Part 8

56 14 2
                                    

8

"Samantha!"

Saya angkat kepala. Nampaklah bos saya ni menapak mendekati saya. Sir Thomas. Berumur lewat 40an tapi masih tampan. Nampak segak. Lagi-lagi dia ni jenis lelaki yang jaga badan. Selalu pigi gym. Ehem! Duda. Wife dia meninggal sebab kanser rahim dan diorang tidak ada rezeki menimang anak.

"Kenapa, Sir?" saya tanya bila Thomas sudah depan saya. Jangan kasi ketara tu mata mengscan orang.
"Follow me."
"Pigi mana, Sir?"
"Meeting."
"Kenapa saya?"
"I need my account. Bolehkan?"

Tersenyum saya terus. I need my account. Ohooo! Saya laitu yang dia perlukan.

"Samantha! Are you day-dreaming?"
"Hah? Apa?"

Thomas tengok saya pelik. Laju-laju saya kemas barang dan ikut Thomas jalan.

"Kita naik kereta saya saja." bilang Thomas.

Dengan senang hatinya saya mengangguk.

"Sir, kita meeting di mana?" saya tanya memecahkan kesunyian kami dalam kereta masa dalam perjalanan.
"Di Sam's Holding."
"Tidak pernah dengar pun?"
"You will know later."

Saya diam sampailah kami tiba. Kami keluar dari kereta dan jalan beriringan masuk dalam tu company.

"Such a big company," saya bilang perlahan tapi cukup untuk Thomas dengar.
"It is."
"Tapi saya tidak suka rekaan dia," saya bilang lagi.
"Inspiration from Spain and Malaysia."
"No wonder tidak masuk di hati saya... upps!"
"Watch out, Sam!"

Sikit saya terjatuh gara-gara tu dinding kaca. Saya tidak perasan tu divider. Nasib Thomas sempat grab waist saya. Kalau tidak, bikin malu saja.

"Ehem!"

Tersedar terus saya sama Thomas dari sesi renung merenung. Cepat-cepat Thomas tarik pinggang saya. Saya kasi rapi pakaian saya.

"Thanks!" saya bilang sama Thomas dan dia senyum saja.

"Mr. Thomas?"

Serentak saya sama Thomas menoleh lepas dengar suara orang menyapa.

"Mr. Samuel!"

Saya tinggal telan air liur saja bila nampak renungan mata Samuel.

"Samuel saja," bilang Samuel dan hulurkan tangan.
"Kalau begitu, panggil saya Thomas saja." balas Samuel sambil sambut huluran tangan Samuel.
"And she is?" Samuel tengok saya.
"Samantha. Accountant saya. Sometimes dia tukar profession jadi PA saya."
"I see," bilang Samuel sambil angguk kepala kecil.
"Nice meeting you, Mr. Samuel!" saya bilang sambil senyum dan hulur tangan.

Lama Samuel tengok tangan saya. Shit! Ndakan dia mo kasi malu saya. Samuel senyum tapi penuh makna tu senyuman dia baru dia sambut tangan saya dan genggam erat. Saya pura-pura senyum dan tarik tangan saya dari Samuel.

"So, shall we?" bilang Samuel.

Thomas angguk kepala.

"After you, please." bilang Samuel lagi.

Thomas angguk kecil dan mulai melangkah lepas tu saya ikut di belakang Thomas. Masa masuk dalam lif tu, saya sama Samuel berdiri di belakang Thomas. Ngam-ngam ada beberapa orang masuk, jadi terundur-undur kami pigi belakang.

"So sweet," bisik Samuel.

Saya ketp gigi saja.

"Kalau sama saya, kau garang." Samuel bisik lagi.

Saya menoleh kecil.

"Shut up." saya bilang.

Tangan Samuel tiba-tiba naik ramas pinggang saya. Sikit saya teriak tapi sempat saya cover dengan berdehem dan pura-pura batuk. Samuel ketawa kecil terus jari dia terus bergerak di sekitar pinggang saya.

Nasib tidak lama menunggu, kami sampai di tingkat 5. Thomas keluar duluan baru ada beberapa orang ikut dan kami paling last.

"Tunggu kau di rumah." saya bilang geram sama Samuel.
"I will!" sempat Samuel wink.

Damn!

Meeting berlanjutan mau 3 jam. Gila cerewet si Samuel. Macam mau saja saya kasi terbalik tu meja. Balik-balik saya jeling dia bila semua usul saya dia bantah. Nasib baik Samuel setuju lepas entah ke berapa kali dia tolak semua.

"Thank you, Mr. Samuel!" bilang Thomas sambil berjabat tangan sama Samuel.
"Welcome and please... Samuel saja. Dalam dunia perniagaan, saya suka berkawan daripada bermusuh."

Thomas ketawa terus ketawa berjemaahlah dorang dua tapi ndalah ketawa yang sampai kuyak mulut. Alah ketawa diplomatik gitu.

"Saya akan emel proposal lengkap yang sudah kita persetujui tadi." Thomas cakap lepas dorang selesai ketawa-ketawa.
"No, no! Saya prefer by hand dan kalau boleh, saya mau accountant kau ni yang hantar sama saya." balas Samuel.

Serentak Thomas sama Samuel tengok saya.
"Why me?" saya tanya.

Thomas terus berdehem sebagai signal suruh saya tutup mulut.

"Because... I like you. Okay bah kan, Thomas?" Samuel tengok saya baru tengok Thomas.
"Hurmm... let me think. Samantha accountant saya. Sometime jadi PA. How I wish someday, she will be Mrs. Thomas."

Hilang terus senyuman si Samuel.

"Ish! Sir ni ada-ada saja." saya menyampuk bikin hilang tu rasa janggal.

Mampus!

Thomas senyum-senyum saja sama saya while Samuel sudah tarik muka masam. Tu rahang dia bergerak-gerak. Suasana sunyi seketika sebelum kami dengar bunyi ketukan dan pintu kena tolak dari luar.

"Sir, makan tengahari sudah dihidang." bilang satu perempuan.

Saya tengok tu perempuan. Baju dia melekat habis di badan. Dress ketat paras paha. Nampak betul tu aset dia. Susu saja besar buat apa kalau pantat leper. Huh! Ok, ok! Pantat ada shape tapi tetap leper di mata saya. Bikin sakit mata.

Saya tengok Samuel. Tersengih-sengih dia tengok saya. Shit!

"Thomas, sebelum kamu balik, mari kita isi perut dulu. Saya sudah minta PA saya sediakan makanan tengah hari kita." bilang Samuel.
"Oh, great! Perut saya pun berbunyi sudah." balas Thomas.
"Shall we?" si Samuel pelawa.

Thomas angguk dan Samuel bagi Thomas jalan dulu sama tu PA dia lead jalan. Saya sama Samuel di belakang.

"Mrs. Thomas, huh?" Samuel cakap perlahan.
"Shut up."
"Jangan sampai saya buat scene sini," ugut Samuel tiba-tiba.
"Behave, Sam!"
"Do you like him?"
"None of your business!"

Samuel tarik tangan saya menghadap dia. Saya kasi besar mata tengok dia. Saya tengok Thomas, nasib dia tidak perasan. Saya toleh balik sama Samuel.

"Sudah saya cakap kan, behave?" saya bilang.
"You're my wife! Jangan lupa."
"So?"

Samuel melangkah merapat dan saya berundur sampailah belakang saya bertemu sama dinding. Samuel berhenti melangkah bila jarak kami lebih kurang seinci. Saya tinggal telan air liur.

"Sam, what are you doing?" saya tanya.
"Saya takut kau lupa kalau saya adalah suami kau."

Saya kasi besar mata tengok Samuel tapi ni kusai buat selamba saja.

"Move, Sam. Apa nanti pekerja ko fikir?"
"I don't care."
"Sebab kau sudah biasa flirting, kan?"
"Yes!"

Damn! Sakit pula hati saya bila dia cakap yes.

"Then go to them. Perempuan-perempuan yang selalu ko flirting. Rasanya termasuk tu PA kau tadi, kan?" berbaur cemburu sudah nada saya.

Samuel kasi rapat muka dia dan berbisik.

"She's good in bed. Fantastic!"

SAM & SAMWhere stories live. Discover now