02. Blue

128 15 8
                                    

Spring, 2019

Setelah drama pagi buta tadi, sukses membuat kepala Apple pening. Gadis itu memijat pelipisnya selagi tangannya sibuk membuat diagnosis pasiennya yang baru keluar ruangan semenit yang lalu. Isi kepalanya sekelibat terpikir mengenai pria di rumahnya—semoga saja masih tidur—tadi sih dirinya mengunci rumah, takut-takut hal seperti tadi fajar terulang. Well, akhir-akhir ini Apple selalu disibukan oleh hal-hal tentang kekasihnya—meski sedikit senang dan banyak resah; senangnya si kekasih tidak akan pergi kemana-mana minggu ini dan resahnya bertemu dengan seseorang yang membencinya dan sebaliknya.

Kala lamunanya mengudara, ia dikagetkan oleh dering telepon yang dengan segera ia angkat dan disambut oleh suara milik Jisung.

"A, ada yang ingin bertemu denganmu," ucap Jisung langsung.

"Hm? Siapa? Aku tidak membuat janji dengan siapa-siapa hari ini," sahut Apple sembari membuka jurnalnya mengecek jadwalnya hari ini.

"Entahlah, A. Sepertinya ada yang salah dengan pacarmu."

Jantung Apple terasa jatuh jauh ke perutnya. "Pacarku?"

"Ya pacarmu datang kesini menggunakan jas lagaknya pun seperti seorang CEO lantas ia bilang namanya Min Yoongi."

Apple menarik napas panjang-panjang sebelum menyuruhnya masuk ke ruangan. Ah, Min Yoongi, si pria gila kerja yang mana Apple berani taruhan ia ke sini hanya untuk mengomel mengenai pekerjaannya yang menjadi kacau dari pada konsultasi.

"Apple, kau tahu pekerjaanku menjadi—"

"Yoongi, kau boleh duduk sebelum menceritakan keluhanmu." Tukas Apple.

Pria itu mengambil posisi nyaman sebelum menyandarkan tubuhnya di kursi. "Gara-gara pacarmu, pekerjaanku jadi kacau,"—ia membenarkan kacamatanya—"tidak bisakah ia menggantikanku sebentar di kantor? Lagian kenapa juga dia tidak pernah menyuruhku keluar."

"Ayolah, Yoon. Kau tahu Seokjin pun bekerja, terlebih ia lebih sering bekerja di luar kota bahkan di pergi ke negara lain sekarang." Kata Apple dengan jemari yang membuat pola bulat di atas meja.

"Tetap saja, kau harus ingatkan dia, pekerjaanku itu penting. Padahal sebentar lagi aku akan mendapatkan investor—"

"Oke, maafkan aku. Akan kusampaikan itu pada Seokjin." Tukas Apple kembali lantaran jengah mendengar omelan pria itu. "Apa ada lagi yang mau kau sampaikan?"

Ada hening yang menyelip masuk ke dalam percakapan mereka sebelum Yoongi kembali membuka mulutnya. "Aku bingung kenapa sekarang ini Seokjin tidak pernah mengeluarkan aku."

"Aku sudah bilang dia punya banyak kerjaan."

"Bukan, Apple. Maksudku apa Seokjin sengaja melakukan itu agar si pembuat onar tidak keluar?"

Jantung Apple meledak seketika, seolah ia adalah granat pada medan perang dan Yoongi baru saja menarik sumbunya tanpa pemberitahuan. Mata Apple lekas menatap Yoongi dengan nyalang, sedangkan kerongkongannya cuma bisa mengeluarkan suara sumbang—susah payah menyembunyikan ketakutan di dalam.

"Si bocah SMA?" Apple tertawa hambar. "Yeah, I need to be careful before he flirts with someone with that face."

"Hey,"—bibir Yoongi melengkung, bukan yang simpatik atau ingin meladeni bercandaannya, malah lebih mirip tahi—"kau tahu yang mana, A."

Kemudian Apple kalah telak. Paras datarnya lenyap, sekonyong-konyong melesakkan kepalan tangan di dalam saku seraya menghindari tudingan manik Yoongi. "I'm not interested to talk about it."

"What actually happens between you two?"

Narcissa. Wanita sialan itu dan rasa cinta kekasihnya yang terlalu tolol."I'm at work,Yoongi. So either you're here to talk about you or we can talk about this later."

Evoking MemoirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang