15 - Jangan Sakit Lagi!

411 49 2
                                    

Berbahagialah untuk orang-orang yang beruntung. Beruntung mendapatkan seseorang yang menerima kita apa adanya.

-Dari Sisa-

Happy reading ....

Disinilah Jelita sekarang, di ruang tamu rumahnya. Berhadapan dengan Rey, Saga, juga Elvan. Sedangkan Cantika pamit untuk ke belakang.

Tatapan menghujam dari ketiganya membut nyali Jelita menciut seketika. Ia menunduk lesu dengan bibir mengerucut kecil, persis seperti anak SD yang sedang dimarahi.

"Maafin," lirih Jelita.

Rey juga Elvan memandang Jelita dengan datarnya. Berbeda dengan Saga yang asyik memakan kue puteri salju kesukaannya.

"Maaf Kak, aku gak akan ngulangin lagi kok, janji! Suer deh!" Jelita mengacungkan tanda suer sembari memamerkan baris giginya.

Tak ada ekspresi dari keduanya, membuat Jelita menundukan pandangannya dalam. Matanya sudah berembun, pertanda cairan-cairan bening itu siap lolos dari pertahanannya.

"M-maafin, a-aku gak  a-akan ngulangin kok," lirih Jelita gagap, air matanya sudah lolos.

Rey juga Elvan dibuat mematung dengan Jelita yang menangis karena mereka. Pikiran keduanya sama, pada apa yang mereka lakukan pada Jelita. Apa ini tidak terlalu keras 'kah?

Saga terkesiap dengan lirihan Jelita yang sendu, juga isakan Jelita yang mulai terdengar. Segera mungkin Saga menghampiri Jelita, menunda ritual menghabiskan kue puteri saljunya itu.

"Kakak, kenapa?" Saga duduk di sebelah Jelita seraya menatap manik Jelita yang menunduk dipenuhi bening air mata.

Jelita menggeleng.

"Kalian 'kan? Kenapa Kak Lita kayak gini heh?!" sentak Saga memarahi, namun terkesan imut dalam pendengaran. 

Rey dan Elvan hanya mematung diam tak menyahuti Saga. Mereka kompak memandang Jelita.

"Jahat banget kalian ya ampun! Gak ada hati samsek!" tutur Saga tak habis pikir.

Rey mengenyit. "Samsek? Apa itu samsek?" Alis Rey terangkat sebelah, setelah menyakan kata yang tak ia ketahui.

Saga menghembuskan nafasnya kesal. "Itu singkatan dari sama sekali! Aduh, selain jahat, Kakak juga pea!"

Ucapan Saga mengundang kekehan dari Elvan. Membuat Rey memandang Saga dan Elvan tajam melebihi tajamnya silet.

Rey bangkit dari duduknya, lalu ikut duduk di sebelah Jelita yang masih setia menundukan pandangannya.

Tak tahan rasanya Rey jika harus melihat Jelita menangis seperti ini, apalagi hal ini disebabkan oleh dirinya juga Elvan yang telah memarahi Jelita.

"Sudah, jangan cengeng," tutur Rey datar seraya mengusap kepala Jelita lembut.

Memang tabiatnya seorang Reynando Askara. Tak ada manis-manisnya.

Jelita mendongkak. "Maaf, Kak."

Tatapan Rey sendu, saat melihat manik Jelita yang dipenuhi deraian air mata. Rasanya dadanya itu sesak, entah karena apa, padahal ia tak memiliki riwayat penyakit atsma atau paru-paru lainnya.

Tangan Rey terulur menghapusi setiap derai air mata Jelita. "Hem, jangan ulangi lagi."

Jelita mengangguk yakin. "Gak akan makan pedas lagi, janji," paparnya tersenyum tulus.

Rey tersenyum tipis dibuatnya. Lalu ia mengacak rambut Jelita gemas sendiri. "Harus itu."

Lagi-lagi Jelita mengangguk mengiyakan dengan tersenyum. Lalu, beralih menatapn Kakaknya, Elvan yang sedari tadi mencibir melihat pemandangan di hadapannya. Membuat jiwa jomblonya meronta-ronta.

JELITA [Revisi]Where stories live. Discover now