MDIMH 3|2. Alfa

1.8K 98 42
                                    

Pagi pun tiba, kini keluarga Andrian pun telah berkumpul di ruang makan, dimana disana sudah terdapat keenam anaknya dengan pakaian kerja mereka masing-masing, terkecuali Jesslyn yang sedang menuju kamar putranya untuk membangunkan kedua anaknya.

"Pagi!" ucap Afzal dengan senyumannya, yang sedang dituntun oleh Jesslyn, maminya.

"Pagi juga Afzal!" ucap semuanya serempak, dengan senyuman mereka sekaligus tatapan sedih mereka.

Bagaimana bisa mereka semua tidak bersedih, saat mereka sendiri harus melihat keponakan mereka yang memiliki kekurangan, sangat berbeda dengan diri mereka yang terlihat sempurna bahkan sangat sempurna.

Tapi meski begitu, mereka juga kagum dengan keponakan mereka itu, meski keponakan mereka itu sadar dengan kekurangannya, tidak ada sedikitpun keponakannya itu tidak menampilkan senyumannya bahkan wajah cerianya seperti biasanya, seolah-olah apa yang diterima olehnya itu adalah hal yang biasa untuknya.

"Hari ini Afzal mau makan apa, nak?" tanya Jesslyn sesudahnya dirinya menempatkan Afzal disebelah dirinya.

"Afzal makan seperti biasa mami, Alfa dimana mami? Kok gak ada suaranya?" tanya Afzal dengan tatapannya yang terlihat bingung, yang dibalas tawaan kecil oleh Jennita.

"Kamu kayak gak tau saudaramu saja Afzal, saudara kembarmu kan lebih susah dibangunin daripada dirimu." ucap Jennita yang dibalas anggukan kepala serempak oleh kelima kakaknya.

"Benar tuh kata aunty Nita, uncle saja sudah siap pagi ini untuk mengecek para pasien hari ini." ucap Andrey dengan jas dokternya, membuat Jennita yang mendengar sendiri ucapan kakaknya itu pun mendengus.

"Gayamu kak siap-siap, hati-hati kak nanti para pasiennya bukannya sembuh, disuntik mati lagi." ucap Jennita asal, yang dibalas tatapan kesal dari Andrey.

"Sembarangan, kamu kali Nita yang ada salah ukuran lagi untuk ukuran baju-baju pesananmu itu." ucap Andrey yang dibalas dengan tatapan yang sama, dengan tatapan dirinya.

"Ap---" ucapan Jennita pun langsung terpotong oleh ucapan ayahnya sendiri.

"Sudah-sudah jangan ribut, gak baik ribut saat lagi mau makan begini. Bagaimana dengan tugas kalian, Rae? Erlan? Elan? Re?" tanya Andrian melerainya, sambil menatap keempat putranya secara bergantian.

"Rae nanti ada jadwal meeting pa, dengan perusahaan uncle Aldric." ucap Andrae yang dibalas anggukan kepala oleh Andrian.

"Kalau Erlan? Elan? Re?"

"Erlan berencana mengeluarkan menu makanan baru di cafe pa, sekaligus memantau kinerja mereka seperti biasanya." ucap Erlan sebelum dimana dirinya pun kembali melanjutkan sarapannya.

"Kalau tugas Re, seperti biasanya pa kalau bukan mengajar." ucap Andre dengan senyumannya, ketika melihat Afzal yang sedang disuapi oleh saudaranya.

Afzal disuapi oleh maminya bukan berarti Afzal manja, atau anak yang tidak mandiri yang tidak bisa makan sendiri.

Tapi Afzal disuapi karena bagaimana caranya Afzal bisa makan sendiri dengan keadaannya yang berbeda?

Bahkan Afzal di sekolah saja, itu bukan karena penjelasan di papan tulis seperti biasanya. Tapi dia bisa sekolah, karena adanya rekaman khusus yang diberikan oleh setiap guru untuknya, membuat dirinya masih bisa belajar.

Ingat, tidak bisa melihat bukan berarti tidak bisa mendengar, bukan?

"Elan hari ini niatnya ingin mengadakan kuis pa untuk anak-anak. Bagaimana dengan papa?" tanya Elan sengaja berprofesi sama dengan ayahnya, membuat Andrian yang ditanyai oleh putranya itu pun menggelengkan kepalanya.

My Dosen Is My Husband 3 √ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang