7. Potongan Melodi
Setiap yang terjadi sudah diatur oleh-Nya.
Setiap suka dan duka jauh lebih dahulu diketahui oleh-Nya.
Tugasmu hanya bersyukur telah diberi kesempatan merasakan manis pahitnya dunia.
🍂Mata Zara menatap bangunan minimalis dengan pagar tinggi berwarna hitam di depannya. Hari Minggu ini, pagi-pagi sekali ia sudah disuruh Inggar untuk mengantarkan kue ke rumah salah satu temannya.
Sekali lagi, Zara memandangi penampilannya. "Siapa tau anaknya tante ganteng," celetuknya tanpa dosa.
Setelah yakin bahwa tidak ada kekurangan perihal penampilan, gadis itu melangkah pelan mendekati pagar. "Assalamu'alaikum," ucap Zara sedikit mengeraskan suara.
Pak satpam yang semula menyesap teh di sebuah kursi yang letaknya tepat di bawah pohon mangga sudut pagar itu, langsung beranjak. "Wa'alaikumsalam, maaf mau cari siapa, Neng?" tanyanya.
Zara tersenyum ramah. "Saya mau ketemu tante-"
"Oh, nyonya ada di dalam, Neng. Silakan masuk!" Pak satpam tersenyum sumringah sembari mempersilakan Zara untuk masuk.
Gadis itu mengernyit bingung. Ia belum sempat menyelesaikan kalimatnya, namun penjaga itu sudah lebih dulu menyela dan mempersilakan masuk. Akan tetapi, Zara mengabaikannya saja. Tujuannya hanya satu, yaitu cepat-cepat pulang ke rumah untuk menyelesaikan tugas sekolah yang belum kelar.
Zara hendak mengetuk pintu. Namun, bersamaan tangannya terangkat di udara, seseorang membukanya dari dalam. Zara tentu terkejut, lebih-lebih seseorang yang muncul dari dalam ialah Andra.
"Kamu?"
"Kak An-?"
Telunjuk mereka saling menuding bersamaan dengan bibir yang terbuka.
"Kamu ngapain ke sini?'
Zara menggaruk lehernya yang tertutup jilbab berwarna hitam. Ia menyengir lugu. "A-aku, mau ketemu tante Gina."
Andra mengerutkan kening. "Tante Gina? Siapa?"
"Loh, bukannya ini rumahnya tante Gina. Terus, Kak Andra kenapa ada di sini? Oh, atau Kak Andra ini anaknya tante Gina ya?" cerocos Zara membuat lelaki di depannya itu menghela napas lelah.
Andra bersandar pada pintu. Ia bersedekap dada, menelisikkan pandang kepada gadis di depannya. Sedetik kemudian, Andra tertawa remeh. "Anak kecil harusnya gak main jauh-jauh," katanya.
Zara tidak paham apa maksud Andra. "Terserah Kakak mau ngomong apa. Yang jelas tujuan Zara ke sini mau ketemu tante Gina. Bukan Kak Andra, huh!"
"Hei, kamu ini dibilangin paham gak sih?"
Zara menatap tajam lelaki di depannya. "Bilang apa? Kak Andra emang udah bilang apa?" semburnya.
Andra memutar bola matanya malas. Seorang wanita paruh baya pun menghampiri mereka. "Ada apa kok ribut-ribut?" Suara Fara membuat Andra mengusap tengkuknya.
Zara tersenyum lebar. "Ini Tante Gina, 'kan? Kenalin Tante, saya Zara. Anak dari teman Tante." Dengan sopan, gadis itu menyalimi tangan Fara.
Fara mengernyit. Ia menatap Andra penuh tanya. Namun, putranya itu malah nampak acuh. Ia tersenyum melihat Zara. "Anak teman tante, ya? Tapi maaf, Tante namanya bukan Gina," ujar Fara.
Zara melongo mendengar pernyataan Fara. Ia melotot ke arah Andra. Lelaki itu tersenyum miring, merasa puas melihatnya kebingungan seperti ini "Kak ...," lirihnya.
"Apa?" Andra melengos, kemudian lelaki itu berbalik untuk kembali masuk ke dalam rumah. "Anak kecil emang gak bisa dibilangin."
Sepeninggal Andra, Fara kembali bertanya pada Zara, "Maaf, Nak. Nama saya Fara, bukan Gina. Ada keperluan apa, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ana Uhibbuka Fillah
Romance-Aku berlari, berkali-kali mencari siapa tujuan hati. Lalu aku tersungkur di tengah perjalanan. Terbawa pilunya perasaan. Sesungguhnya takdirku dikejar, bukan mengejar. Sesungguhnya takdirku dicari, bukan mencari. Tapi aku tak ingin lagi berlama-lam...