03. Rust

153 14 2
                                    

Spring, 2019

Ujung bibir lelaki tersebut naik, mencipta senyuman seolah sebentar lagi dunia akan runtuh karenanya, dan ia bangga. Sementara Apple terlalu kebingungan dan takut sejenak; takut Seokjin tidak akan kembali, takut ia harus mati hari ini. Dan Taehyung melihatnya; tubuh gemetar, netra yang hilang arah, serta dua langkah lemah ke belakang berusaha menjauhinya. Taehyung lantas melompat untuk menerkamnya, beruntung Apple bisa menghindar ke kanan tepat waktu—walau punggungnya sakit habis menabrak pigura.

Dunia Apple menyempit seolah ia dikurung di kotak hitam tanpa ruang bernapas, gelisah menghantui setiap aliran darahnya.

Kemudian semua berlalu dalam lima kedipan mata. Ujung netra Apple dapat melihat kilau pisau yang terlipat di dalam genggaman Taehyung, lantas sekonyong-konyong wanita tersebut menendang tungkai Taehyung dari belakang sampai ia bersimpuh. Suara erangan si lelaki menerjang rungu, sebagian perasaan Apple poranda menyadari kalau fisik yang baru saja ia lukai adalah milik Seokjin, tapi Taehyung tidak memberikan kesempatan untuk si wanita berduka. Ujung pisau lipatnya ia buka kilat, pun secepat itu juga Apple melipat tangan kanan Taehyung di balik punggungnya sendiri.

Cicit burung di pagi hari mulai tedengar di telinga keduanya, bebaur dengan suara rintihan Taehyung juga desau napas Apple yang kelelahan.

"That's cool, A—Fuck! Sejak kapan kau belajar bela diri?"

"Sejak kau berusaha membunuhku satu tahun empat bulan lalu."

Satu ujung bibir Taehyung naik, disusul oleh kekeh rendahnya. "Aku tersanjung kau mengingatnya sedetail itu."

"Aku—secara literal—hampir mati, Kim Taehyung."

Demi rotasi bumi, Apple tidak akan melupakan kejadian yang membuat salju seputih kapas berubah warna laiknya garam merah bercampur dengan anggur. Misal kala itu ia tidak buru-buru menelpon Jisung dengan dalih ada orang asing yang tiba-tiba menerkamnya dengan pisau, kini mungkin hanya tersisa nama saja.

Hatinya berat untuk menerima hari itu. Bagaimana bisa perutnya ditusuk oleh seorang dengan tubuh dan wajah milik sesosok yang amat ia sayangi. Yang Apple ingat hanya tawa milik si Brengsek itu menyeruak ke penjuru isi kepalanya. Ya, gadis itu sempat meragu. Ragu akan semuanya.

♕♔

"Apple," panggil Jisung diambang pintu ruangan si pemilik nama.

Tanpa menyaut dan menceraikan pandangannya dari laptop, gadis itu kelu—bahkan tersirat rasa takut dari maniknya terpantul secara nyata.

"Kau mau kubuatkan kopi atau teh?" lanjut koleganya tersebut.

Gadis itu menggeleng seraya mecondongkan tubuhnya ke depan. Seperti memastikan sesuatu dan diakhiri oleh raut khawatir juga decakan kesal. Alasan di balik itu tentu saja tentang CCTV yang menangkap Kim Taehyung berhasil membuka ikatan tangannya—yang sengaja Apple lakukan—dengan senyum puas ia berhasil melenggang keluar rumah dan siap untuk membuat masalah baru.

Setelahnya ada satu nama yang Apple benci—setelah Kim Taehyung tentu. Narcissa. Apple berani bertaruh kalau pemberhentian pertama si Berengsek adalah gadis kecintaannya itu. Terlepas dari rasa cemburu karena Taehyung memakai tubuh pacarnya untuk memcumbu wanita lain, Apple memang tidak pernah menyungging satu senyuman pada wanita itu.

Apalagi setelah memergoki Taehyung membawa Narcissa ke salah satu restoran Itali kesukaan Apple dan mencium wanita itu tepat di depannya dengan senyum kemenangan.Oke, cukup tentang gadis bernama Narcissa itu. Memikirkannya saja rasanya Apple ingin muntah.

"Ji, kalau besok aku tiba-tiba tidak datang ke klinik, kau harus standby dengan handphone-mu ya." Pinta Apple yang mana langsung membuat teman kerjanya itu kalut dalam kebingungan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Evoking MemoirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang