Teko Ajaib

5 1 0
                                    

Seperti keinginanku di cerita kemarin. Aku ingin berada di depan meja. Telah tersedia selembar ketas dan pulpen di sana. Namun, tidak hari ini. Tidak ada pulpen maupun kertas. Melainkan sebuat teko dari keramik berwarna putih gading. Ada hiasan bunga sakura di beberapa sisi.

"Untuk apa ini?"

Aku memerhatikan teko itu dengan seksama. Melihatnya tanpa memegangnya. Lama kelamaan aku mencoba mengangkatnya. Ringan. Tidak seberat yang kukira.

"Apakah ada isinya?" tanyaku lagi pada diri sendiri.

Di samping teko tadi ada sebuah piring dan gelas juga sebuah sendok kecil. mereka diletakkan sejajar dengan teko. Tidak bertumpang tindih.

Usil, kucoba menuangkan apa pun yang ada di dalam teko. Tidak ada apa pun.

"Yah, kuharap tadi isinya secangkir kopi. Pantas ringan, tidak ada isinya." Lagi-lagi aku berbicara sendiri. Tidak seperti biasanya. Mungkin saat ini aku butuh teman bicara, tapi tidak ada yang bisa kuajak berbincang.

Merasa bosan, aku berlagak seperti wanita bangsawan inggris. Menegakkan punggung, aku memegang teko dengan anggun, mendekatinya ke cair dan membayangkan akan ada kopi panas nan nikmat keluar.

Voila! Benar saja. Cairan hitam pekat keluar dari teko. Panasnya menguap, menggantarkan aroma menggoda di penciumanku.

"Ah, secangkir kopi!" aku menyesapnya penuh nikmat. "Andai ada makanan di dalamnya, Croissant sepertinya enak untuk jadi sarapan." dengan usilnya aku membuka tutup teko melongok ke dalam.

Sebenarnya aku hanya penasaran bagaimana tempat kosong tadi bisa terisi kopi. Ya, tadi aku kan belum melihat ke dalam teko.

Keajaiban lain terjadi. Beberapa Croissant ada di dalam sana.

"Apa ini? Teko ajaib kah? Dengan begini aku bisa makan apapun makanan yang aku mau kan?" ucapku gembira. Sayangnya kegembiraanku tak bertahan lama. Pria dalam balutan serba hitam kembali mengusikku.

"Bagaimana harimu, Nona, menyenangkan?"

"Beberapa detik sebelum aku melihatmu, Tuan."

Ia hanya terbahak lalu mendaratkan bokongnya tepat di kursi depanku. Dengan tidak sopan ia mencomot salah satu croissant yang sudah aku pindahkan ke piring.

"Sepertinya kau mulai menikmati hidupmu di sini. Bagaimana kalau kau di sini tinggal bersamaku."

Tinggal bersamanya? Apa dia tidak mengerti kalau aku tidak suka dengan keberadaannya di dekatku?

"Tidak akan. Hanya tinggal beberapa jam lagi, kau akan mengembalikanku di mana tempatku berada."

Tanpa kata ia mengangguk angguk, kembali memakan croissant lainnya dan meneguk habis kopi hitamku.

"Aku pasti akan merindukanmu." katanya kemudian bangkit dan pergi berlalu.

Kali ini aku bisa melihatnya berjalan sampai ia benar-benar hilang saat berbelok. Tidak seperti yang dulu-dulu, ia sangat suka menghilang begitu saja seperti sapuan angin, bahkan di antara lalu lalang manusia.

"Teko ajaib, bisa kah kau kubawa pulang?"

***
DWC DAY 30

Teko Ajaib

Hello, July (30 Deadly Writing Challenge)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang