3. [Malam ... pertama?]

2.3K 111 1
                                    

Tuhan selalu punya rencana yang lebih indah. Seperti yang sedang terjadi sekarang, dimana rencanaku berhasil disetujui Tuhan. Indah, bukan?

***

Alga duduk, membaca laporan perusahaan yang dia tinggal selama seminggu. Laki-laki itu menyadarkan punggungnya ke senderan kursi sambil memijat pelipisnya. Dia adalah kepala tim marketing untuk sekarang. Itu dia ketahui baru hari ini. Artinya, rapat tanpa dirinya malah membawa petaka.

Dia memang jagonya dalam bernegosiasi, tapi, dia masih pengantin baru. Masa iya pengantin baru disibukan dengan pekerjaan sana-sini?

"Ini gila," keluh Alga. Laki-laki itu berusaha untuk tenang. Lagipula, ini sudah keputusan akhir. Semoga saja dia dapat memikulnya perlahan.

Suara pintu kamar mandi terbuka membuat Alga langsung menoleh. Di sana, istrinya baru saja selesai mandi. Jubah mandi dan handuk di kepala membuat Alea terlihat semakin cantik.

Kenapa perempuan habis mandi itu rata-rata terlihat jadi lebih cantik? Apa mereka mandi menggunakan air suci?

Sebuah pemikiran muncul di benak Alga.

Alea keramas, batin Alga. Dia tersenyum smrik, sangat menyeramkan.

Yang ditatap sibuk di depan meja rias, memakai entah apa yang dicolek-colekan ke wajahnya.

Alea masuk kembali ke kamar mandi, beberapa menit kemudian tidak ada jubah mandi, tapi baju daster berbahan tipis.

Ini yang Alga suka setelah sah menjadi suami. Alea dengan dasternya. Tampak lebih cantik seperti ibu-ibu rumah tangga yang jago ghibah.

Meja kerja Alga berada tepat di bawah jendela, tidak begitu jauh dari ranjang. Posisinya membelakangi ranjang dan sebelah kiri pintu masuk.

"Suci?" tanya Alga sambil berjalan mendekat. Alea yang sedang mengeringkan rambutnya menghela nafas pelan saat suaminya memeluk dari belakang.

"Gue sibuk. Nggak lihat?" ketus Alea. Alga tidak menghiraukan, malah merebut hair dryer dan mengacak rambut Alea gemas.

"Malam ini, boleh?" tanya Alga sensitif.

Tahan, Alea.....

Alea memasang muka jutek dan berbalik. "Bisa nggak, jangan bahas ini dulu?" kata Alea dengan pipi yang memanas.

"Tapi lo udah suci—"

"Alga!"

Alga mendengkus. Laki-laki itu meletakkan hair dryer yang masih menyala ke atas meja, kemudian kembali menuju meja kerjanya.

Alea menggigit bibir bawahnya, merasa bersalah. Dia bukan kesal sampai membentak Alga. Dia hanya malu. Kenapa laki-laki sangat vulgar, sih? Tidak tahu, ya, kalau perempuan itu merasa malu kalau membahas tentang berhubungan?

Alea mendekat, memeluk leher Alga, sayang. "Maaf."

Reaksi Alga hanya diam sambil memainkan bolpointnya. Perempuan juga apa tidak mengerti, ya, kenapa laki-laki yang sudah sah menjadi suami itu butuh?

Alea hanya belum siap. Tapi, ini sudah kewajibannya, kan?

"Malam ini," kata Alea pelan. Bisikan itu membuat mata Alga terbuka lebar. Alga mengecup telapak tangan istrinya, dan tersenyum senang.

Our Journey (Hiatus)Место, где живут истории. Откройте их для себя