MDIMH 3|8. Andrae

858 82 23
                                    

Sebelum memulai part, harap tinggalkan jejak kalian ya!

Vote/komen kalian (khususnya yang untuk silent reader)

Semangat kalian untuk cerita ini, semangatku juga 💜

***
Setelah dimana Jennita sudah bisa dipindahkan ke ruang rawat, tidak hentinya ucapan syukur pun terucap dalam hati mereka masing-masing saat Jennita sendiri telah berhasil dioperasi di bagian lukanya.

Bahkan tidak hanya itu saja, perang dingin terus saja terjadi sedari tadi membuat Andrian yang memangnya menyadari itu pun merasa aneh.

"Ehem, kamu sudah mengabari semuanya, Rey?" tanya Andrian memecahkan keheningan yang ada, yang dibalas anggukan kepala oleh Andrey.

"Sudah pa, nanti juga mereka datang pa." ucap Andrey dan benar saja belum beberapa menit ucapannya pintu ruangan Jennita pun kini telah terbuka, memunculkan beberapa saudara lainnya yang terlihat sekali sangat khawatir sekaligus panik di wajah mereka.

"Bagaimana bisa Nita seperti ini pa, ma?" tanya Andrae yang dibalas keterdiaman oleh keduanya.

"Rey? Elan?" lanjutnya membuat Andrey yang ditanyai olehnya pun menatap Elan.

"Ini semua gara-gara Adam Rae, dia yang sudah buat Nita kecelakaan seperti ini. Dia yang sudah buat Nita terluka." ucap Elan menyudutkan Adam, membuat Adam yang ditatap oleh semuanya pun menundukkan kepalanya.

BUGH!

Hantaman kedua lagi dan lagi mengenai wajah Adam, membuat Adam yang dihajar kembali kedua kalinya oleh salah satu mereka pun jatuh tersungkur.

"ERLAN CUKUP!" bentak Andrian sambil menarik paksa Erlan dari atas Adam.

"Cukup nak, Adam tadi sudah dihajar sama Elan dan sekarang dihajar lagi sama kamu. Kalian ini kenapa sih kayaknya gak suka banget sama Adam. Bagaimana jadinya kalau Adam menikah sama Nita nanti, bisa babak belur mama rasa." ucap Jeniffer tidak habis pikir dengan pikiran mereka.

"Sampai kapanpun, gak akan ada pernikahan diantara mereka!" ucap keduanya serempak, yang dibalas tatapan tidak percaya oleh Jeniffer.

"Maksud kalian, kalian tega membiarkan adik kalian sendiri gak nikah-nikah sampai tua nanti gitu?" tanya Jeniffer yang dibalas keterdiaman oleh keduanya.

"Setuju gak setujunya kalian, Nita harus tetap menikah untuk masa depannya sendiri. Kalian saja yang gak usah menikah sekalian, gak usah ajak-ajak adik kalian sendiri." lanjutnya dengan tatapan kesalnya, sebelum dimana dirinya pun mendekati Adam, berniat untuk membantunya yang sayangnya sudah ditepis duluan oleh suaminya.

"Jangan kamu yang membantunya, Rey bantu Adam sana!" perintah Andrian yang dibalas dengusan oleh Jeniffer.

"Aku kan cuman kasian sama dia saja mas, bukan bermaksud yang lain." ucap Jeniffer yang dibalas tatapan tajam oleh Andrian.

"Tapi kan gak harus kamu juga yang megang tangannya dia, sayang. Masih ada anak-anak kita yang bisa bantu dia berdiri." ucap Andrian sambil memeluk erat istrinya, membuat Jeniffer yang dipeluk oleh suaminya itu pun melepaskan paksa tangan suaminya dari pinggangnya.

"Gak usah peluk-peluk, mending aku ke kantin rumah sakit saja, nyusul Jesslyn disana daripada disini ngeliat keributan terus." ucap Jeniffer sebelum dimana dirinya pun memilih berlalu keluar meninggalkan mereka semua dengan perasaannya yang sudah dongkol, bahkan sangat-sangat dongkol.

"Jeniffer ngambek itu pa, bujuk sana!" ejek Aldric yang dibalas tatapan geram dari Andrian.

"Kamu menantu yang paling kurang ajar yang pernah ada, Aldric." ucap Andrian yang sayangnya tidak dipedulikan oleh Aldric.

"Aku kan hanya menyarankan yang terbaik saja pa, ini ya aku bilangin untuk papa tercinta hati-hati kalau istri ngamuk, bisa-bisa gak diperbolehin tidur sekamar nanti." ucap Aldric dengan nadanya yang terdengar santai, tanpa memedulikan tatapan Andrian yang semakin geram karenanya.

"Kalau bukan permintaan istri saya, Alfa dan juga Afzal, saya gak sudi dipanggil papa oleh orang sepertimu Aldric. Karena ada mereka saja, saya mau gak mau menerimanya untuk mencontohkan yang baik untuk mereka. Dan juga jangan sampai karena sikapmu itu, gelar menantumu itu saya cabut kembali." ucap Andrian sebelum dimana dirinya pun berlalu menyusul istrinya, meninggalkan Aldric yang sedang mendengus karena ucapannya, dan juga Andrey, Andre yang sedang tertawa keras menertawakannya.

"MAMPUS!" ucap Andrey dan juga Andre serempak sambil berlari keluar meninggalkan Aldric yang sedang marah karena rasa tidak terimanya.

"SAUDARA IPAR SIALAN!"

"Mau kemana kalian? Diam disitu!" perintah Andrae tegas, ketika dirinya sendiri melihat Erlan dan juga Elan yang ingin berlalu keluar meninggalkan keributan yang ada.

"Ceritakan yang sebenarnya kenapa Nita bisa begini, Adam." lanjutnya yang dibalas gelengan kepala oleh Adam.

"Apa yang sudah dikatakan oleh mereka tadi, sud---" ucapan Adam pun langsung terpotong oleh ucapan Andrae.

"Ceritakan, bukan membenarkan. Dan kalian berdua jangan ada yang berani memotongnya sedikitpun. Utamakan kesopanan kita selama ini, sesuai yang sudah diajarkan oleh papa selama ini ke kita semua." ucap Andrae terdengar lebih tegas, yang dibalas anggukan kepala oleh keduanya.

"Sebelumnya maafkan ku Rae, aku juga gak tau secara detail kenapa Nita bisa begini, yang pastinya sebelum dimana Nita kecelakaan seperti ini Nita sempat meminta ijin denganku untuk mengadakan rapat dengan salah satu kliennya dan saat itu juga aku gak bisa menemaninya karena aku sendiri sedang sibuk membantu ayahku Rae." ucap Adam sambil menundukkan kepalanya, tidak berani menatap tatapan Erlan dan juga Elan sekarang kepadanya.

"Jadi dimana letak kesalahan Adam menurut kalian berdua, Erlan, Elan? Jelas-jelas semuanya murni kecelakaan, bukan karena unsur kesengajaan yang dibuat oleh Adam sendiri. Tapi kenapa sedari tadi kalian berdua terus menyalahkannya bahkan menghajarnya habis-habisan? Bagaimana seandainya kalau Nita tau Adam dihajar seperti itu oleh kalian berdua, apa Nita sendiri gak akan kecewa karena sikap kalian itu?" tanya Andrae yang dibalas tatapan tidak terima oleh Elan.

"Kenapa sekarang kamu lebih memilih membelanya daripada membela kami, Rae?" tanya Erlan yang disetujui oleh Elan.

"Apa yang harus aku bela dari sikap kalian? Adam disini korban, kalian pelaku jadi sudah wajar bukan aku lebih memilih membela korban daripada pelaku?" tanya Andrae balik, dengan tatapan sinisnya menatap keduanya.

"Dan satu lagi, kalian selalu bilang Adam gak becus menjaga Nita, gak pantas untuk Nita jadi pria seperti apa yang menurut kalian sendiri pantas untuk Nita? Aku dari awal selalu diam, membiarkan papa yang menyelesaikannya tapi semakin lama ku semakin diam, kalian sendiri gak pernah mau mendengarkan apa yang sudah dikatakan oleh papa dari awal ke kalian, selalu saja merendahkannya, selalu saja meremehkannya. Mungkin papa bukanlah orang yang suka mengungkit masa lalu lagi, tapi gak untukku. Kalau yang kalian permasalahkan itu karena perekonomian Adam yang mungkin menurut kalian sendiri gak akan mampu untuk Nita, kalian salah besar. Sadarlah khususnya untukmu Erlan, seperti apa masa lalumu dulu Erlan. Masa lalumu itu sebelum bergabung ke keluargaku." lanjutnya yang terdengar tenang namun menusuk, sebelum dimana dirinya pun berlalu keluar bersama Adam, meninggalkan keduanya yang tadinya sudah terdiam, pun kini semakin terdiam.

Dirinya berlalu keluar bukan karena dirinya marah, tapi dirinya berlalu keluar karena luka diwajah Adam juga harus diobati, mengingat adanya darah disudut bibirnya itu akibat perlakuan kedua saudaranya membuat dirinya sebagai anak tertua pun harus ikut bertanggung jawab, apa yang sudah dilakukan oleh mereka.

"Apa aku salah memendam rasa ini untukmu, Nita?"

***
Bagaimana dengan sikap Rae menurut kalian?

Kira-kira siapa yang sudah memendam rasa disini?

Erlan/Elan?

Mengingat keduanya juga sama gak suka sama Adam, kekasih Nita.

Tetap jaga kesehatan ya!

23082020

My Dosen Is My Husband 3

My Dosen Is My Husband 3 √ [END]Where stories live. Discover now