Bab 3. Wali Kota

6.1K 788 36
                                    

UPDATE!!!

Langsung aja ke cerita ya gausah ada AN. Oke semoga kalian suka dan happy reading 😁😁

Vote comment share

Follow recommend

Love,
DyahUtamixx



Rosemary tidak tahu harus merespon apa ketika pria itu menyebutkan namanya, jadi Ia memilih diam dan melihat punggung pria itu yang menjauh sebelum menghilang di balik pintu yang tertutup

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Rosemary tidak tahu harus merespon apa ketika pria itu menyebutkan namanya, jadi Ia memilih diam dan melihat punggung pria itu yang menjauh sebelum menghilang di balik pintu yang tertutup. Ia menghela pelan dan menatap cangkir yang beberapa menit lalu digunakan oleh Cain.

Cain.

Nama pria itu adalah Cain. Nama yang begitu cocok untuk pria tersebut. Sebuah tombak, namun sayang sikap pria itu membuat Rosemary mengerang. Sikap arogan dan narsisnya membuat Rosemary ingin membenturkan wajah pria itu ke kaca. Oke pria itu tampan dan memiliki karisma, tapi tetap saja Rosemary akan membenturkan wajah pria itu untuk menyadarkan diri dan juga menghilangkan sikap narsisnya.

Rosemary kembali memakan sarapannya dalam diam, namun Ia harus kembali di ganggu oleh pelayannya, yaitu Stuart. "Apa dia sudah pergi?" Bisiknya pelan. Mata pria itu melirik ke arah pintu staff dimana Cain berada.

"Kau pikir? Tentu saja belum." Rosemary mengerutkan kening dan menatap Stuart bingung. Sepertinya Stuart adalah tipe pria yang terlalu... bagaimana Ia harus menjelaskannya? "Kenapa memangnya?" Rosemary mengerjapkan mata ketika dengan cepat Stuart duduk di kursi yang ada di depannya, tempat yang sebelumnya diduduki oleh Cain. Wajah Stuart mendekat dan Rosemary dapat melihat ekspresi penuh misterius.

"Kau tahu siapa dia? Kau pasti tahu! Semua wanita tahu siapa dia!" Bisik Stuart dengan semangat. Rosemary tidak tahu harus mengatakan apa. Apakah Ia harus mengetahui siapa pria itu? Melihat ekspresi bingung Rosemary, Stuart kembali berkata, "dia sering muncul di televisi!"

Rosemary menggerutu dalam hati. Ia sibuk mencari uang dan bertahan hiduo di dalam rumah yang menjadi nerakanya, mana sempat Ia menonton televisi. Bahkan temanpun Ia tidak punya. Disaat semua kolega di tempatnya bekerja dulu sibuk bergossip, maka Rosemary akan sibuk mengerjakan tugasnya sebagai siswa. "Umm... apa aku harus mengetahuinya?"

Mendengar gumaman Rosemary, Stuart menunjukkan muka terkejut. Namun itu hanya beberapa saat, karena kemudian ekspresi itu tergantikan oleh wajah penuh horror. "Tidakkah kau tahu? Apa kau menonton televisi?"

"Aku sibuk, jadi buat apa menonton televisi?"

Stuart mendecak pelan. Matanya sekilas melirik sekeliling restoran. Sepertinya pria itu sedang mencuri-curi jam bekerja untuk menghampirinya dan mau tidak mau Rosemary tersenyum. Ia tidak akan bosan jika memiliki teman seperti Stuart. "Girl, kau benar-benar keterlaluan!" Stuart semakin mendekatkan wajahnya dan melanjutkan, " Dia adalah Cain."

"Oke, aku tahu dia Cain. Dia baru saja mengenalkan dirinya padaku," ujar Rosemary tidak habis pikir. Ada apa dengan pria bernama Cain itu? Kenapa Stuart memiliki reaksi berlebihan seperti itu? Lagipula apa pria itu tidak takut dimarahi oleh atasannya karena tidak memgerjakan pekerjaannya? Dan memilih untuk bergosip dengan salah satu pelanggan yang jelas sekali sedang makan?

The Dark DesireWhere stories live. Discover now