" ibu berkata di balik pintu.

Aku bangkit dan segera membukakan pintu untuknya. 

"ini ada masker dan skincare untukmu, kamu cuci muka dan pakai masker setelah tunggu beberapa menit kamu pakai cream malam ini ya"

Aku menerima bungkusan yang ibu berikan padaku

"wajah kamu kusam, kamu udah gak cantik lagi makanya ibu belikan ini semua untuk kamu. Dan ibu sudah konsultasi sama dokter Vera, hari minggu kita akan kesana buat sedot lemak kamu. Kamu udah agak gendut" ibu lagilagi berkata dan aku mengangguk. 

"yaudah, cepat cuci mukamu lakukan apa yang tadi ibu ucapkan tadi ya sayang, ibu ke bawah dulu. Terimakasih sayang"

"iya bu"

"ah, ibu sudah beli buku bahasa Jerman tadi sore, dan sudah ibu simpan di rak bukumu yang paling bawah. Kamu baca ya" aku mengangguk

Ibu menutup pintunya. 

Ibu bahkan tak membahas tentang handphone yang ia sita. Sejujurnya aku bosan dan kepalaku seakan mau pecah, aku butuh Keya.

Okeoke, halo skincare, mari kita lakukan.

KATA, CINTA DAN LUKAWhere stories live. Discover now