Kerusuhan Jakarta

39 4 0
                                    

Keesokannya harinya aku berangkat ke kampus. Dengan berat hati aku terpaksa tidak mengindahkan permohonan Ari. "Jika perjuangan ini telah selesai aku akan menjelaskan semuanya. Semoga Ari mau mengerti", lirihku dalam hati.

Kemarin sepulang dari Trisakti Ado sempat menginformasikan kepadanya bahwa hari ini ada agenda demonstrasi di kampusnya masih dalam rangkaian penyikapan atas tragedi Trisakti, dan tentu saja tetap menyuarakan tuntutan Reformasi Total dan turunkan Suharto.

Perjalanan dengan krl pagi itu masih normal, namun penumpang tidak sepadat biasanya, bahkan cenderung lenggang. Kondisi jalan rayapun demikian, tidak terjadi kemacetan di pagi hari seperti biasanya.

Sejak kejadian tragedi Trisakti memang beredar kabar burung bahwa akan terjadi kerusuhan besar di Jakarta dan sekitarnya. Aku beranalisa, apakah pagi ini lenggang karena orang-orang yakin bahwa kerusuhan akan terjadi maka dari itu mereka tidak berani beraktivitas keluar rumah.

Semalam saat menelepon Ari menyampaikan di rumah-rumah ditulisi "Pribumi". Apakah itu ada hubungannya?. "Tapi kemarin kondektur bus bilang dia tidak yakin amarah massa akan meledak kemudian menjadi kerusuhan karena korbannya mahasiswa dari kampus bonafid", gumamku dalam pikiran. Aku pikir perkataan kondektur kemarin boleh jadi mewakili pemikiran sebagian besar masyarakat akar rumput.

#o#

Setibanya di kampus, tampak beberapa mahasiswa telah bersiap menggelar demonstrasi. Semua mengenakan jaket almamater. Sudah sejak bulan Maret aku juga selalu membawa jaket almamater di dalam tas sebagai persiapan kalau-kalau mahasiswa kampusku menggelar demonstrasi.

Hari itu perkuliahan ditiadakan, sepertinya itu keputusan mendadak. Karena kemarin sebelum berangkat ke Trisakti masih ada perkuliahan. Ari, sebagaimana tadi malam ku sarankan tidak kelihatan ada di kampus. Ternyata teman-teman gengnya juga tidak satupun kelihatan. Sedangkan teman-temanku yang kemarin berangkat ke Trisakti sampai sorenya pulang bersama dengan cara seperti bergerilya hadir semua, lengkap. Beby yang kemarin nyangkut di rombongan Fakultas Hukum juga tampak hadir, kecuali temannya, Cindy.

Pukul sepuluh demonstrasi dimulai meski dengan jumlah peserta jauh berkurang. Namun ada sedikit yang aneh pada demonstrasi hari itu. Sampai beberapa saat berlangsung tidak ada satu aparatpun yang menjaga seperti biasanya. Padahal biasanya mereka seperti memiliki informan dimana-mana, seolah-olah mereka bisa menyamar menjadi mahasiswa, dosen atau bahkan mungkin pohon mahoni yang tumbuh di pelataran kampus. Selalu tiba-tiba datang setidaknya dua truk PHH yang begitu terparkir langsung berloncatan personilnya mengambil formasi barikade.

Seperti ketika memasuki bulan Mei, saat gerakan mahasiswa semakin berani dan gencar. Barikade aparat di kampusku pernah satu kali jebol dan demonstran mahasiswa berhasil keluar sejauh radius 100 meter dari gerbang kampus. Tidak lama kemudian datang bala bantuan truk aparat yang kemudian menghentikan langkah demonstran untuk bergerak lebih jauh lagi. Namun hari itu benar-benar kosong tanpa penjagaan.

Dikarenakan merasa tidak akan ada penjagaan aparat, mahasiswa akhirnya memindahkan kegiatan demonstrasinya keluar dari pelataran kampus yakni ke sisi jalan raya di depan kampus. Pada saat berpindah itu hari sudah menjelang siang. Namun lagi-lagi ada hal yang tidak lazim dari biasanya. Jalan raya depan kampus sepi sekali hanya satu dua mobil yang lewat. Sampai-sampai beberapa mahasiswa demonstran dapat duduk-duduk dengan santainya di aspal jalan raya.

Aksi tetap digelar dengan menampilkan aksi teatrikal. Namun karena tidak dijaga aparat sama sekali suasana malah seperti pertunjukan teater teman-teman dari Unit Kegiatan Mahasiswa bidang seni dan vokal, santai dan penuh senda gurau.

Hingga akhirnya ada informasi sampai kepada para mahasiswa yang sedang menggelar aksi teatrikal itu: Jakarta dilanda kerusuhan!. Mereka menjadi saling bertanya dan berdiskusi kecil, tidak percaya begitu saja atas informasi itu. "Tadi pagi gue naik krl masih biasa aja beroperasi. Bus yang gue naikin dari stasiun ke kampus juga masih beroperasi biasa. Emang sih penumpangnya sedikit banget, sebenernya gue juga heran", aku berargumen.

KELAS 98, Cinta & ReformasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang