NAYLA KEMBALI

26 2 0
                                    

Pagi-pagi sekali ponsel Citra berdering
"Halo"
"CITRAAAA", Citra menjauhkan hpnya dari telinga
"Uh, telinga gue budek tau nggak"
"Hehe, sorry, gue udah dibandara sekarang, lo kerumah yah, kan lo libur"
Sebenarnya Citra mau mencari ibunya, akan tetapi kali ini dia turuti dulu maunya Nayla, kalau nggak bisa ngambek dia, mungkin juga Citra bisa cerita ke Nayla, semakin banyak yang tau dan bantu. Semakin cepat juga ibunya ketemu. Citrapun siap-siap dan segera kerumah Nayla. Sesampai disana, dia langsung disambut hangat oleh keluarganya Nayla, dan tentu yang paling heboh adalah Nayla,
"Ya ampun, tambah cantik aja lo Cit"
Citra hanya tersenyum. Nayla menatap Citra lekat-lekat
"Lo ada masalah yah?", Citra memang tidak bisa menyembunyikan apapun dari Nayla. Citrapun menceritakan semua yang terjadi selama Nayla tidak ada
"Ya ampun, terus sekarang Lo udah nemu petunjuk"
Citra menggeleng kuat-kuat
"Good morning om, tante"
Sontak papa dan mamanya Nayla berdiri dan langsung memeluk perempuan itu
"Itu siapa Nay?, gue baru liat" Bisik Citra
"Oh, itu sepupu jauh gue, namanya Mila. And FYI, dia udah menikah" Citra menatap Nayla "wah, langkahin ello dong", Nayla balik menatap dengan sinis
"Nyindir gue lo?"
"Hehehe"
Merekapun menatap Mila, padahal dia semuda itu, udah dapat jodoh aja, sedangkan Nayla dan Citra yang sekarang bisa dibilang sukses menjadi wanita karir, satunya desainer, satu lagi wanita kantoran, belum bisa nemuin jodohnya,
"Cit, setelah gue pergi, lo punya pacar lagi gak?", Citra menggeleng kuat-kuat
"Berarti pacar pertama, sekaligus orang yang terakhir lo pacarin, si Angga doang?", Citra mengangguk lagi
"Yang paling parah Nay, dia bos gue dikantor sekarang"
"What?, terus dia gak apa-apa gitu ada lo disana, dia gak nyiksa lo kan?"
"Dia gak tau kalau ini gue"
Mata Nayla terbelalak seolah tidak percaya
"Lo serius?"
Citra mengangguk, "Wah, parah, kalau ketahuan gimana Cit?"
Citra hanya mengangkat bahunya santai sambil minum jus jeruk ditangannya. Tak lama kemudian Mila menghampiri mereka.
"Hi kak Nayla!"
Nayla dan Citra menoleh
"Hey, ayo sini duduk. eh iya, kenalin ini sahabat kakak, namanya Citra"
Citra dan Milapun bersalaman. Mereka berbincang-bincang cukup lama, hingga akhirnya Mila pamit, lantaran suaminya menelponnya.
Citra dan Nayla melanjutkan obrolan yang sempat tertunda,
"Ok Cit, kita lanjut obrolan yang tadi. Jadi apa rencana lo?"
Citra hanya mengangkat bahunya "Jujur gue capek banget, kepala gue juga ikutan pusing, soalnya gue liat keadaan ibu gue memprihatinkan, ternyata dia gantiin gue buat jadi bulan-bulanannya nenek, sementara adek gue, bukannya belain, malah ikut-ikutan, kan gue sebel jadinya sama dia"
Nayla mendengarkan dengan serius, saking seriusnya dia jadinya malah melamun, sampai Citra mengagetkannya
"Woy, dengerin gue gak sih?"
"Iyalah, lanjutin!"
"Lanjut, tapi lo nya malah ngelamun"
"Yey, kan lagi bayangin"
Citrapun melanjutkan ceritanya, sementara Nayla terus mendengarkan dengan penuh penghayatan
"Jadi kesimpulannya, adek sama nenek lo nyiksa ibu lo, makanya lo cari dia buat ngeluarin dia dari sana?"
Citra menggeleng kuat-kuat "meskipun dia gak pernah liat gue, gue tetap sayang sama dia Nay, gue mau ngajak dia tinggal dirumah gue, dan gue harap sekarang dia bisa liat gue", Air mata Citra mulai membasahi pipinya, Naylapun memeluknya. Orang tua Nayla yang melihat kejadian itu, langsung menghampiri mereka
"Ada apa sayang, kok Citra nangis"
Naylapun menceritakan kejadiannya secara singkat, karena Citra maaih menangis dalam pelukannya. Ayahnya Naylapun bersedia membantunya, semakin banyak yang mencari maka akan semakin bagus.
******
Malampun tiba, Citra pulang kerumahnya. Nayla memintanya menginap saja, tapi Citra bersikeras untuk pulang, sebab kerjaannya lumayan menumpuk. Sesampai dirumah Citra menyeduh secangkir teh, lalu duduk diteras sembari mengerjakan tugas kantornya. Udara dingin yang menusuk kulit, tak dihiraukannya. Tiba-tiba Hpnya berdering, dari nomor tak dikenal, Citrapun mengangkatnya
"Halo, maaf dengan siapa?"
Tak ada jawaban
"Halo, anda jangan mempermainkan saya yah, kalau tidak ada hal yang penting saya tutup"
Yang disebrang telepon terkejut
"Tunggu, ini saya"
"Suaranya mirip Angga, tapi nggak mungkinlah, guekan gak pernah ngasi nomor gue ke dia" gumam Citra,
"Saya siapa?"
"Pak Angga"
Citra terkejut, hingga menyenggol gelas yang berisi teh panas dan terjatuh, gelas itupun pecah memgenai kakinya
"Awww"
Angga terkejut
"Kamu kenapa?"
Citra tidak menjawab, karena memang dia menaruh hpnya dimeja sembari mengipas-ngipas kakinya yang terkena air panas dan pecahan kaca. Karena khawatir Angga mematikan telepon dan segera menuju kerumah Citra. Citra mengambil telepon genggamnyanya lagi dan ternyata panggilan sudah berakhir. Citrapun masuk kedalam rumah, dan mengobati kakinya.

Antara Nyaman Dan Cinta (Cinta segi tiga)Where stories live. Discover now