AYAH MENINGGAL

48 3 0
                                    

Jam menunjukkan pukul 6 pagi. Nenek Citra segera menuju kamarnya untuk melabrak. Alhasil dia tidak menemukan Citra disana, melainkan kamar yang masih rapih. Diapun terus mengomel "Kemana anak itu pagi-pagi begini, dasar anak tidak tau diuntung". Tak lama kemudian telpon rumah berdering.
"Halo, dengan kediaman bapak Usman, ada yang bisa dibantu?"
"Halo mah, ini aku Citra"
Air wajah ibu Salma tiba-tiba berubah
"Ada apa?"
"Ayah, Ayah masuk rumah sakit mah, dan sampai sekarang belum sadar"
"Apa?"
Telpon langsung dimatikannya. Nenek berlari menghampiri ibunya Citra.
"Ada apa nak?"
"Itu bu, katanya mas Usman masuk rumah sakit"
"Apa?, yasudah kenapa diam saja, ayo kita kesana!"
Merekapun segera kerumah sakit. Mereka melihat Citra berada didalam ruangan ayahnya sambil terus memegangi tangannya. Nenek langsung masuk dan menariknya keluar
"KENAPA AYAH KAMU BISA BEGINI, HAH?"
Citra diam saja, sementara mata orang-orang yang ada disekeliling tertuju pada mereka
"AYO JAWAB, DASAR ANAK..." kata-kata neneknya terhenti, seorang dokter menghampiri mereka. Neneknyapun mengalihkan perhatiannya ke dokter tersebut
"Dokter, sebenarnya anak saya kenapa?"
"Jadi ibu ini, ibunya pasien?"
"Iya dokter"
Dokterpun menjelaskan segalanya kepada nenek. Setelah dokter pergi, dia masuk keruangan dan memberitahu bu Salma, apa yang terjadi. Mereka berdua menangis. Citra hanya bisa memerhatikan dari balik jendela yang terbuat dari kaca. Ibu dan neneknya tidak mengizinkannya masuk kesana.
******
Hari menjelang malam, Citra tertidur didepan ruang rawat ayahnya. Ternyata dirumah sakit ini Angga juga dirawat. Rupanya lukanya waktu itu cukup parah. Karena merasa bosan dikamarnya Angga berjalan-jalan dikorolidor rumah sakit. Anggapun tidak sengaja melihat Citra yang tengah tertidur, lalu menghampirinya
"Hey, bangun!"
Citra membuka matanya perlahan, betapa terkejutnya dia melihat Angga tepat didepan wajahnya, Citrapun segera mendorongnya dan memperbaiki posisi duduknya
"Ka, kamu ngapain disini?"
"Oh, aku dirawat disini, kamu sendiri?"
Citra terdiam
"oh, sorry, aku lupa" Angga teringat janjinya waktu itu untuk tidak kepo
"Ngomong-ngomong kamu belum ngasi tau nama kamu"
Citra tersenyum, meski sedikit dipaksa "Saya Citra, Citra Amelia"
"Nama yang bagus"  Suasana menjadi hening beberapa saat
"Hmm, ayah saya dirawat disini"
Angga terkejut, lalu menepuk punggung Citra
"Kamu pasti sedih banget yah, aku tau meskipun kamu terlihat kuat, sebenarnya kamu itu rapuh, dan lebih memilih menyimpan semua kesedihan kamu sendiri, kalau kamu mau  menangis, menangis saja, aku siap nemenin  kamu disini"
tiba-tiba tangis Citra benar-benar pecah, Angga terus berada disampingnya agar dia tidak merasa sendirian
"Cup, tenang, berdoalah supaya Ayah kamu kembali sehat"
Citra mengangguk, dan terlelap.
******
Hawa dingin rumah sakit membuat Citra terbangun.  Jam menunjukkan pukul 3.21. Citra mengucek matanya, dan betapa kagetnya dia melihat Angga yang bersandar padanya. Ternyata Angga ikut terlelap disampingnya. Citra berniat membangunkan Angga, tapi sebelum tangannya menyentuh Angga, dia sudah terbangun
"Eh, Citra, udah bangun?"
Citra hanya mengangguk
"Kita cari makan yuk!"
"Hmm?"
"Aku lapar"
Citrapun mengangguk. Angga lalu menarik tangannya, mereka jalan beriringan sambil bergandengan tangan layaknya sepasang kekasih.
******
Langit merah menunjukkan keindahannya diufuk timur, menandakan bahwa sekarang sudah pagi. Citra masih belum bisa masuk ke ruangan ayahnya, sebab kedua ibu itu masih didalam. Anggapun sudah pulang hari ini, dia tidak bisa menemani Citra lantaran harus sekolah. Tak lama kemudian Ayahnya Citra sadar, dokterpun dipanggil, Citra ikut berlari kedalam
"Citra" Suara lirih ayahnya
"Iya yah, aku disini" Citra menggengam erat tangan Ayahnya, sambil terus memciumnya, kedua ibu itu tidak bisa berkutik, karena ada dokter dan suster
"Maafkan Ayah, sepertinya waktu ayah sudah habis"
Citra mulai panik, sementara ayahnya mulai sesak
"Ayah hiks, jangan ngomong gitu yah, hiks, Citra gak mau sendirian, hiks"
"Sayang, ayah yakin kamu bisa, karena kamu anak ayah, pokoknya kamu harus janji sama ayah, apapun yang terjadi,kamu harus bisa wujudkan cita-cita kamu"
Ayahnya semakin sesak, Citra menangis sesegukan, ayahnya menggenggam tangannya dengan sangat erat, lalu kemudian menghembuskan nafas terakhirnya.
Suara Citra menggema diseluruh ruangan, kedua ibu yang sejak tadi diam saja, ikut histeris. Tak lama kemudian adiknya juga datang.
******
Pukul 11 tepat, jenazah dibawa kerumah. Setelah duhur beliaupun dimakamkan. Hujan mulai turun yang lain meninggalkan tempat pemakaman, sementara Citra masih duduk disana sambil memeluk nisan ayahnya.
******
Hari menjelang malam, Citrapun segera pulang kerumah. Sesampai disana telah banyak orang, yang melakukan pengajian untuk ayahnya. Ibu, nenek beserta adiknya duduk dipojok dengan mata yang masih sembab. Pakaian citra basah kuyup dan penuh dengan tanah kuburan, diapun langsung masuk kekamar membersihkan dirinya, setelah itu dia ikut bergabung dengan yang lainnya.

Antara Nyaman Dan Cinta (Cinta segi tiga)Where stories live. Discover now