Reason

185 23 7
                                    

Aku tak perlu lagi mencari alasan. Karena aku yakin alasanku adalah kau.

------------------------*******---------------------------

"Ya..ya... lihat. Bukankah itu Vernon" Dahyun yang berjalan bersama Yuna hendak ke arah gerbang sekolah memukul-mukul lengan gadis di sampingnya itu dengan pandangannya terus mengikuti sosok yang dia duga Vernon.

"Sedang apa dia disini? Jangan bilang dia mengencani salah satu gadis di sekolah kita.. Aaaaaa" Dahyun heboh sendiri. Dia bertanya dan menjawab sendiri pertanyaannya. Merasa tak memerlukan pendapat Yuna sama sekali. Dia sendiri sudah yakin bahwa pria itu adalah Vernon. Yuna hanya diam dan tak perduli akan sikap teman sekelasnya itu. Yuna salah satu gadis yang tak mengerti kenapa teman-temannya mudah sekali menyukai Vernon dan pria-pria yang sama sekali tak mereka kenal secara nyata.

"Kesanalah. Berkenalan dengannya. Setidaknya dengan begitu kau mewujudkan sebagian mimpimu" Yuna bicara dengan ekspresi datar. Dahyun yang sudah biasa dengan sikap acuh Yuna tersenyum cerah dengan mata yang terlihat sangat berbinar.

"Bagaimana ini. Aku tak mungkin berani ke sana sendiri" Dahyun menatap Yuna masih dengan mata berbinar sambil melompat-lompat kecil. Dia tak berani untuk melakukan yang dikatakan Yuna. Dahyun menampar pelan kedua pipinya, berusaha meyakinkan diri bahwa dia sedang tidak bermimpi. Dia terus melompat-lompat sebagai reaksi alami tubuhnya yang tak mampu menutupi gejolak dalam dirinya. "Nayeon.. Ya aku harus beritahu Nayeon. Kami bisa sama-sama mendekati Vernon. Nayeon cukup percaya diri dan dia pasti juga senang" Dahyun berjalan di tempat sambil berputar-putar. Ketenangannya benar-benar minus. Saat ini perasaan gelisah lebih besar dalam dirinya dari pada perasaan senang. Setelah sedikit kesulitan membuka tas sekolah karena tangan yang gemetar akhirnya ia dapat meraih telepon genggamnya dan menghubungi Nayeon. Ia menarik-narik bibirnya saat menunggu sambungannya diangkat. Kebiasaannya jika sedang gelisah. Di mata Yuna, Dahyun terlihat seperti gadis yang kehilangan akal.

"Bagaimana bisa kau gelisah seperti itu hanya untuk seorang pria yang tak kau kenal" Yuna menggeleng-gelengkan kepalanya dan memutar bola matanya dengan ekspresi jengkel. Dahyun tak perduli dengan ucapan Yuna. Dia mencoba lagi untuk menghubungi Dahyun setelah tak ada jawaban di panggilan pertamanya.

Wajah Dahyun terlihat cerah dan lega setelah ia mendengar suara Nayeon. "Kau tahu siapa yang ku liat di depan gerbang" Dahyun terlihat sangat bersemangat. Dia tak sabar untuk memberitahukan temannya tentang Vernon hingga dia langsung bicara saat Nayeon memencet tanda hijau di telepon genggamnya bahkan tanpa sempat mengatakan Halo. "Aku melihat Vernon. Dia ada di depan sekolah kita. Sungguh aku ingin mendekatinya tapi aku sangat mal..."

Tut.. Tut.. Tut..

"u" Raut wajah senang Dahyun tiba-tiba berganti dengan raut bingung. Dahyun belum selesai bicara namun hubungan telepon itu diputus sepihak oleh Nayeon.

Haloo..halloo..Nayeon-ah" Dahyun memukul mukul telepon genggamnya. Berpikir bahwa benda tersebut rusak. Dia mencoba menghubungi nomor yang sama dan mendapat jawaban dari operator.

Saat Dahyun terus berusaha menghubungi temannya itu, Nayeon sudah terlihat berlari ke arah Dahyun dan Yuna sambil berteriak-teriak. Dahyun melambai-lambaikan tangannya pada Nayeon dengan wajah yang ceria. Melupakan kejadian penutupan telepon sepihak itu. Dia ikut berteriak menunggu Nayeon mendekat hingga Nayeon benar-benar ada di dekatnya dan melewatinya begitu saja. Nayeon berlari makin kencang masih sambil berteriak-teriak. Wajahnya benar-benar sangat bahagia. Tatapannya tertuju pada gerbang sekolah. Dahyun yang sempat terkejut karena dia di lewati Nayeon begitu saja segera berlari mengikuti temannya itu saat melihat tangan Nayeon melambai-lambai padanya mengajak berlari. Sedangkan Yuna yang entah sudah untuk keberapa kali menggelengkan kepalanya tak percaya dengan yang dilihatnya. Dia lalu memperbaiki letak tasnya dan berjalan santai ke arah gerbang sekolah. Dia sempatkan untuk mengumpat saat melihat begitu banyak siswa yang bergerumun sambil berteriak seperti orang kemasukan arwah di gerbang sekolah.

ANDROMEDA ( Verkwan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang