MDIMH 3|4. Bully 2

1K 91 32
                                    

"BAGAIMANA BISA AFZAL MENGHILANG?!" bentak Andrian langsung, sesampainya dirinya di ruangan Aldric.

Sedangkan Aldric, Jesslyn, dan juga Andre yang mendengar sendiri bentakan Andrian itu pun terdiam, dengan tatapan mereka yang terlihat memucat.

Ya, setelah dimana Andrian mendapatkan kabar cucunya dinyatakan hilang, tanpa mempedulikan lagi jam mengajarnya, dirinya pun langsung berlalu meninggalkan kampus, menuju dimana letak sekolahan cucunya berada.

"Maafkan kami pa, Afzal menghilang saat kami sendiri sedang ada rapat sekolah pa." ucap Jesslyn memberanikan dirinya, yang dibalas dengusan oleh ayahnya.

"Jadinya kalian lebih mementingkan rapat kalian sendiri? Dibandingkan Afzal, anak kalian sendiri?" tanya Andrian dengan penuh penekanannya, tidak habis pikir dengan pikiran keduanya.

"Dengar kalian berdua, seharusnya kalian berdua sebagai kedua orang tuanya bisa membedakan mana yang penting untuk kalian, mana yang gak untuk kalian. Papa juga paham, rapat juga sama pentingnya untuk kalian, tapi bukan berarti diantara salah satu kalian berdua gak bisa, gak meminta ijin, bukan? Kalian berdua dikasih kepercayaan oleh papa untuk memegang sekolah ini, tapi bukan berarti juga kalian sendiri harus menelantarkan anak kalian sendiri, Afzal. Apalagi kalian sendiri sudah tau bukan, bagaimana kondisi anak kalian itu, dimana anak itu seharusnya mendapatkan perhatian yang lebih juga khusus dari kedua orang tuanya, tapi kedua orang tuanya sendiri malah sibuk dengan urusannya sendiri." lanjutnya yang terdengar tenang namun menusuk, membuat Aldric dan juga Jesslyn yang tadinya sudah terdiam, pun semakin terdiam.

"Kami melakukan rapat juga demi kebaikan sekolahan ini, pa. Jadi aku minta ke papa, tolong jangan salahkan kami terus disini." ucap Aldric dengan tatapan tajamnya, yang dibalas tatapan tidak kalah tajamnya dari Andrian.

"PERSETANAN KAMU, ALDRIC! Saya menyalahkan kalian berdua juga, karena semuanya murni kesalahan kalian. Kalian berdua sebagai kedua orang tuanya yang seharusnya bisa menjaganya sekaligus melindunginya, tapi kalian sendiri sebagai kedua orang tuanya, malah gak becus untuk menjaganya. Kalau kalian sendiri memang merasa sudah benar untuk menjaga Afzal, seharusnya Afzal gak akan hilang seperti ini. Seharusnya Afzal masih berada di kelasnya, sampai waktu sekolahnya dia sendiri habis. Dan soal sekolah, saya tidak suka ya disangkutpautkan seperti itu, Aldric. Asal satu yang perlu kamu tau Aldric, saya lebih rela hidup menderita, usaha saya bangkrut daripada saya sendiri harus menelantarkan Afzal, seperti kalian." ucap Andrian dengan nadanya yang terdengar lebih tegas, sebelum dimana tatapan dirinya yang tadinya menatap Aldric dan juga Jesslyn, kini tatapan dirinya pun beralih menatap Andre yang juga sedang menatapnya.

"Apa tugasmu disini Re? Membantu? Membantu dari segi mana yang kamu maksudkan itu, nak?" lanjutnya membuat Andre yang mendengar sendiri ucapan ayahnya itu pun menundukkan kepalanya.

"Maafkan Re pa, Re sadar Re salah!" ucap Andre dengan nada pelannya, yang sayangnya tidak dipedulikan oleh ayahnya.

"Apa kata maafmu itu cukup untuk semuanya? Apa kata maafmu itu cukup untuk menjamin keadaan Afzal, sekarang? Papa berkata seperti ini bukan berarti papa menyudutkan kesalahan kalian bertiga, tapi papa sendiri berkata seperti ini karena papa harap kalian bertiga bisa sadar dengan kesalahan kalian sendiri. Kesalahan kalian yang kecil, tapi bisa berakibat fatal tanpa kalian sendiri sadari." ucap Andrian dengan tatapan kecewanya, sebelum dimana dirinya pun memilih berlalu meninggalkan mereka bertiga yang sedang sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

"Apa yang dikatakan oleh papa tadi benar adanya kak, aku telah gagal menjadi seorang ibu kak. Aku telah gagal menjadi kedua orang tuanya untuknya, kak. Karena aku, Afzal menghilang. Karena aku---" ucapan Jesslyn pun langsung terpotong oleh ucapan Aldric.

My Dosen Is My Husband 3 √ [END]Where stories live. Discover now