Fury Garong

7 3 0
                                    

Tatapan matanya. Ugh!

Kalau saja Rio sadar betapa wajah tak berdosa hewan berbulu itu menyimpan kejahatan. Dia pasti tidak akan memeliharanya lagi.

Ini kesepuluh kalinya aku datang setelah Rio memilih mengadopsi kucing persia milik mantan kekasihnya untuk sementara waktu.

Iya, mantan. Menyebalkan. Kenapa juga mau saja menerima permintaan tolong mantannya. Apa dia tidak sadar sedang dimanfaatkan? Ya, pantas saja dia tidak sadar kepalsuan hewan berbulu itu.

Kucing dan majikan sama aja. Suka memanfaatkan orang baik.

"Jul, bisa kan? Aku minta tolong."

Rio kembali menanyakan perihal kesediaanku menjaga si Bulbul selama dua hari karena dia harus pergi keluar kota memenuhi tuntutan kerja.

Tentu saja aku akan menolak. Namun, wajah memelas Rio dan permintaan tulusnya menggangguku.

Terpaksa aku mengangguk dan tersenyum memaksa.

Ya, apa lagi yang bisa kulakukan setelah melihat wajah memelasnya. Aku rasa Rio merupakan titisan siluman kucing.

Waktu memberi makan si Bulbul, kuusahakan menaruh tempat makannya sebelum ia datang dan memberiku hadiah menyakitkan. Cakaran.

Bulbul, hewan bertampang manis dengan bulu lebatnya berwarna abu-abu tengah memantauku dari posisi santainya di atas bantalan empuk.

Sebelum Rio pergi, aku memintanya untuk memindahkan tempat makan Bulbul di dekat dapur sehingga jarak antara tempat bersantai dan makan Bulbul lebih jauh. Aku pun tenang memberikannya makan tanpa takut kena hadiah olehnya.

Sebungkus makanan Bulbul sudah di tangan. Hanya tinggal memindahkannya ke atas mangkuk berbentuk kepala kucing. Lalu memberinya air minum juga di wadah yang lain. Selesai.

Sesederhana itu.

Kenyataannya, Bulbul mendatangiku dengan wajah super manis. Mengeluskan tubuhnya ke kaki dan mengeong manja.

Ini hanyalah tipu muslihatnya saja. Bagaimanapun aku menjauh, Bulbul mengikutiku.

Aku menyerah, berbicara sedikit dengannya tidak akan membuatku gila, kan?

"Bulbul, tolong bersikap baiklah. Aku akan memberikanmu makan. Tolong, jangan cakar aku. Simpan cakaranmu untuk menerkam tikus." ucapku panjang lebar.

Bulbul seakan mengerti semua perkataanku. Dia mengeong kemudian duduk manis di depan tempat makannya.

Tanpa ada rasa kwatir karena Bulbul bersikap manis, aku langsung menuangkan makanannya.

Argh!

Tiga garis menjadi hadiah Bulbul di tanganku untuk kesekian kalinya.

***
DWC DAY 22

Hewan peliharaan adalah pemeran antagonis.

Hello, July (30 Deadly Writing Challenge)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang