12

2.3K 549 251
                                    

— MAFIA GAME —

Written by Yan Zhang

.

Kun melirik ketika orang itu mengikat tubuhnya kembali seperti semula ketika Johnny melilitkan tali pada badannya. "Ngomong-ngomong, aku merasa aneh kalau kamu memanggilku dengan sebutan gege." Cengirnya.

"Ayolah, kamu suka dipanggil begitu dibandingkan hyung, kan?" Sindir orang tersebut, sementara Kun hanya terkekeh malu. Ia telah selesai mengikat tubuh Kun dan beralih mengunci kedua tangan si Qian di belakang bangku. "Ok, aku pergi dulu untuk mengawasi mereka."

Kepala Kun mengangguk. "Sebentar." Tahannya pada langkah orang itu yang hendak menuju ke tempat sakelar untuk mematikan listrik ruang tamu. "Aku ada anjuran, ini mengenai Johnny."

Langkahnya kembali ke tempat Kun dan berjongkok. "Hm, apa itu?" Kepalanya dicondongkan, memperdekatkan telinga pada mulut Kun dan mulai mendengar kalimat yang dilontarkan. Ia memiringkan senyumnya setelah mengindahkan perkataan Kun. "Boleh juga. Well, sampai nanti."

Kemudian lampu ruang tamu dipadamkan sebelum wujud orang tersebut menghilang keluar ke foyer vila. Karena tidak dapat melakukan apa-apa, Kun memilih untuk tidur dalam posisi duduk dan terikat tepat di depan mayat Yuta yang digantung di bawah lampu chandelier.

"Selamat malam, Nakamoto Yuta."

.

— MAFIA GAME —

Written by Yan Zhang

.

Langit kelabu, matahari belum memperlihatkan jati dirinya, udara terasa dingin menusuk kulit. Taeyong satu-satunya bangun paling awal hanya untuk memasak sarapan, ia melangkah keluar dari kamar tanpa membawa iPad dan menyusuri koridor yang tidak gelap melewati kamar Doyoung, Jaehyun, Mark dan Taeil.

Langkahnya terhenti di depan kamar Taeil, kepalanya menengok untuk melihat nomor kamar Taeil. Tiba-tiba benaknya teringat suatu hal. "Ah, waktu itu Taeil tewas di rumah kaca, seharusnya ia meninggalkan iPad di sana, tetapi kok—tidak ada?" Gumamnya pelan, bertanya pada diri sendiri.

Tanpa ragu, Taeyong membuka pintu kamar Taeil dan masuk perlahan sembari menilik sekelilingnya. Tata letak perabotan kamar Taeil sama persis dengan kamarnya sendiri, hanya saja terasa hampa. Barang skincare dan parfum diletakkan begitu saja di atas nakas. Maniknya menangkap sebuah koper yang ditinggalkan.

"Ng?" Alisnya mengernyit, segera ia jongkok untuk menggapai koper hitam berukuran sedang. Meletakkan telapak tangan kanan pada koper lalu mengusapnya sejenak sebelum menarik resleting. Koper terbuka, banyak barang yang dibawa oleh Taeil—pakaian, dan iPod Classic beserta airpods yang belum tersentuh—dan mendapatkan sebuah ponsel.

Setelah meraih ponsel, ia menekan tombol untuk menghidupkan layarnya dan muncullah ikon yang digunakan untuk menggeser agar dapat dibuka lockscreen. Ia menggeser dan menampilkan kata sandi, langsung mengetik delapan angka pin yang sudah diketahui sebab mereka saling pinjam-meminjam ponsel masing-masing bahkan jauh sebelum pergi ke culture village.

Lalu, lockscreen berhasil dibuka dan memperlihatkan sebuah memo yang ditinggalkan. Matanya membelalak kala membaca satu demi satu kata yang tertera.


Gawat, aku melihat orang di luar vila. 
Dia melihat ke arah kamar Jaehyun
yang tepat di sebelah kamarku.
Aku tidak bisa melihatnya jelas karena ditutup
masker dan bertudung.
Yang jelas dia bukan teman-temanku tapi. . .
Entah kenapa r
asanya mirip dengan
Dong Sicheng.
Mustahil kan kalau dia masih hidup!

MAFIA GAME | NCTWhere stories live. Discover now