ENAM

4.6K 653 51
                                    

Baru seminggu kelahiran cucu pertamanya, Jali mengadakan akikah di rumahnya begitu meriah. Warga ramai berdatangan mengucapkan selamat. Apalagi ibu-ibu berbondong saling membawakan kado untuk Si Kecil.

"Selamat ya, Nurul atas kelahiran anak pertamanya?" ujar salah satu ibu-ibu yang alisnya seperti cicak berak. Padahal dulunya suka sekali menggosip Nurul gadis aneh. Sejak Nurul menikah dengan Reza mereka tiba-tiba menjadi sok akrab dengannya.

Bukanlah Nurul yang menyimpan dendam, ia justru bersyukur. Keputusan orang tuanya yang menikahkannya dengan Reza ternyata benar-benar baik untuknya.

"Untung kamu kawin dengan Reza, semua orang jadi menghormatimu, kalau kamu kawinnya dengan Rukiman? Bukan cuma dianggap aneh selamanya, bisa-bisa sampai mati kamu tak dianggap orang," ujar Sadikin sesumbar padanya saat berpapasan di dapur.

Terbayang atas ucapan pamannnya, jika ia menikah dengan Rukiman, takdapat ia bayangkan. Ia bergidik jijik. Kemudian, ia menegakkan tubuhnya, dan berkata dalam hati, "Aku bukanlah Nurul yang dulu, semua telah berubah."

Sebutan gadis aneh telah hilang dari dirinya. Pun ia tahu, yang menyembuhkannya dari ikatan setan adalah mantan calon mertuanya. Namun, pandangan orang-orang tidak bisa diubah hanya dengan kesembuhannya itu, kecuali harta dan kedudukan.

Nurul menyambangi para tamu satu persatu dengan memerlihatkan bayinya dalam dekapan. Semua orang memujinya dan juga anaknya.

Orang-orang turut merasakan kebahagiaan itu. Sementara Rukiman, tak tahu kalau Nurul telah melahirkan di hari ia dibawa ke gunung meranti.

Di gunung meranti, Uwak Gimun memandikannya, persis seperti Nurul sebagai dinding diri. Bedanya, ia dimandikan di bawah air terjun pegunungan itu.

"Jika kau ingin menyalin seluruh kekuatan bapakmu, kau mesti tahan dahulu bertapa di bawah air mancur ini nanti bulan empat belas. Apapun yang menggodamu, jangan terkecoh." Begitu nasihat Uwak Gimun. Rukiman siap dengan segala risiko.

Meninggalkan kisah Nurul dan Rukiman, terbanglah pena ini ke rencana Sadikin yang licik itu.

Lelaki berkumis tebal, rambut keriwil itu_lagak perawakannya seperti polisi india_sudah siap dengan segala rencananya bersama Dewi Ular.

Acara akikah telah berakhir di sore hari. Malamnya adalah waktu istirahat bagi Nurul dan suaminya beserta Bapak-ibunya dan juga mertuanya.

Acara akikah cukup melelahkan mereka. Sebelum tidur, mereka mengobrol santai di ruang tengah.

Jali, Tamami, dan Reza asyik mengobrol duduk saling berhadapan di karpet bulu berwarna coklat sembari menikmati kue basah sisa acara. Sedang, tak jauh dari keberadaan mereka, tampak Lina dan Yuyun-istrinya Tamami-sibuk unboxing kado cucunya. Nurul tersenyum melihat kehangatan keluarganya, lalu tertuju kepada bayinya yang nyenyak dalam pangkuannya. Ia menarik napas begitu hayatnya. Lega dan bersyukur itulah perasaannya kala itu.

Tiba-tiba saja Nurul tersentak dengan teriakan Sadikin di luar rumah.

"Ada apa Sadikin, malam-malam teriak?!" ujar Jali saat membuka pintu.

"Kak, saya melihat ada cahaya merah keluar dari rumah Kakak, apa yang terjadi?"

"Hah?" ujar Jali bingung. Tanpa menunggu lama, Sadikin berlari ke dalam. Ia pura-pura memastikan. Dilihatnya Nurul dan Reza sedang bersama Nandung.

"Ada apa, Paman?" Nurul tampak bingung. Yang lain pun turut bingung.

"Kalian tidak apa-apa? Anakmu bagaimana, Nur?" Sadikin celingukan ke sana kemari.

"Kami semua baik-baik saja. Anakku juga," kata Nurul.

"Ah, syukurlah, berarti aku salah lihat." Sadikin memasang wajah pura-pura cemas.

KARINDANGAN Место, где живут истории. Откройте их для себя