Article XXVII: Her first

6.1K 284 34
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.

Sang pemimpin redaksi Majalah Lock-On, Mas Adam, tidak pernah terlambat ke kantor. Jadi, ketimbang datang lewat jam 8, pria ini lebih memilih mengambil cuti seharian.

Hari ini, cutinya dimanfaatkan untuk melakukan hal yang sudah lama ia rencanakan. Berbelanja untuk Dewi. Pria itu harus melakukannya seolah-olah memanusiakan Dewi dapat membuatnya memperoleh Nobel perdamaian.

Perempuan mantan gelandangan yang gembel ini sudah lebih dari seminggu tinggal bersamanya. Rambunya memang jadi halus, tapi bentuknya tidak lebih rapi. Tubuh anak itu juga perlu di'renovasi', jadi Adam berencana akan melemparkan Dewi ke dalam salon atau spa atau apapun itu.

Namun, Adam gengsi untuk mengakuinya di hadapan sang perempuan kucel ini. Ia hanya diam ketika ditanya mau ke mana oleh Dewi.

Setelah pergi dari rumah, mereka berbincang cukup renyah di dalam mobil. Dewi sudah tidak tegang lagi ketika duduk di mobil mewah milik Adam. Perempuan mungil itu bahkan sudah mulai bernyanyi-nyanyi.

Bahkan sekarang, ketika lagu Bad Guy-nya Billie Eilish diputar, si Dewi sudah heboh sendiri di kursi penumpang. Si Adam sebenarnya senang lagi-lagu Billie dan kakaknya Finneas, jadi pria itu memang sering memutar lagu-lagu mereka di mobilnya. 

Jadi, wajar saja jika si Dewi sudah bisa memanyikan lagu ini. Tentunya dengan cara yang aneh dan logat jawa kentalnya yang tidak hilang.

"Em de bhed ggeeeeei...."

Dewi dengan mata meleotot yang berbinar-binar menatap ke arah Adam, terlihat amat antusias sebelum berteriak "ENDAH!" di tempo yang salah.

Adam hanya dapat menggeleng. Siapa lagi 'endah' ini?

Sebelumnya, Dewi hanya bersenandung dan itu saja sudah sumbang. Sekarang, anak ini bernyanyi tidak karuan seolah-olah sangat paham lagunya. Tapi Adam tidak bisa menghentikan Dewi. Ia bahkan tidak bisa memungkiri bahwa kelakuan Dewi yang seperti ini sebenarnya cukup menghibur.

Namun, si Dewi ini, semakin lama didiamkan semakin menjadi-jadi. Dia mulai bernyanyi dengan lebih bersemangat begitu masuk ke refrain kedua. Bahkan sudah mulai mencoba melompat-lompat di kursi.

Adam hanya menghela nafas. Ini rasanya persis sama ketika seorang manusia mengajak peliharaannya pergi jalan keliling kompleks, peliharaannya bertemu kupu-kupu dan mulai bertindak konyol.

Persis sekali.

"Jangan lompat-lompat sambil duduk," ujar Adam dengan geram, "Kepalamu nanti kena langit-langit."

MAS ADAM!Where stories live. Discover now