Chapter 32

3.2K 330 85
                                    

Terima kasih buat yang sudah nunggu cerita ini...
Makasihhh buanyakkkk pokoknya.. ❤️❤️

Mapp klo udah terlalu lama nganggurin lapak ini... 😭🙏
Semoga kedepannya aku lebih cepet buat up next chapternya...

Dan smoga aja di chapter ini kalian ga lupa sama alurnya dan feelnya masih dapet.
Jangan ragu-ragu buat ngasih kritik dan saran, spam komen juga bolehhh.


Happy reading fams ❤️❤️


'tak'

Jennie meletakkan gelas kosong diatas meja marmer yang terletak di dapur sebelum mengisinya dengan air putih yang diambilnya dari lemari pendingin. Setidaknya ia merasa sedikit lebih baik setelah menghabiskan segelas air putih.

Mungkin karena sudah cukup lama tidak mengemudi, Jennie merasa sedikit gugup. Sehingga seluruh otot-ototnya terasa tegang.

Matanya melirik kearah satu-satunya kamar di unit apartemen Jongin. Pintunya masih tertutup rapat. Tidak ada tanda-tanda seseorang yang ada di dalam kamar tersebut akan keluar.

Begitu tiba di apartemen, Jongin memang langsung masuk kedalam kamarnya. Jennie berpikir mungkin pria itu akan mandi atau mengganti pakaiannya. Namun, setelah beberapa saat menunggu, Jongin tidak kunjung keluar.

'Apa mungkin Jongin....'

Tiba-tiba saja pikiran buruk masuk kedalam kepalanya.

'Tidak.'

Jennie menggelengkan kepala dengan cepat. Berusaha menepis apa yang tengah dipikirkan saat ini.

'Tidak mungkin jika pria itu akan bertindak nekat.'

Khawatir jika kemungkinan tersebut benar adanya,  Jennie lantas memutuskan untuk melihat Jongin. Dengan perasaan yang campur aduk, Jennie mengetuk pelan pintu kamar Jongin.

"Oppa.."

Tidak ada jawaban dari main dancer EXO tersebut. Jennie lantas mendekatkan telinganya di daun pintu, ia juga tidak mendengar suara apapun dari dalam kamar, dan itu membuatnya semakin khawatir.

Jennie kemudian memutar handle pintu yang ternyata tidak dikunci.  Begitu masuk ke dalam kamar, ia melihat Jongin tengah meringkuk membelakangginya.

"Oppa.." katanya seraya berjalan mendekati ranjang. Jennie kemudian duduk ditepi ranjang, tepat disamping Jongin. Mata Jongin terpejam, namun Jennie yakin jika pria itu tidak benar-benar tidur.

"Tidak ingin mengganti pakaian lebih dulu?"

Jongin masih mengenakan pakaian yang sama, hanya jas nya yang dilepas dan diletakkan di ujung ranjang. Entah mendapat keberanian dari mana, Jennie kemudian mengusap rambut tebal milik Jongin. Dan juga mengapus jejak air mata yang masih membasahi pipi Jongin. Sepertinya pria itu kembali menangis.

"Bolehkah aku tidur dipangkuanmu?" Tanya Jongin setelah membuka mata dan memandangnya dengan sayu. Tatapan matanya memperlihatkan akan kesedihan yang begitu dalam.

Tanpa mengeluarkan sepatah kata, Jennie kemudian menggeser duduknya, sehingga ia duduk tepat di sebelah kepala Jongin dan bersandar pada headboard. Setelah itu, Jongin langsung merebahkan kepalanya di pangkuan Jennie. Jongin juga meraih satu tangan Jennie untuk digenggam diatas dadanya dan satu tangannya lagi diletakkan diatas kepalanya.

"Aku masih tidak percaya jika aeboji akan pergi secepat ini."

Ucapan lirih yang disertai genggaman erat ditangannya, tentu saja membuat Jennie seperti ikut merasakan dengan apa yang dirasakan oleh Jongin.

Secret Love JENKAIOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz