Shalla Anaya

36 12 0
                                    

Shalla yang udah berkemas untuk segera berangkat ke sekolah dan berpamitan dengan Hendra yaitu ayah Shalla

"Yah Shalla berangkat ke sekolah dulu ya" Sambil menyalim tangan ayahnya "Jaga diri ayah baik-baik dirumah, jangan kecapean dulu, karena ayah masih belum pulih" Shalla sangat menghawatirkan ayahnya yang udah tua harus bekerja keras untuk dirinya

"Ayah baik-baik aja, kamu yang harus jaga diri, tetap tabah dan bersabar dalam menghadapi hidup" Ayahnya mengetahui bahwa Shalla sangat terpuruk karena penghinaan semua siswa di sekolah

"Ayah gak perlu cemas" Memegang kedua pundak ayahnya "Shalla udah biasa dengan apa yang terjadi dari masa kecil dulu" Sejak kecil Shalla selalu dihina karena kekurangannya yang gak bisa melihat dunia dan harus melihat kegelapan

"Ayah bangga samamu nak, sekarang ayah percaya bahwa anak ayah selalu semangat dalam menjalani hidupnya" Memeluk Shalla dengan erat dan merasa sedih karena gak bisa berbuat apa-apa

"Yaudah kalau gitu Shalla berangkat dulu ya Yah, ingat jaga diri ayah baik-baik, jangan sampe kecapean"

Shalla mengambil napas dalam dan menghembuskannya dengan pelan, berharap hari ini adalah hari yang bahagia, gak ada ejekan ataupun hinaan

Shalla melewati taman bermain dan mengingat masa lalunya yang bersama Ayah tercinta, mengambil setangkai bunga dan menghirupnya dengan perlahan "Bunga ini sangat harum, semoga hidup bunga ini juga bahagia gak seperti diriku saat ini" Mengingat nasibnya yang sekarang

Senyum Shalla terhenti disaat berada di depan pintu gerbang sekolah dan harus menyiapkan dirinya dengan semua ejekan yang akan di dengarnya

"Hee lo" Panggil salah satu siswa yang sangat jahil "Tali sepatu lo itu belum di terikat"

"Bagaimana dia bisa tau tali sepatunya belum terikat, sementara melihat aja dia gak bisa, hhhh" Semua siswa menertawainnya seperti biasa

Shalla hanya diam dan mengabaikannya aja, karena Shalla benar-benar udah mengikatkan tali sepatunya sebelum pergi ke sekolah dan ini termasuk dari kejahilan siswa untuk mengerjainnya

Shalla memasuki kelasnya dan duduk di bangku tempatnya, Shalla menyentuh meja dan di meja terdapat seperti pasir, Shalla tau betul ini adalah kapur papan tulis dan ini semua kerjaan dari teman sekelasnya

Shalla memang sengaja membawa sapu tangan karena Shalla tau bahwa teman sekelasnya akan mencoret mejanya dengan kapur

"Shalla" Suara Lara membuat Shalla kesel karena memanggil namanya dengan begitu kencang

"Lara kan udah Shalla bilang jangan pernah berteriak saat memanggil nama Shalla" Shalla sangat bersabar menghadapi sahabatnya ini yang sangat cempreng

"Iya iya gue tau Shal, maaf gue lupa, lagian gue udah terbiasa Shal, jadi harus kek mana dong?" Tanya Lara dengan polos dan ingin membuat Shalla kesel

"Mau dilarang kek mana pun Lara tetap akan ngelakuinnya, jadi Shalla gak perlu jawab pertanyaan Lara" Shalla udah paham sama sifat Lara yang selalu ingin membuatnya kesel, tetapi Lara gak pernah berhasil

"Shall gue semalam baru belik novel, lo mau baca gak novelnya, sumpah ini novel ceritanya bikin gue baper setengah ma"

"Laa" Ucapan Lara terhenti disaat Shalla memanggil namanya

"Maaf Shall gue lupa, maafin gue ya Shal? Gue gak bermaksud nyinggung lo tadi" Lara memang selalu lupa bahwa sahabatnya Shalla gak bisa melihat sama sekali, bagaimana bisa Shalla membaca novel

"Iya gak papa La, lagian lo udah sering kek gini, Shalla udah terbiasa" Balas Shalla dengan nada lembut dan Shalla gak marah, karena Shalla tau bahwa Lara gak pernah bermaksud untuk menyinggung dirinya

ShalendraDove le storie prendono vita. Scoprilo ora