AL 🔹35 (KEHILANGAN)

67 5 0
                                    

Sebelum baca jangan lupa tekan 🌟 ya
Follow akun author nya juga hehe














Pagi ini Pak Cokro bergegas pergi ke rumah sakit karena mendapat kabar bahwa kondisi istrinya semakin buruk. Pak Cokro berangkat bersama Ananta. Mereka cemas bukan main. Wanita yang mereka cintai sekarang sedang meregang nyawa. Pak Cokro mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Ananta yang sadar akan hal itu pun menyadarkan ayahnya.

"Pelan-pelan, pa. Ananta tahu papa khawatir sama mama tapi papa juga harus peduli sama keselamatan kita. Mama pasti nggak mau kita kenapa-napa, pa" ujar Ananta dengan hati-hati. Pak Cokro yang awalnya sangat menggebu-gebu kini sudah mulai memelankan lajunya. Ia sangat sayang dengan anak semata wayangnya itu. Jika memang kemungkinan terburuk beliau harus kehilangan istrinya, namun beliau harus menjaga pangeran kecilnya itu.

"Maafin papa. Papa khawatir sama mama kamu" ujar pak Cokro dengan gelisah.

"Iya pa. Ananta ngerti" jawab Ananta. Setelah itu tidak ada percakapan diantara mereka hingga akhirnya sampai di rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit mereka pun langsung tergopoh-gopoh menuju ruangan ibu Ananta. Saking terburu-burunya Pak Cokro hampir saja menabrak bangsal yang didorong oleh petugas rumah sakit. Sesampainya di depan ruangan mereka menunggu karena Bu Cokro sedang ditangani dokter. Mereka menunggu Bu Cokro dengan perasaan gelisah. Pak Cokro duduk sambil menundukkan kepalanya dan menjadikan tangannya sebagai tumpuan.

"Semoga mama baik-baik, ya pah" doa Ananta berharap bisa menenangkan hati ayahnya juga. Namun, pak Cokro tak menanggapi ucapan anaknya itu. Entahlah beliau tidak bisa berpikir positif sekarang. Setelahnya tidak ada percakapan diantara mereka. Keheningan menyelimuti keadaan ini, walaupun sesekali ada perawat yang lewat di depan mereka.

Sekitar tiga puluh menit lebih akhirnya seorang dokter keluar dari ruangan Bu Cokro. Mendapati dokter yang keluar dari ruangan istrinya, pak Cokro pun langsung berdiri dan bertanya pada sang dokter.

"Bagaimana keadaan istri saya, Dok?" Tanya pak Cokro pada dokter itu. Dari mimik wajahnya terlihat lesu.

"Maaf pak. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, namun Tuhan berkehendak lain. Ibu Diana tak tertolong" jelas sang dokter. Mendengar penjelasan dokter itu, pak Cokro hanya bisa mematung.

Sementara Ananta terkejut mendengar penjelasan dokter. Tiba-tiba saja ia tersulut emosi.

"NGGAK! NGGAK MUNGKIN! MAMA SAYA PASTI MASIH HIDUP!" serunya. Yang langsung melangkah ke ruangan ibunya. Dengan penuh hasrat ia pun mendorong dokter yang berada di depan pintu itu. Saat ia masuk ia melihat petugas yang mencabuti alat bantu yang pakai ibunya.

"JANGAN DICABUT! MAMA SAYA MASIH HIDUP!" histerisnya. Petugas di sana pun gundah untuk melanjutkan tugasnya.

"MAMA SAYA NGGAK MUNGKIN NINGGALIN SAYA" histeris nya lagi.

"Ananta" pak Cokro menepuk bahu Ananta pelan. Beliau mencoba untuk menenangkan anaknya.

"NGGAK PA! MAMA UDAH JANJI SAMA ANANTA!" ia berjalan menuju bangsal ibunya. Ia memegang tangan ibunya -yang sudah dingin- dengan erat.

"Ma, bangun ma. Ini Ananta. Mama udah janji kalau mama nggak akan ninggalin Ananta" air matanya sudah membanjiri tangan ibunya.

"Ma, Ananta udah lulus SMA. Mama udah janji kalau mama bakal dateng ke wisuda kuliah Ananta nanti"

"Ma, bangun ma. Ananta masih butuh mama" katanya dengan parau. Mendengar kalimat terakhir Ananta membuat hati pak Cokro rapuh. Tanpa ba-bi-bu pak Cokro langsung memeluk anak semata wayangnya itu.

Ananta Lilis (SELESAI)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora