3 - $100 000

30.7K 729 3
                                    

Reina berjalan tertatih. Tangannya ditarik oleh pria bertopeng ini. Ia membawa sebuah tas dan menarik anjingnya dengan harnes di tangan yang lain. Pria itu membukakan pintu belakang untuk anjing Reina. Lalu menuntunnya untuk duduk di bangku sebelah pengemudi.

Kepala Reina rasanya mau pecah. Ia tidak bisa berpikir dengan baik saat itu. Lagipula apa yang harus ia lakukan? Berteriak dan membuat keributan supaya orang-orang melihatnya seperti orang gila?

Reina duduk patuh sambil menatap dasbor di hadapannya dengan tatapan kosong. Pikirannya sedang ribut. Bukan dengan pertanyaan. Lebih dengan teriakan dan sirene tanda bahaya. Yang memperingatkan Reina yang absen dari pikirannya sendiri kalau ia sedang terjatuh ke lubang kelinci yang super duper dalam ini.

"Pasang sabuk pengamanmu," kata pria yang bertopeng di sebelahnya itu. Ia tidak menyangka pria ini baru saja merenggut keperawanannya. Begitu saja.

Dan bagaimana bisa Reina begitu menikmatinya tadi? Sampai ia mencapai orgasme-nya tiga kali? Reina terus terpikirkan oleh adegan-adegan panas yang tadi ia rasakan itu. Lalu geraman Tuan Red Rabbit yang membuatnya meleleh. Pria itu terus menggumamkan kata 'milikku' tiap kali dia menghentakkan miliknya kedalam Reina.

Ah, iya. Pria ini keluar di dalam tadi. Reina pernah mempelajari soal ini. Gadis itu perlu pil KB supaya tidak hamil. Ia tidak ingin memiliki anak orang yang tidak dikenalnya ini. Apalagi orang ii akan menjadi bosnya. Apa dia bisa minta izin supaya bisa membeli pil KB dulu?

Reina mengintip pria disebelahnya dari ujung matanya. Gadis itu terpana dengan keelokan wajah dan tubuh pria itu. Ia tidak bisa pungkiri betapa sempurna tubuhnya.

"Kau sedang melihat apa?" Suara berat pria itu memenuhi fast car yang terasa sumpek bagi Reina. Ia sadar, Reina panik. Ia segera menghadap kedepan dan meremas kedua buku-buku tangannya yang memutih. "Tid..Tidak." Kata Reina.

Pria itu mengendarai mobilnya dengan cepat menuju mansion yang pernah di datangi Reina sebelumnya. Tepatnya ketika ia bertemu Julian untuk menandatangani kontrak terkutuk itu.

Tuan Red Rabbit segera memarkirkan mobilnya lalu kembali menarik Reina untuk keluar dari mobilnya. Pria itu terus menyeretnya sampai ke dalam, tepatnya ke hadapan Julian yang sedang duduk di taman, melihat-lihat berkas-berkas.

"Mandikan dia." Kata Tuan Red Rabbit sambil mendorong Reina ke depan. Gadis itu tersandung sendiri oleh kakinya, tersungkur di hadapan Julian. Pria itu menatap bosnya sejenak lalu berinisiatif untuk membantu Reina berdiri. 

"Sial, apa dia akan selalu sekasar itu?" Bisik Reina ketika Tuan Red Rabbit beranjak pergi. Julia membersihkan lutut Reina dari pasir yang lengket lalu menggeleng.

"Dimana barang-barangmu, nona?" Tanya Julian. "Di mobilnya." Kata Reina sambil memeriksa apakah ada sudut tubuhnya yang lecet. "Ayo kita ambil."

Julian menutup bagasi mobil sambil menoleh kepada Reina yang mengelus anjing pitbull miliknya. "Siapa namanya?"

"Piza." Jawab Reina. "Tuan Red Rabbit juga punya peliharaan." Kata Julian tiba-tiba. "Oh ya? Di mana mereka?"

"Di kandang."

"Loh kok di kandang? Mereka 'kan perlu jalan-jalan juga." Julian terkekeh kecil. "Kamu kok ketawa? Aku 'kan lagi serius."

"Memang sih mereka perlu jalan-jalan tapi saya rasa zebra, elang atau singa tidak bisa dibiarkan berkeliaran di halaman, 'kan?"

"Hah? Dia ngapain pelihara hewan-hewan eksotis gitu? Mau buka sirkus?"

Julian hanya menggedikkan bahunya lalu mengangkat tas Reina. "Saya tidak pernah menanyakan alasannya. Saya rasa karena dia ingin saja." Reina mengernyitkan dahinya tapi tidak bertanya hal-hal lain lagi.

Love To HateWhere stories live. Discover now