MDIMH 3|36. Alya

288 32 18
                                    

Sebelum memulai part, harap tinggalkan jejak kalian ya!

Vote/komen kalian (khususnya yang untuk silent reader)

-Tolong disesuaikan dengan jumlah pembaca kalian ya!

-Huruf yang dicetak tebal pertama itu, flashback asal mula dendam Erlan.

Dan huruf bercetak tebal yang kedua itu, flasblack pertemuan awal Erlan dengan Adara.

Dan untuk part sebelumnya, ada yg saya ubahkan sedikit ya, silahkan dicek kembali oleh kalian.

***

Setelah dimana Alya dikabarkan tidak masuk di kelasnya, dengan segera Erlan pun langsung pergi menuju rumahnya, yang kebetulan sekali letak rumahnya itu tidak terlalu jauh dari kampusnya berada.

Sesampainya dirinya di hadapan rumah Alya, dirinya pun langsung disambut oleh kekosongan yang ada, membuat dirinya yang disambut oleh kekosongan itu pun menyerngitkan alisnya bingung, sebelum dimana tatapan dirinya itu pun beralih kearah tetangga sebelahnya berada yang sedang mendekati dirinya, dengan selembar surat di tangannya.

"Ini ada surat untukmu nak, tadi pagi Alya menitipkan surat ini ke saya untuk diberikan ke kamu, nak Erlan." ucap tetangganya itu yang dibalas anggukan kepala oleh Erlan.

"Terima kasih bu, dan maaf bu kalau boleh tau kemana Alya dan ibunya pergi ya bu? Kenapa rumah ini terlihat kosong, seperti bukan biasanya?" tanya Erlan yang dibalas gelengan kepala oleh tetangga itu.

"Saya tidak tau nak, yang pasti tadi pagi nak Alya dibawa oleh segerombolan orang nak, sedangkan ibunya baru saja pindah, dijemput oleh adiknya." ucap tetangga itu, membuat Erlan yang mendengarnya pun bingung.

"Segerombolan orang? Siapa segerombolan orang itu, bu?" tanya Erlan yang dibalas gelengan kepala lagi oleh tetangga itu.

"Saya tidak tau nak, yang pasti yang tidak sengaja saya dengar tadi pagi, ibu Alya sempat menyebutkan kata 'Hilmawan' nak, selebihnya dari itu saya tidak mendengar lagi." ucap tetangga itu membuat Erlan yang mendengarnya pun terdiam.

"Oh iya ibu duluan ya nak, sebab ibu lupa, kalau ibu ingin membeli sesuatu nak. Jadi gak apa-apakan ibu tinggal, nak?" lanjutnya memastikannya, yang dibalas gelengan kepala oleh Erlan.

"Tidak apa bu, dan terima kasih ya bu sudah memberikan surat ini ke saya, bu." ucap Erlan yang dibalas anggukan kepala oleh tetangga itu.

Selepasnya tetangga itu pergi dari hadapannya, tidak sengaja tatapan Erlan pun terarah ke arah selokan berada, dimana didekat selokan itu terdapat sebuah kartu identitas disana, yang untungnya saja kartu identitasnya itu masih terlihat bersih dan juga rapih.

Muhammad Adam Hilmawan

"Tak ku sangka kamu menjadi 'bagian' dari segerombolan orang itu, Adam." ucap Erlan dalam hatinya, dengan perasaan marah, sekaligus kecewa yang dirasakan oleh dirinya.

"Mungkin saja hari ini kamu bisa menyeret gadisku Adam, tapi tidak untuk nanti, aku pastikan kamu akan membayar apa yang sudah kamu perbuat hari ini, Adam." lanjutnya dengan kesungguhan hatinya, tanpa memedulikan lagi resiko apa yang akan didapatkan oleh dirinya, jika berani melukai Adam, kekasih adiknya.

"Tapi semua itu berubah saat saya bertemu dengan gadis itu, nona. Saya bertemu dengannya, saat saya sendiri telah dijebak oleh teman saya sendiri." ucap Erlan mengakhiri ceritanya, membuat Valencia yang mendengarnya pun bingung.

My Dosen Is My Husband 3 √ [END]Where stories live. Discover now